6 Film Asia Bertema Sepak Bola, Ada yang Berbalut Isu Sosial

Film India identik dengan film musikal bertema romantis namun pada tahun 2019 mengeluarkan film berlatar belakang olahraga, sepak bola.

Film dengan judul Jada adalah nama tokoh utama berprofesi sebagai atlet sepak bola.

Jada seorang atlet sepak bola dengan iming-iming akan mendapatkan jaminan kerja serta kehidupan layak yang diimpikan semua orang. Diharuskan memberikan penampilan terbaik di setiap pertandingan. Permintaan yang wajar bagi seseorang pelatih maupun klub. Tapi konflik tidak berhenti disitu jika sang tokoh utama, Jada mempunyai tujuan lain.

Negara Iran memang tidak pernah gagal dalam memberikan film yang menyentuh serta bertema sosial. Kali ini menyoroti soal kaum perempuan di negara tersebut yang berbalut sepak bola.

Offside, film keluaran tahun 2006 ini menyoroti dua hal tersebut,  berhasil menyabet penghargaan Silver Bear di Berlin International Film Festival tahun 2006. Selain itu film Offside didapuk sebagai official selection untuk New York dan Toronto Film Festival.

Hadir dengan tema yang menarik, Offside merupakan film yang menceritakan tentang sekelompok perempuan Iran yang menyamar sebagai laki-laki agar bisa menonton bola.

Bagaimana film garapan Jafar Pahani menghubungkan sepak bola dengan kaum perempuan Iran kala itu?

Ternyata Iran kala itu, kaum perempuan tidak boleh menonton pertandingan sepak bola secara langsung di stadion. Bila ini dilakukan hukuman dari pemerintah pasti menanti. Akhirnya aturan tersebut berakhir pada tahun 2019. 

Polemik itulah yang dimunculkan saat ada sekelompok perempuan Iran ingin menonton pertandingan sepak bola secara langsung di stadion antara Iran vs Bahrain untuk mendapatkan tiket menuju piala dunia 2006 di Berlin, Jerman. Bagaimana cara mereka masuk ke stadion sepak bola? Serta tantangan apa saja yang muncul?

Masih bertema sosial film Indonesia yang disutradarai oleh Ari Sihasale tahun 2014 silam berjudul Cahaya dari Timur. Film sepak bola berbalut konflik perpecahan tentang isu agama di Ambon.

Bercerita tentang Sani Tawainella yang diperankan Chicco Jericho demi melindungi anak-anak di kampungnya dari konflik agama di Ambon lewat sepak bola. Sani Tawainella berusaha membaurkan anak-anak asuhnya yang berbeda agama menjadi satu team. Apakah cara ini akan efektif atau malah memperbesar perpecahan?

Buat kalian yang sudah pernah menonton film Indonesia lainnya yang bertema sepak bola seperti Garuda di Dadaku, Tendangan Dari Langit ataupun film komedi Gara-Gara Bola jangan sampai terlewat menonton Cahaya dari Timur yang merupakan kisah nyata. Serta dapatkan pengalaman mendengarkan dialek Ambon sepanjang film ini.

A Barefoot Dream dipilih untuk mewakili dunia perfilman Korea Selatan dalam Kategori Film Berbahasa Asing Terbaik pada Oscar 2011 walau tidak sampai masuk nominasi.

Film ini merupakan kerjasama dua negara yaitu Korea Selatan dengan Jepang juga berdasarkan kisah nyata yang menyentuh dari Timor Timur atau Timor Leste. Sedikit membingungkan? 

Well, sosok yang diceritakan adalah seseorang berwarga negara Korea Selatan, mantan atlet sepak bola yaitu Kim Shin-hwan yang diperankan Park Hee-soon.

Bisnis yang dijalankan Kim Shin-hwan di Korea Selatan mengalami kegagalan lalu Kim Shin-hwan melakukan perjalanan ke Timor Timur atau Timor Leste. Nah, di negara inilah mantan atlet sepak bola tersebut membangun tim sepak bola kelompok umur 14 tahun karena melihat sepak bola jalanan oleh anak-anak korban konflik negara tersebut.

Dengan perbedaan latar belakang, budaya serta konflik dalam negeri yang masih muncul tentu menimbulkan kesulitan yang membuat pusing Kim Shin-hwan.

Bagaimana akhirnya Kim Shin-hwan mampu melewati tantangan demi anak asuhnya agar bisa melawan team dari negara Jepang? Serta apa yang membuat Kim Shin-hwan memperoleh julukan "Hiddink dari Korea"?

Dari negara Bhutan film tentang sepak bola justru dilihat dari sisi dua biksu kecil Tibet yang mengungsi di India tepatnya di Himalaya.

Dua biksu cilik ini ternyata hanya ingin menonton pertandingan Piala Dunia 1998 yang diselenggarakan di Prancis. Bagaimana dua biksu cilik ini berusaha untuk mendapatkan televisi untuk ditaruh di biaranya?

The Cup (Phörpa) adalah judul film dari negara Bhutan disutradarai oleh Khyentse Norbu. Berhasil terpilih di berbagai festival seperti Festival Film Toronto dan Sundance.

Bagi yang sudah menonton bagaimana menurut kalian?

Satu lagi film dari Asia yang mengusung sepak bola. Shaolin Soccer film dari Hongkong, walau sudah berumur 20 tahun lebih film ini tetap tidak membosankan ditonton karena dibalut komedi.

Diperankan Stephen Chow dan teman-temannya sebagai ahli kungfu Shaolin membentuk tim sepak bola. Bagaimana tingkah ahli beladiri ini saat harus menggabungkan keahlian mereka dalam olahraga sepak bola?

Daripada dibikin serius film Shaolin Soccer ini menghadirkan komedi dalam setiap alur ceritanya.

Film tentang sepak bola ternyata memiliki konflik tidak biasa di setiap ceritanya, hal ini mampu disuguhkan oleh para kreator film-film Asia diatas. Jadi bagaimana menurut kalian yang sudah pernah menonton film tersebut? Yang belum sempat menonton bisa masukkan list film di atas untuk ditonton secara legal.