Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Film Berikut Ternyata Dibuat di Lokasi yang Berbeda dengan Aslinya

Cuplikan film Memoirs of a Geisha (2005) (dok. Amblin entertainment/Memoirs of a Geisha

Ketika menonton sebuah film, kita kerap kali terkesima dengan latar tempat yang digunakan, apalagi jika film tersebut mengangkat kisah nyata. Namun, yang jarang disadari penonton adalah bahwa tidak semua film dibuat di lokasi sebenarnya dari kisah tersebut. Banyak faktor yang memengaruhi keputusan ini, mulai dari biaya produksi, izin syuting, hingga kebutuhan visual yang lebih mendukung di lokasi lain.

Beberapa film justru menuai pujian karena berhasil menghadirkan suasana yang begitu meyakinkan, walaupun syutingnya dilakukan di tempat yang berbeda dengan kisah aslinya. Dalam artikel ini, kita akan membahas lima film populer yang ternyata tidak dibuat di lokasi sesuai dengan alur cerita sebenarnya, tapi tetap mampu menyajikan nuansa dan cerita secara apik yang dilansir dari Giggster.

1. Troy (2004)

Cuplikan film Troy (2004) (dok. Warner bros/Troy (2004)

Film Troy (2004) yang dibintangi oleh Brad Pitt ini mengisahkan tentang Perang Troya yang melegenda di Yunani kuno. Sebagian besar penonton mungkin menyangka bahwa film ini difilmkan di Yunani, terutama karena latar bangunan klasik dan pemandangan laut yang begitu mendukung suasana mitologi Yunani. Padahal yang terjadi adalah, sebagian besar adegan perang dan kota Troya sendiri dibuat di Meksiko dan Malta.

Malta digunakan sebagai tempat untuk membangun set kota kuno yang megah, sementara pantai Playa El Faro di Baja California, Meksiko, menjadi lokasi untuk adegan pantai dan pertempuran. Keputusan ini diambil karena kondisi geografis serta cuaca di Meksiko lebih mudah dikendalikan untuk produksi film besar. Meskipun bukan di Yunani, latar tersebut tetap berhasil menciptakan kesan autentik.

2. The Last Samurai (2003)

cuplikan film The Last Samurai (2003) (dok.Warner bros. Pictures /The Last Samurai)

The Last Samurai (2003) menampilkan kisah seorang tentara Amerika yang terlibat dalam pergolakan perubahan zaman di Jepang era Meiji. Film ini memukau dengan pemandangan gunung, lembah, dan desa tradisional Jepang. Namun, lokasi syuting utamanya justru berada di Selandia Baru, bukan di Jepang seperti yang dikira oleh sebagian besar penonton.

Alasan utama pemilihan Selandia Baru adalah karena lanskap alamnya yang mirip dengan pedesaan Jepang pada masa lalu, serta kemudahan teknis dan logistik selama proses produksi. Sebagian adegan tambahan memang diambil di Kyoto dan Himeji, tetapi mayoritas latar pemandangan yang memukau berasal dari pedalaman Selandia Baru, terutama Taranaki yang menyerupai Gunung Fuji.

3. Memoirs of a Geisha (2005)

Cuplikan film Memoirs of a Geisha (2005) (dok. Amblin entertainment/Memoirs of a Geisha

Film ini mengisahkan kehidupan seorang gadis miskin yang menjadi geisha terkenal di Kyoto. Nuansa budaya Jepang sangat kental di dalam film ini, lengkap dengan rumah kayu tradisional, taman Jepang, dan kota tua Gion. Terlihat asli dengan suasana negara Jepang, namun tidak semua lokasi syuting dilakukan di Jepang. Justru sebagian besar adegannya direkam di California, Amerika Serikat.

Set besar kota Kyoto dibuat ulang di California Utara, khususnya di Ventura County, untuk menghindari pembatasan syuting di Jepang serta alasan efisiensi produksi. Beberapa adegan diambil di Jepang seperti Kuil Fushimi Inari, Uniknya, banyak penonton tak menyadari bahwa visual yang mereka lihat bukanlah Kyoto yang asli. Meskipun begitu, atmosfer budaya Jepang tetap berhasil disampaikan secara kuat.

4. Indiana Jones and the Last Crusade (1989)

Cuplikan film Indiana Jones and the Last Crusade (1989) (dok. Paramount picturs/Indiana Jones and the Last Crusade

Film petualangan legendaris ini membawa penonton keliling dunia, termasuk Italia dan Timur Tengah, dalam misi pencarian Holy Grail. Salah satu tempat paling ikonik adalah “Perpustakaan Venesia” dan gurun yang disebut-sebut berada di sekitar wilayah Mesir. Namun, kenyataannya, lokasi-lokasi tersebut difilmkan di negara yang berbeda.

Adegan Venesia, misalnya, banyak diambil di kota pelabuhan Palma di Spanyol. Sedangkan untuk adegan petualangan di gurun, lokasi syuting utama adalah di Yordania, terutama situs kuno Petra yang menjadi salah satu ikon dalam film ini. Pilihan lokasi ini memperlihatkan bagaimana sinematografi bisa mengelabui persepsi kita tentang tempat dan waktu dalam film.

5. Gladiator (2000)

cuplikan film Gladiator (2000) (dok. universal pictures/Gladiator)

Film pemenang Oscar ini mengangkat kisah Maximus, seorang jenderal Romawi yang berbalik menjadi budak lalu petarung gladiator. Penonton mungkin menyangka bahwa film ini sebagian besar diambil di Italia, karena latar arena Colosseum dan atmosfer Romawi kuno yang kental. Tapi faktanya, film ini lebih banyak disyuting di Maroko dan Inggris.

Set Colosseum yang megah dibangun sebagian di Malta dan dilengkapi dengan efek CGI. Beberapa adegan gurun dan pertempuran diambil di Ouarzazate, Maroko, yang memang dikenal sebagai lokasi film epik seperti Lawrence of Arabia. Sedangkan adegan rumah dan ladang Maximus direkam di Inggris. Detail tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa lokasi tak harus sesuai kisah asli selama atmosfernya bisa disampaikan secara visual.

Film tidak selalu harus dibuat di lokasi sesuai dengan cerita aslinya untuk bisa terasa autentik. Teknologi sinematografi, kecanggihan tata artistik, serta kecermatan dalam memilih lokasi alternatif mampu menciptakan pengalaman visual yang menipu mata namun tetap menyentuh emosi penonton. Inilah salah satu keajaiban dalam dunia perfilman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us