Greta Gerwig dan Kepiawaiannya Sertakan Narasi Feminis dalam Film

Ini sepak terjang si sutradara Barbie

Dengan perilisan Barbie (2023), nama Greta Gerwig pun naik lagi ke permukaan. Beberapa tahun lalu, Gerwig pernah di posisi ini kala filmnya yang bertajuk Lady Bird (2017) dan Little Women (2019) rilis dan sabet beberapa nominasi Oscar sekaligus. 

Selama beberapa tahun ini, Gerwig menyuguhkan suara baru dalam industri film. Bertepatan dengan kemunculan narasi inklusivitas, keberagaman, toleransi, dan feminisme, Gerwig menangkap itu semua sebagai peluang untuk meroket.

Bagaimana proses Greta Gerwig sampai titik ini dan apa yang membuat filmnya tak pernah gagal? Ini sepak terjangnya Greta Gerwig si sutradara Barbie.

Baca Juga: 4 Film yang Disutradarai oleh Greta Gerwig, Terbaru Barbie

1. Menangkap peluang di genre mumblecore

Greta Gerwig dan Kepiawaiannya Sertakan Narasi Feminis dalam FilmFrances Ha (dok. Pine District Pictures/Frances Ha)

Tidak langsung jadi sutradara, Gerwig memulai kariernya di ranah hiburan sebagai aktris. Ia membintangi beberapa film indie dengan genre mumblecore. Genre tersebut merujuk pada film-film independen Amerika yang dibuat dengan bujet rendah dan fokus pada studi karakter.

Gerwig bermain di berbagai film mumblecore, seperti LOL (2006), Hannah Takes the Stairs (2007), dan Nights and Weekends (2008). Ketiganya, ia tulis dan garap bersama Joe Swanberg. 

Gerwig menerobos ranah mainstream kala dapat peran di Greenberg (2010). Proyek itu pula yang mempertemukannya dengan sutradara Noah Baumbach. Era kolaborasi dengan Baumbach pun dimulai. Ini terwujud lewat Frances Ha (2012) dan Mistress America (2015) yang juga mengangkat perjalanan hidup perempuan berusia 20-an. Dua film itu mengonfirmasi spesialisasi Gerwig di genre mumblecore. 

2. Setia menyertakan unsur realisme dan narasi feminis dalam karya sinematiknya

Greta Gerwig dan Kepiawaiannya Sertakan Narasi Feminis dalam FilmLady Bird (dok. A24/Lady Bird)

Genre mumblecore yang realis dikombinasi Gerwig dengan muatan feminisme dan kisah coming-of-age. Ini membuat filmnya tak hanya relatable, tetapi juga punya unsur kebaruan.

Pada awal 2010-an, film-film semacam itu belum banyak dibuat. Frances Ha dan Mistress America memperkaya playlist film coming-of-age Amerika Serikat dengan muatan feminisme yang baru diisi beberapa sinema, seperti Juno (2007) dan Easy A (2010). 

Gerwig kemudian merilis Lady Bird pada 2017, manifestasi dari spesialisasi genre dan autobiografinya. Film yang dibintangi Saoirse Ronan itu mengisahkan seorang remaja perempuan yang bersekolah di SMA Katolik di Sacramento, Amerika Serikat. Detail itu sesuai dengan pengalaman pribadi Gerwig sendiri.

Lady Bird menjelma jadi benchmark baru dalam pasar film coming-of-age akhir 2010-an. Sejak Lady Bird menyabet beberapa Oscar sekaligus, sineas-sineas lain mulai melirik ceruk ini. Ditandai dengan kemunculan Eighth Grade (Bo Burnham), Booksmart (Olivia Wilde), Never Rarely Sometimes Always (Eliza Hittman), dan How to Build a Girl (Coky Giedroyc).  

3. Eksposur besar lewat reboot film klasik

Greta Gerwig dan Kepiawaiannya Sertakan Narasi Feminis dalam FilmBarbie (dok. Warner Bros/Barbie)

Setelah Lady Bird, orang mulai memperhitungkan talenta Gerwig sebagai sutradara dan penulis naskah. Namun, bukannya menggunakan ide baru, Gerwig justru menemukan peluang lain yang lebih menjanjikan.

Gerwig memodifikasi narasi film-film lawas. Ini dimulainya dengan Little Women (2019). Novel Jane Austen itu sudah beberapa kali diadaptasi, tetapi unsur feminis dalam versi Gerwig jauh lebih jelas. Ia menitikberatkan nilai-nilai feminis positif yang inklusif dan menghargai semua pilihan perempuan. 

Empat tahun kemudian, Gerwig mencoba melakukan langkah serupa. Kali ini lewat tokoh legendaris bernama Barbie yang identik dengan ide-ide konservatif soal perempuan. Ia mengubahnya jadi film yang bermuatan pemberdayaan dan tetap uplifiting sesuai dengan sifat alamiah Barbie yang lekat dengan dunia anak-anak. 

Lewat formula ini, nama Gerwig makin dikenal. Baru menyutradarai tiga film saja, ia sudah menuai pujian dan punya penggemar setianya sendiri. Strateginya merangsek ke ranah mainstream patut diacungi jempol. 

Baca Juga: 5 Fakta Unik Greta Gerwig Sutradara Film Barbie yang Sedang Viral

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Hella Pristiwa
  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya