7 Film Satyajit Ray, Sutradara Legendaris Sinema Bengali 

Karyanya memberikan pengaruh besar di industri film dunia

Lahir di Kolkata pada tahun 1920, Satyajit Ray mewarisi bakat sang ayah dan kakek buyutnya dalam bidang seni. Usai merampungkan pendidikannya di Universitas Visva-Bharati, ia kemudian bekerja di biro iklan Inggris di Kolkata sebagai perancang visual. Disela-sela kesibukan, Satyajit Ray aktif menulis kumpulan cerita yang terinspirasi dari novel maupun film favoritnya seperti Sherlock Holmes dan produser film David Selznick.

Satyajit Ray lalu bergabung dengan Signet Press, perusahaan penerbit buku, sebagai perancang sampul buku. Usai merancang sampul untuk novel klasik Bengali berjudul Pather Panchali karya Bibhutibhushan Bandyopadhyay, petualangannya sebagai seorang sineas pun dimulai. Dengan segala keterbatasan yang ada serta minim akan pengalaman dan sumber daya, Satyajit Ray memulai debut penyutradaraannya melalui film Pather Panchali.

42 tahun berkarya di industri perfilman India Selatan, Satyajit Ray telah menulis dan menyutradari 36 judul film termasuk film pendek dan dokumenter. Deretan film terbaik besutan Satyajit Ray berikut ini tidak hanya sukses di pasaran namun juga memberikan pengaruh besar pada industri perfilman dunia.

1. Aranyer Din Ratri (1970)

7 Film Satyajit Ray, Sutradara Legendaris Sinema Bengali cuplikan film Aranyer Din Ratri (dok. Priya Films/Aranyer Din Ratri)

Rekomendasi film terbaik Satyajit Ray yang pertama ada Aranyer Din Ratri. Disadur dari novel Bengali klasik karya Sunil Gangopadhyay, Satyajit Ray sukses membawa narasi yang sederhana menjadi lebih hidup dengan menonjolkan dialog yang cerdas serta akting mumpuni dari para jajaran pemainnya. Bersama sinematografer Soumendu Roy dan editor Dulal Dutta, Satyajit Ray membingkai interaksi antar karakter yang kompleks dalam adegan yang memanjakan mata. Tidak heran rasanya jika film yang rilis pada tahun 1970 tersebut masuk dalam nominasi Best Film di ajang 20th Berlin International Film Festival.

Aranyer Din Ratri sendiri mengikuti sekelompok pemuda yang terdiri dari Asim (Soumitra Chatterjee), Sanjoy (Subhendu Chatterjee), Hari (Samit Bhanja), dan Sekhar (Robi Ghosh). Mereka memutuskan untuk menepi sejenak dari hiruk pikuk kota Kolkata dan berlibur ke sebuah desa terpencil di wilayah Bihar. Setibanya di sana, mereka bertemu dengan kelompok lain dan menghabiskan akhir pekan mereka bermain api dengan para gadis.

2. Pather Panchali (1955)

7 Film Satyajit Ray, Sutradara Legendaris Sinema Bengali cuplikan film Pather Panchali (dok. Goverment of West Bengal/Pather Panchali)

Satyajit Ray memulai debut penyutradaraannya melalui Pather Panchali. Karena mengalami keterbatasan akses dan biaya, Satyajit Ray menggandeng kru serta aktor amatir. Dengan bantuan sinematografer Subrata Mitra dan pemain sitar legendaris Ravi Shankar untuk menggubah soundtrack dan scoring film, akhirnya Satyajit Ray mampu merampungkan produksi film perdananya dalam jangka tiga tahun.

Disadur dari novel Bengali klasik dengan judul yang sama karya Bibhutibhushan Bandyopadhyay, kerja keras Satyajit Ray dalam menggarap Pather Panchali berbuah manis. Melakukan penayangan perdananya di ajang pameran di Museum of Modern Art di New York pada Mei 1955, Pather Panchali mendapatkan respon positif dari para kritikus serta sukses merajai box office di minggu pertama penayangannya di Kolkata. Kesuksesan yang diraih Pather Panchali menjadi pembuka bagi Satyajit Ray untuk membuat The Apu Trilogy.

Pather Panchali sendiri mengikuti keseharian seorang bocah bernama Apu (Subir Banerjee). Hidup di sebuah desa terpencil di wilayah Bengala dalam kemiskinan membuat sang ayah Harihar (Kanu Bannerjee) pergi berbulan-bulan untuk mencari pekerjaan. Sementara itu ibunya Sarbojaya (Karuna Bannerjee) melakukan berbagai upaya untuk memastikan Apu dan kakaknya Durga (Uma Das Gupta) menjalani hidup yang layak di tengah segala keterbatasan.

3. Apur Sansar (1959)

7 Film Satyajit Ray, Sutradara Legendaris Sinema Bengali cuplikan film Apur Sansar (dok. Satyajit Ray Productions/Apur Sansar)

Merupakan penutup dari The Apu Trilogy, Apur Sansar dirilis pada tahun 1959 silam. Dikenal juga sebagai The World of Apu, film yang diproduksi dalam bahasa Bengali ini adaptasi dari babak kedua novel Bengali klasik karya Bibhuthibhushan Bandopadhyay berjudul Aparajito. Sama seperti kedua film terdahulunya–Pather Panchali dan AparajitoApur Sansar tidak hanya sukses di box office tapi juga berjaya di berbagai ajang penghargaan film nasional mau pun internasional. Mulai dari National Film Award for Best Feature Film. Sutherland Award for Best Original and Imaginative Film, hingga National Board of Review Award for Best Foreign Language Film.

Apur Sansar mengikuti kehidupan Apu (Soumitra Chatterjee) yang kini telah berusia 23 tahun. Sepeninggal sang ibu, Apu terpaksa harus berhenti kuliah karena kekurangan biaya. Apu yang dulu dikenal ambisius kini harus puas dengan penghasilan yang sedikit dan hidup sederhana di tengah hiruk pikuk kota Kolkata bersama istrinya Aparna (Sharmila Tagore).

4. Mahanagar (1963)

7 Film Satyajit Ray, Sutradara Legendaris Sinema Bengali cuplikan film Mahanagar (dok. R.D. Bansal and Co./Mahanagar)

Disadur dari cerpen berjudul Abataranika karya Narendranath Mitra, Satyajit Ray menyoroti realita kota Kolkata di tahun 1960-an dimana sekelompok orang yang tetap menjaga nilai-nilai konservatif dan penganut paham liberal yang menawarkan kebebasan hidup berdampingan. Bersama sinematografer Subrata Mitra, Satyajit Ray mengeksplor hiruk pikuk wilayah Bengala Barat dalam sudut pandang yang berbeda.

Mahanagar mengikuti upaya Arati Mazumder (Madhavi Mukherjee) dalam meringankan beban suaminya Subrata (Anil Chatterjee) dengan bekerja sebagai pramuniaga. Mertuanya yang menjunjung tinggi nilai adat dan tradisi jelas menentang keputusan Arati. Situasi di rumah semakin memburuk ketika Subrata dipecat dan keluarganya bergantung pada istrinya. Di tempat kerjanya, Arati berteman dengan Edith (Vicky Redwood) yang liar dan mulai terbuai pada dunia luar penuh dengan kebebasan.

Baca Juga: 7 Film Horor yang Mengangkat Tema Klasik dengan Gaya Modern, Tegang!

5. Agantuk (1991)

7 Film Satyajit Ray, Sutradara Legendaris Sinema Bengali cuplikan film Agantuk(dok. Canal+/Agantuk)

Agantuk merupakan film terakhir yang ditulis dan disutradarai langsung oleh Satyajit Ray. Kala proses produksi berlangsung, kondisi Satyajit Ray dalam keadaan sakit dan mengharuskan dirinya menggunakan alat bantu pernapasan. Dirilis pada tahun 1991, Agantuk disadur dari salah satu cerita pendek karyanya sendiri berjudul Atithi. Digarap dalam bahasa Bengali, Agantuk mendapatkan bantuan finansial dari rumah produksi asal Perancis seperti Canal+ dan DD Productions milik Gérard Depardieu.

Agantuk mengikuti keluarga Bose yang mendapatkan kunjungan tak terduga dari Manomohan Mitra (Utpal Dutt), sosok misterius yang menyebut dirinya sebagai kerabat jauh yang telah lama hilang. Sudhindra Bose (Dipankar Dey) meminta istrinya Anila (Mamata Shankar) untuk berhati-hati dan menaruh curiga bahwa pria misterius tersebut memiliki niat jahat pada keluarganya. Namun kecurigaan tersebut perlahan menghilang seiring pria misterius tersebut menyampaikan maksud dan tujuan dari kunjungan tak terduganya.

6. Charulata (1964)

7 Film Satyajit Ray, Sutradara Legendaris Sinema Bengali cuplikan film Apur Charulata (dok. R.D. Bansal and Co./Charulata)

Charulata diadaptasi dari novel klasik karya penulis Bengali Rabindranath Tagore berjudul Nastanirh. Tidak tanggung-tanggung, Satyajit Ray menggaet langsung sang empunya cerita untuk menulis naskah film. Dikombinasikan dengan sinematografi yang memanjakan mata dari tangan dingin Subrata Mitra, Charulata menyuguhkan kisah cinta apik yang terus terbayang-bayang di benak penontonnya. Tidak heran rasanya jika Satyajit Ray menyebut Charulata sebagai karya terbaiknya dan menginspirasi Ira Sachs dalam menggarap film Forty Shades of Blue yang rilis pada tahun 2005 lalu.

Berlatar di masa penjajahan Inggris pada abad 18, Charulata menyoroti sosok Charu (Madhavi Mukherjee) yang kesepian karena suaminya Bhupati (Shailen Mukherjee) sibuk dengan pekerjaannya sebagai editor di sebuah perusahaan surat kabar. Bhupati lantas meminta kakak iparnya, Umapada (Shyamal Ghoshal), untuk menemani sang istri. Saat bersamaan, sepupu Bhupati bernama Amal (Soumitra Chatterjee) yang baru saja menyelesaikan pendidikannya pulang ke rumah. Seketika Charu dan Amal menjadi dekat dan menghabiskan waktu bersama untuk membahas hal-hal berbau seni dan sastra. Seiring berjalannya waktu, cinta di antara keduanya bersemi dan membuat situasi menjadi rumit.

7. Aparajito (1956)

7 Film Satyajit Ray, Sutradara Legendaris Sinema Bengali cuplikan film Aparajito (dok. Epic Productions/Aparajito)

Tidak pernah terbersit di benak Satyajit Ray untuk membuat sekuel selama proses pembuatan Pather Panchali. Namun kesuksesan yang diraih baik dari segi kritik maupun komersial mendorong dirinya untuk melanjutkan perjalanan hidup Apu melalui film Aparajito

Digarap dalam bahasa Bengali, Aparajito disadur dari bagian pertama novel karya Bibhutibhushan Bannerjee dengan judul yang sama. Jika di proyek sebelumnya Satyajit Ray sangat berpegang teguh pada akurasi cerita dalam novel, di film ini dirinya melakukan sedikit improvisasi pada hubungan Apu dengan ibunya. Meski dari segi pendapatan film tidak begitu memuaskan, Aparajito tetap mendapatkan respon positif dari kritikus film. Hal tersebut diamini dengan Aparajito yang berhasil mengumpulkan 11 penghargaan film internasional. Salah satu diantaranya ada Golden Lion, sukses menjadikan Aparajito sebagai film India pertama yang memboyong penghargaan tertinggi di Venice Film Festival.

Aparajito masih mengikuti kehidupan Apu kecil (Pinaki Sengupta) setelah pindah ke Benares. Ketika ayahnya meninggal, ibunya membawa Apu ke sebuah desa terpencil untuk tinggal bersama pamannya. Apu tumbuh menjadi sosok remaja berprestasi dan mendapatkan beasiswa di sebuah kampus di Kolkata. Setelah Apu berangkat ke Kolkata dan meninggalkan ibunya sendirian di desa, hubungan di antara keduanya pun mulai merenggang.

Satyajit Ray mengembuskan nafas terakhirnya pada 23 April 1992 akibat penyakit jantung dan masalah pernapasan yang dideritanya. Walau begitu, karyanya hingga kini tetap abadi. Bagi kamu yang penasaran dengan karya klasik Satyajit Ray, kamu bisa tonton di layanan streaming MUBI atau The Criterion Channel dengan kualitas gambar serta suara yang lebih jernih hasil dari restorasi.

Baca Juga: 6 Film Thriller Klasik Hollywood Berlatar Kereta, Bikin Tegang!

Febby Arshani Photo Verified Writer Febby Arshani

Akwoakwoakwoak

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya