4 Film Indie 80-an tentang Perempuan Karya Susan Seidelman

- Film indie 80-an karya Susan Seidelman menampilkan perempuan sebagai tokoh utama, seperti Wren dalam Smithereens yang berjuang untuk karier musiknya.
- Desperately Seeking Susan (1985) menampilkan Madonna dan Rosanna Arquette dalam cerita tentang seorang ibu rumah tangga yang terobsesi dengan surat kaleng.
- Making Mr. Right (1987) adalah film sains-fiksi yang memprediksi kehadiran teknologi AI, dengan Frankie Stone yang tertarik pada prototipe robot humanoid.
Jenuh dengan film-film baru yang menurutmu kurang nendang dan terlalu dipoles sampai gak natural? Coba tengok koleksi film indie Amerika 80-an, deh. Niscaya kamu bakal menemukan banyak film yang saking naturalnya terasa seperti dokumenter ketimbang fiksi.
Tak percaya? Kerucutkan saja pencarianmu dengan ketik nama Susan Seidelman. Ia adalah sutradara film indie yang cukup aktif berkarya media 1980-an. Film-filmnya kebanyakan bergenre komedi dengan perempuan sebagai titik sentralnya. Kalau makin penasaran, Ini empat film indie 80-an tentang perempuan karya Susan Seidelman yang bisa kamu tonton.
1. Smithereens (1982)

Smithereens adalah film indie berlatar skena punk New York dengan lakon Wren (Susan Berman), perempuan 20-an yang berusaha menaiki tangga karier sebagai musisi. Benar sepertinya, kalau jadi seniman, seseorang harus siap miskin, Wren kesulitan secara finansial. Ia diusir dari apartemen karena telat bayar dan akhirnya harus terlunta-lunta mencari tumpangan.
Beruntung, ia bertemu dengan pemuda yang naksir padanya dan bersedia menampungnya tinggal di sebuah van butut. Masalahnya, Wren bukan tipe orang yang tahu diri. Ia hanya memanfaatkan kebaikan pemuda itu dan sibuk menjilat sana-sini demi kariernya tanpa memedulikan perasaan orang lain.
2. Desperately Seeking Susan (1985)

Penasaran bagaimana jadinya kala Madonna berakting? Ikon pop 80-an ternyata pernah terlibat dalam film indie garapan Susan Seidelman berjudul Desperately Seeking Susan. Madonna memerankan perempuan pekerja serabutan bernama Susan yang tak sengaja jadi saksi kasus pembunuhan. Ia dikejar-kejar komplotan pelaku yang tak ingin ia buka suara.
Di sisi lain, Roberta (Rosanna Arquette) adalah ibu rumah tangga (IRT) yang terobsesi pada sebuah surat kaleng di salah satu kolom koran. Surat kaleng itu dikirim seorang pria yang mencari perempuan bernama Susan. Sosok Susan amat berbeda dengan dirinya dari segala hal dan bikin Roberta makin penasaran. Ia tergoda untuk menyamar jadi Susan dengan cara merespons surat kaleng itu.
3. Making Mr. Right (1987)

Dari komedi, Seidelman bereksperimen dengan genre sains-fiksi lewat film Making Mr. Right. Tanpa meninggalkan signatur romcom-nya, Seidelman mencoba menjelajahi pergumulan batin seorang perempuan bernama Frankie Stone (Ann Magnuson) yang direkrut untuk menguji sebuah prototipe robot humanoid.
Frankie diminta untuk membuat robot ini makin mirip dengan manusia. Seiring berjalannya waktu, Frankie menemukan dirinya tertarik pada robot ini. Tanpa sepengetahuannya, robot itu dibuat seorang ilmuwan menggunakan dirinya sendiri sebagai model. Premis film ini ternyata melampaui zaman karena tanpa sengaja, Seidelman memprediksi kehadiran teknologi akal imitasi (AI).
4. She-Devil (1989)

Susan Seidelman bekerja sama dengan Meryl Streep dalam film She-Devil. Sang aktris didapuknya jadi IRT yang mencium gelagat busuk dari suaminya. Setelah terkonfirmasi kalau si suami selingkuh, Ruth, si lakon, melancarkan berbagai cara untuk membalas dendam dengan menyasar aset sang suami satu per satu. Termasuk menghancurkan hubungan sang suami dengan selingkuhannya secara cerdik.
She-Devil mungkin bakal sedikit mengingatkanmu pada Death Becomes Her (1992). Namun, kalau diperhatikan, Seidelman yang bikin cerita balas dendam itu lebih dulu. Tak berlebihan buat menjuluki Seidelman sebagai trendsetter. Sayang saja, ia tak sesering itu dapat panggung.
Seperti banyak sutradara perempuan pada masa lalu, Susan Seidelman sayangnya gak dapat eksposur besar. Ia lebih sering menggarap proyek indie yang penayangannya pun terbatas saat itu. Padahal, ide-idenya segar dan menembus zaman, lho.