Kenapa Letterboxd Populer Belakangan Ini? Begini Alasannya!

Apa bedanya dengan IMDb dan Rotten Tomatoes?

Beberapa tahun lalu, tak semua orang tahu apa itu Letterboxd. Saat akan melihat database, skor, dan ulasan film, kamu akan cenderung membuka IMDb dan Rotten Tomatoes. Semua berubah sejak pandemik COVID-19, secara perlahan, Letterboxd menemukan pengguna setianya. 

Tim Letterboxd pun sudah menginvasi berbagai festival dan ajang penghargaan bergengsi, termasuk Academy Awards. Lantas, apa yang membuat Letterboxd naik daun dan bisa menggaet penikmat film dari seluruh dunia buat jadi pengguna? Berikut analisa singkatnya. 

Baca Juga: 5 Film Horor Paling Sering Ditonton Ulang oleh Pengguna Letterboxd 

1. Didesain jadi media sosial khusus untuk film yang interaktif

Kenapa Letterboxd Populer Belakangan Ini? Begini Alasannya!tim Letterboxd di BAFTA Film Awards 2024 (instagram.com/letterboxd)

Sama seperti IMDb dan Rotten Tomatoes, Letterboxd merupakan situs yang menyediakan database film dengan katalog lengkap. Mereka juga menyediakan fitur khusus untuk memberi penilaian, ulasan, dan membuat daftar tonton berdasar kategori tertentu sesuai selera dan kebutuhan. Fitur ini sebenarnya dimiliki semua oleh IMDb, tetapi Letterboxd mengemasnya dengan desain interface lebih ciamik, baik estetika maupun fungsinya.  

Kalau IMDb fokus pada database, Letterboxd cocok untuk pengguna yang hendak mencari opini kedua atau bahkan berdiskusi. Tak ada filter dan proses penyuntingan, kamu bisa menemukan banyak hal random dan kocak yang muncul di kolom ulasan film.

Bila harus ada pembanding, secara fungsi Letterboxd memiliki kemiripan dengan Goodreads yang khusus untuk buku. Mereka sama-sama memungkinkanmu membuat daftar bacaan atau tontonan yang akan, sedang, dan sudah selesai dikonsumsi. Sementara dari segi user interface, Letterboxd mirip Spotify secara tampilan dan struktur: funky dan stylist, tetapi mudah dipahami, minimalis, nyaman di mata, serta mendukung personalisasi. 

Didukung pula oleh pandemik COVID-19 yang memaksa orang nonton di rumah lewat layanan over-the-top (OTT), Letterboxd mampu meraup pengguna-pengguna baru. Termasuk orang-orang yang sebelumnya bukan penikmat film garis keras alias penonton kasual.

Bahkan menurut data yang dihimpun The New York Times di statistik resmi Letterboxd pada 2021, pengguna mereka didominasi usia 18—24 tahun. Padahal, sebelum masuk ranah arus utama, Letterboxd lebih banyak dipakai sinefili, penikmat film garis keras, bahkan kritikus dan jurnalis yang menulis ulasan film secara profesional. 

2. Konten media sosial mereka inovatif, bahkan eksklusif

Kenapa Letterboxd Populer Belakangan Ini? Begini Alasannya!potret di balik layar film Foe yang diunggah Letterboxd (instagram.com/letterboxd)

Selain dari segi aplikasi dan situs utama, Letterboxd juga mulai merajai konten kreasi di media sosial. Dulu konten mereka didominasi film stills dan cuplikan berkualitas tinggi yang diunggah secara acak dengan tujuan menarik atensi orang yang penasaran ataupun sudah nonton filmnya. Mereka kemudian mulai memvariasikannya dengan foto-foto eksklusif dari proses di balik layar pembuatan film, termasuk sesi pemotretan khusus dengan para aktor dan sineas untuk keperluan promosi. Kini, mereka menambah segmen baru yakni sesi wawancara dengan para aktor dan pegiat film. 

Beda dengan sesi wawancara yang dilakukan media pada umumnya, tim Letterboxd akan menanyakan hal-hal tak biasa, tetapi relevan dengan orang awam. Salah satunya, film favorit sepanjang masa. Meski sederhana, pertanyaan itu ternyata susah dijawab dan berhasil meraup engagement yang luar biasa.

Beberapa waktu lalu, mereka juga membuat tantangan tebak film berdasar beberapa ulasan populer di situs mereka. Bahkan tak sedikit publik figur yang turut mengamini superioritas inovasi Letterboxd dan turut melambungkan popularitas situs serta aplikasi mereka. 

Baca Juga: 5 Film Remaja dengan Rating Tinggi Versi Letterboxd

3. Ada kecenderungan adiktif dan mendorong kompetisi yang tak sehat?

Kenapa Letterboxd Populer Belakangan Ini? Begini Alasannya!tampilan daftar tonton di Letterboxd (instagram.com/letterboxd)

Namun, Letterboxd tidak lepas dari sisi gelap. Layaknya media sosial lainnya, Letterboxd memiliki kecenderungan adiktif karena mendorong pengguna untuk terus menemukan film untuk ditonton. Meski awalnya bersifat rekreatif, hal macam ini secara tak langsung mendorong budaya bersaing dan pamer yang jadi isu akut pengguna media sosial pada umumnya. Letterboxd tak serta merta membebaskanmu dari fenomena fear of missing out (FOMO) karena aktivitas penggunanya bikin kamu merasa tertinggal. 

Tentunya, ini bisa diantisipasi bila kita tahu batasan dan tetap realistis. Pada dasarnya, Letterboxd hanya wadah untuk hobimu menonton film. Ia bisa jadi portfolio atau catatan digital yang didedikasikan khusus untuk film. Ia bisa juga difungsikan sebagai pelampiasan dan wadah memuntahkan ekspresi atau perasaan yang muncul setelah nonton film tertentu tanpa alasan jelas, atau lebih sederhana lagi memfasilitasi hobimu bikin daftar tonton yang rapi dan estetik. 

Dari kasus Letterboxd, sepertinya kita bisa belajar kalau manusia memang haus aktualisasi. Apa pun yang mendukung kita untuk membuat konten, beropini, dan berbagi informasi bakal jadi magnet pada era digital ini. 

Baca Juga: 10 Film Terbaik Saoirse Ronan Menurut Rating Letterboxd, Anti Boring!

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Penulis, netizen, pembaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya