[REVIEW] The Settlers, Film Puitis nan Brutal soal Genosida di Chile

Film fitur debut Felipe Gálvez Haberle

The Settlers atau Los Colonos sempat diajukan Chile sebagai submisi resmi mereka untuk dapat nominasi Film Fitur Internasional Terbaik Oscar 2024. Meski gagal dapat nominasi, The Settlers layaknya The Zone of Interest punya kesamaan isu dan agenda, yakni menyakinkan manusia agar tak lagi mengulang tragedi genosida.

Bedanya The Settlers berlatarkan Tierra del Fuego, sebuah hamparan rumput luas yang ditemukan koloni Eropa pada 1500-an. Meski terlihat kosong alias tak bertuan, lahan itu sudah lebih dulu dihuni penduduk pribumi Amerika Selatan. Namanya sendiri terinspirasi dari sejumlah api unggun yang dinyalakan para penduduk pribumi yang tinggal menyebar dalam format koloni-koloni kecil. 

Namun, seperti yang sudah diduga, untuk melancarkan agenda eksploitasi alam mereka, penjajah asal Eropa melakukan cara-cara brutal untuk menyingkirkan penduduk pribumi. Ini yang kemudian digambarkan Felipe Gálvez Haberle dalam karya terbarunya. Sebrutal apa? Berikut ulasan film The Settlers (2023).

Baca Juga: Film Settlers Tayang Bulan Juli, Ini 10 Potret Manis Nell Tiger Free

1. Film langsung dibuka dengan suasana mencekam

[REVIEW] The Settlers, Film Puitis nan Brutal soal Genosida di ChileThe Settlers (dok. Quijote Films/The Settlers)

Mengambil latar akhir 1800-an dan awal 1900-an, The Settlers dibuka dengan penampakan hamparan lahan luas tak terhingga yang berangin. Fokus kamera kemudian perlahan meneropong sekelompok orang yang bekerja di sebuah lahan dengan pagar kawat yang mengelilinginya. Mereka ternyata orang-orang yang dipekerjakan seorang pebisnis asal Spanyol, Jose Menendez untuk mengelola salah satu lahannya. 

Tak lama, nuansa horor akan langsung menerpa penonton. Para pekerja tak hanya harus banting tulang, mereka dinilai dari kelengkapan dan kesehatan jasmaninya. Saat salah satu dari mereka terluka dan kehilangan lengan, seorang utusan Menendez datang dan menembak mati pekerja itu. Sejak itu, suasana horor dan mencekam akan terus menghantuimu tanpa jeda. 

2. Gambaran keserakahan manusia yang tak terbatas

[REVIEW] The Settlers, Film Puitis nan Brutal soal Genosida di ChileThe Settlers (dok. Quijote Films/The Settlers)

Sang utusan kemudian menemui Menendez di tendanya. Ia tampak mengenakan jas merah (seragam tentara Kerajaan Inggris) dan berbicara dengan salah satu logat Inggris yang kental. MacLennan namanya, mengaku terakhir berpangkat letnan, ia kini bekerja untuk Menendez dan dapat tugas untuk "mengamankan" lahannya di kawasan Tierra del Fuego. Mengamankan dalam hal ini termasuk memastikan tak ada orang pribumi yang bakal mengganggu rencana bisnisnya di lahan-lahan tersebut. 

Ia dipasangkan dengan tentara bayaran bernama Bill (Benjamín Westfall) yang berlogat Texas dan satu penunjuk arah bernama Segundo (Camilo Arancibia), pemuda dengan kemampuan menembak brilian dan berlatar belakang mestizo (campuran pribumi dan kulit putih). Dari situ perburuan mereka pun dimulai. Selama momen itu, mereka bertemu dengan sesama settlers (pendatang) dengan tujuan berbeda-beda. Mulai dari tentara Republik Argentina yang menjaga perbatasan sampai sesama tentara bayaran yang juga diutus pebisnis asal Eropa lainnya. 

Selama masa perburuan itu pula, kamu akan menyaksikan beberapa adegan kekerasan yang menyesakkan dada. MacLennan dan Bill tampak menikmati itu semua. Hanya Segundo yang masih punya akal sehat dan tampak jijik dengan kelakuan keji kedua orang itu.

Baca Juga: Irlandia Akan Intervensi Kasus Genosida Israel di ICJ

3. Berlaju lambat dan puitis, tanpa menyingkirkan elemen brutalisme di dalamnya

[REVIEW] The Settlers, Film Puitis nan Brutal soal Genosida di ChileThe Settlers (dok. Quijote Films/The Settlers)

Menariknya, tak semua detail aksi genosida ditampakkan Galvez di depan layar. Pada babak terakhir film, latar melompat ke tujuh tahun setelah perburuan itu. Tepatnya ketika pemerintah Chile mulai gencar melakukan upaya nation building (pembentukan identitas suatu bangsa). Saat itu, pemerintah Chile tampak berusaha menyelesaikan dosa masa lalu pendatang Eropa mereka dan mendorong para penduduk pribumi untuk berasimilasi. 

Saat itulah, utusan pemerintah mendatangi Segundo yang kini hidup tenang di rumah sederhana bersama istrinya, terbebas dari atasannya. Ia kemudian diminta membuat testimoni soal apa saja yang dilakukannya bersama MacLennan beberapa tahun silam. Pada momen itulah, beberapa detail mengerikan lain terbongkar dan bakal menghantuimu. Meski terlihat seperti niat baik, pada adegan pemungkas itu pula, Felipe Gálvez Haberle memastikan penonton tak melewatkan fakta bahwa pemerintah Chile saat itu didominasi  pendatang Eropa. 

Tak seperti film perang yang fokus pada aksi, urgensi waktu, dan kekerasan, The Settlers dikemas dengan gaya puitis. Lajunya lambat dan para protagonisnya seolah punya banyak waktu untuk merenung dan terdiam. Bila bisa dibandingkan, The Settlers punya kemiripan dengan The Zone of Interest. Kengerian tak selalu bertumpu pada elemen grafik, ia bisa dibangun lewat detail audio memukau dan ketajaman dialognya. 

Baca Juga: Pakar PBB: Israel Telah Memenuhi Seluruh Ambang Batas Genosida

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Penulis, netizen, pembaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Diana Hasna

Berita Terkini Lainnya