8 Representasi Maskulinitas Positif Terbaik dalam Film dan Serial

Sebuah terobosan yang harus diapresiasi

Tokoh laki-laki dalam film identik dengan nilai-nilai maskulinitas, seperti kuat, pemberani, serba bisa, pengambil keputusan yang andal, punya jiwa kepemimpinan, dan lain sebagainya. Nilai-nilai maskulin seperti itu yang akhirnya menciptakan kesan bahwa mereka tidak memiliki sisi rentan atau setidaknya tidak boleh menampakkannya di depan publik. 

Hal ini yang kemudian membuat kita memandang laki-laki yang berempati dan menunjukkan afeksi sebagai sesuatu yang aneh atau ganjil. Ini tentu berbahaya dan bisa jadi racun dalam masyarakat. Muncullah istilah-istilah baru seperti maskulinitas beracun (toxic masculinity) hingga kerentanan maskulinitas (fragile masculinity). Keduanya akan menciptakan ideologi dan keyakinan yang merugikan laki-laki dan perempuan sekaligus. 

Para pakar kemudian menciptakan lawan dari dua istilah tadi, yakni maskulinitas positif atau maskulinitas yang sehat. Wilson, dkk dalam jurnal berjudul Operationalizing Positive Masculinity: A Theoretical Synthesis and School-Based Framework to Engage Boys and Young Men, maskulinitas positif terwujud apabila laki-laki didorong untuk bisa terkoneksi dengan orang lain, termotivasi untuk berkontribusi positif di masyarakat, dan tetap mempertahankan keautentikannya. 

Artinya, laki-laki bisa memanfaatkan kualitas maskulin (kuat, berjiwa pemimpin, dan berani, tanpa melupakan kualitas yang lebih sering melekat pada perempuan (feminin), yaitu berempati, peduli, dan penuh kasih. Laki-laki juga didorong untuk jadi dirinya sendiri tanpa harus mengubah dirinya agar bisa masuk ke kotak kategori maskulin. 

Maskulinitas positif bukan hal yang lumrah pada masa lalu. Namun, seiring berjalannya waktu dan meningkatnya kesadaran orang akan kontribusi baiknya di masyarakat, maskulinitas positif pun mulai dipromosikan. Termasuk dalam produk-produk budaya pop dengan audiens luas seperti sejumlah film dan serial berikut. 

1. Stranger Things (2016—2022)

8 Representasi Maskulinitas Positif Terbaik dalam Film dan SerialSteve dan Eddie di serial Stranger Things (dok. Netflix/Stranger Things)

Stranger Things melawan ide-ide maskulinitas toksik lewat sejumlah karakter laki-laki di dalamnya. Contoh paling kentara bisa kamu amati dari tokoh Steve (Joe Keery). Ia awalnya korban dari maskulinitas toksik dan fragile masculinity yang membuatnya seakan ditekan untuk jadi sosok menyebalkan dan menang sendiri. 

Namun, seiring berjalannya waktu, Steve sadar bahwa kelakuannya membuat dirinya melewatkan banyak hal dan kehilangan teman-teman yang tulus. Pada akhirnya, ia mencoba melawan ego dan memilih menggunakan energinya untuk membantu dan mendukung orang-orang di sekitarnya. Kontribusi positif itu membuatnya diterima dan merasa lebih baik. 

Selain Steve, karakter-karakter laki-laki lain di serial ini juga diset melawan stereotip maskulinitas seperti selalu berani dan bisa diandalkan. Penonton bisa melihat dengan jelas bahwa mereka juga bisa merasa takut, bingung, menangis, dan butuh ditolong layaknya manusia biasa. 

2. Lord of the Rings (2001—2003)

8 Representasi Maskulinitas Positif Terbaik dalam Film dan SerialThe Lord of the Rings (dok. New Line Cinema/The Lord of the Rings)

The Lord of the Rings bisa dibilang pelopor maskulinitas positif dalam film. Rilis pada awal 2000-an ketika industri hiburan masih mengglorifikasi maskulinitas toksik, tokoh-tokoh dalam sinema fantasi yang sukses ini benar-benar beda dengan tokoh laki-laki di film lain. 

Baik Frodo, Sam, Legolas, dan Aragorn digambarkan sebagai sosok yang punya emosi dan empati. Ada banyak adegan dan dialog yang menunjukkan afeksi antar karakter laki-laki. Ketika mereka kehilangan, kreator film memastikan mereka diberi waktu dan ruang untuk berduka.

Cara karakter laki-laki memperlakukan karakter perempuan dalam film juga patut diacungi jempol. Ini sebuah terobosan baru mengingat mayoritas film heroik cenderung mengobjektivikasi perempuan dan menciptakan karakter laki-laki yang seolah tidak memiliki emosi. 

3. Spiderman: No Way Home (2021)

8 Representasi Maskulinitas Positif Terbaik dalam Film dan SerialSpider Man: No Way Home (dok. Marvel Entertainment/Spider Man: No Way Home)

Depiksi maskulinitas positif dalam film pahlawan dieksekusi sempurna oleh kreator Spiderman: No Way Home. Peter digambarkan sebagai sosok yang penuh empati dan selfless. Ketimbang mengalahkan musuhnya, ia akan memprioritaskan keselamatan orang-orang yang nyawanya terancam. 

Ketika kehilangan orang terkasihnya, Peter juga diberi waktu oleh kreator untuk memproses emosinya. Adegan di mana ia bertemu dua Spider Man sebelumnya juga jadi adegan krusial. Momen itu menunjukkan bahwa laki-laki juga punya sisi rentan. 

4. Fantastic Beasts (2016—2019)

8 Representasi Maskulinitas Positif Terbaik dalam Film dan SerialNewt Scamander di film Fantastic Beasts. (dok. Warner Bros/Fantastic Beasts)

Newt Scamander dari film berseri Fantastic Beasts juga memiliki kualitas maskulinitas positif. Keberaniannya melawan ketidakadilan dan kejahatan saja berakar dari kepekaan dan kemampuannya berempati. 

Ia jauh dari karakter laki-laki yang heroik dan kuat. Newt tak ragu jadi dirinya sendiri yang mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi masyarakat terhadap laki-laki. Ia pun tak malu mengungkapkan ketidaktahuannya dan mengakui kesalahannya. Itu yang membuat relasinya dengan karakter-karakter perempuan dalam film pun nyaman ditonton. Ia tak pernah melakukan mansplaining.

Baca Juga: Film 101: Kupas Tuntas 7 Sub Genre Drama dalam Film

5. Close (2022)

8 Representasi Maskulinitas Positif Terbaik dalam Film dan Serialfilm Close (dok. A24/Close)

Close tentu tidak bisa dilewatkan bila bicara maskulinitas positif. Ini mungkin pertama kalinya kamu melihat afeksi antar laki-laki dinormalisasi dalam film tanpa harus menggunakan label LGBTQ+. Tidak hanya antar teman, afeksi antar sesama laki-laki bisa kamu lihat terjadi pada seorang kakak dengan adiknya. 

Ketika sebuah tragedi terjadi, karakter laki-laki pun diberi ruang untuk memproses emosinya dengan menangis. Ini bak tamparan bagi film-film lain yang masih ragu menampakkan sisi rentan dalam karakter pria. Kritik dalam film ini pun lugas, bahwa terkadang maskulinitas toksik dan ekspektasi sosial yang membuat laki-laki perlahan kehilangan kemampuannya berempati serta ragu untuk membangun relasi yang sehat. 

6. Lean on Pete (2014)

8 Representasi Maskulinitas Positif Terbaik dalam Film dan SerialLean on Pete (dok. A24/Lean on Pete)

Charley sama dengan remaja laki-laki pada umumnya, selalu dijejali ide-ide maskulinitas tradisional oleh orang-orang di sekitarnya. Namun, film Lean on Pete menggambarkannya sebagai sosok yang penuh empati dan kalem. 

Caranya memperlakukan kuda yang ia temukan juga sangat lembut. Seakan merepresentasikan bagaimana ia juga ingin diperlakukan. Meski ditinggalkan ibunya sejak kecil, Charley tidak menyimpan amarah dan dendam. Ia mengekspresikan rasa kecewa dan sakit hatinya dengan cara yang jauh dari kekerasan. 

7. The Eight Mountains (2022)

8 Representasi Maskulinitas Positif Terbaik dalam Film dan Serialfilm The Eight Mountains (dok. Tallinn Black Nights Film Festival/The Eight Mountains)

Sama dengan dua karakter laki-laki dalam film Italia, The Eight Mountains. Pietro dan Bruno diceritakan datang dari keluarga yang latar belakangnya bertolak belakang. Namun, keduanya sama-sama jadi korban maskulinitas toksik sejak kecil. Ini membuat keduanya menyimpan trauma hingga usia dewasa. 

Sama seperti kebanyakan laki-laki dewasa lainnya, mereka kesulitan mengekspresikan emosi dan perasaan. Namun, terlihat jelas bahwa keduanya berusaha sekuat mungkin untuk menunjukkan rasa peduli satu sama lain. Ini sebuah penggambaran persahabatan antar sesama pria yang cukup realistis. 

8. Everything Everywhere All At Once (2022)  

8 Representasi Maskulinitas Positif Terbaik dalam Film dan SerialEverything Everywhere At All Once (dok. A24/Everything Everywhere At All Once)

Karakter Waymond (Ke Huy Quan) juga bisa jadi contoh maskulinitas positif. Ia bukan seorang ayah dan suami yang sesuai dengan deskripsi maskulinitas tradisional. Namun, pada semesta alternatif, kreator film EEAO mencoba menjelaskan dan membocorkan kualitas apa yang dimiliki Waymond. Semuanya tidak jauh dari empati, kasih, dan kepekaannya. 

Ketiga hal ini cenderung diremehkan dalam masyarakat. Padahal sebenarnya punya peran yang penting untuk menjaga harmoni dan ketertiban. Relasi dalam rumah tangga Waymond dan Evelyn juga bisa dibilang fleksibel. Tidak ada ekspektasi maskulin dan feminin yang mengekang mereka. 

Melihat representasi tokoh laki-laki dengan kualitas maskulinitas positif dalam film bak angin segar. Rasanya lebih nyaman ditonton. Terobosan-terobosan seperti ini harus diperbanyak. 

Baca Juga: 7 Rekomendasi Film Jerman Orisinal Netflix, Ada Horor hingga Komedi

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya