Pelajaran soal peristiwa penjajahan (kolonialisme) memang kita dapat sejak usia sekolah, tetapi ini biasanya tidak dibarengi dengan pengetahuan soal dekolonisasi. Alhasil, tak sedikit dari kita yang justru meromantisasi penjajahan seolah melupakan dosa-dosa dan legasi destruktif yang mereka tinggalkan di negara jajahan.
Menurut Schopf, dkk dalam jurnal Third World Quarterly berjudul "Re-Thinking the Decolonisation of Knowledge and Dismantling of Intellectual Imperialism: Focusing on Epistemic and Social Justice", legasi tersebut berkaitan erat dengan sistem neoliberalisme yang diadopsi banyak negara saat ini. Sistem ini sering disebut sebagai kepanjangan tangan dari relasi kolonial dengan negara jajahan mereka sekaligus menjelaskan bagaimana ketimpangan antar negara maju dan berkembang terus memburuk.
Ketika negara-negara Global North (mayoritas negara penjajah) dimanjakan barang dengan harga murah, udara bersih, dan lingkungan yang indah, negara-negara Global South (mayoritas bekas jajahan) menyaksikan alam mereka rusak karena ekstraksi berlebih dan aktivitas manufaktur, serta upah mereka tetap rendah karena distribusi kekayaan yang hanya berkutat di kelompok elite.
Tidak hanya lewat naskah akademik, kamu bisa belajar konsep dekolonisasi dari hal-hal non-akademik seperti seni. Salah satunya film. Untuk belajar topik ini, mari berkenalan dengan sutradara asal Brasil, Glauber Rocha, yang juga disebut pencetus Third Cinema, yakni gerakan revolusi lewat film-film yang menawarkan perspektif alternatif, seperti realisme sosial dan antikolonialisme. Silakan mulai lewat lima film terbaiknya berikut ini.
