5 Film Disney yang Angkat Isu Generational Trauma, Relatable!

- Encanto mengangkat isu generational trauma di keluarga Madrigal, termasuk Mirabel yang merasa dikucilkan dan anggota keluarga lain dengan trauma mereka sendiri.
- Coco menceritakan kepedihan Miguel yang dilarang mengejar mimpinya menjadi musisi karena kakek buyutnya meninggalkan keluarganya demi karier musik.
- Turning Red bercerita tentang Mei Lee yang tumbuh dalam keluarga ketat dan tegas, serta pentingnya menangani trauma agar tidak melukai orang lain.
Generational trauma adalah trauma yang diturunkan antargenerasi dalam satu keluarga. Trauma ini bisa memengaruhi cara anggota keluarga berinteraksi dengan orang lain di keluarganya serta bagaimana ia memandang dirinya sendiri.
Semakin banyak film yang mengangkat isu ini, termasuk film-film Disney yang umumnya diperuntukkan semua umur. Jika penasaran mengeksplorasi isu ini, kelima film Disney yang angkat isu generational trauma berikut ini bisa kamu saksikan.
1. Encanto (2021)
Encanto bercerita tentang keluarga Madrigal yang tinggal di rumah ajaib. Tak hanya itu, masing-masing anggota keluarga memiliki kekuatan spesial, kecuali Mirabel, sehingga ia sering dikucilkan oleh keluarga maupun warga sekitar.
Meski Mirabel merasa rendah diri dibandingkan saudara dan sepupu-sepupunya, ternyata anggota keluarga Madrigal yang lain pun memiliki trauma mereka sendiri-sendiri. Kedua kakaknya, Isabela dan Luisa, merasa tertekan karena harus tampil sempurna dan kuat bagi semua orang. Mirabel juga menyadari kalau pamannya, Bruno, diusir keluarga karena kekuatannya yang bisa melihat masa depan.
Ternyata, trauma ini berakar dari apa yang dirasakan Abuela, sang nenek yang memimpin keluarga Madrigal. Abuela kehilangan sang suami secara tragis dan harus mengurus ketiga bayinya seorang diri. Ia pun berubah jadi seorang perfeksionis dan menuntut semua anggota keluarga bersikap sempurna dan menggunakan kekuatan mereka sebaik mungkin, karena ia takut hal yang terjadi pada suaminya terulang kembali.
Penonton pasti akan bersimpati dengan Mirabel maupun karakter-karakter lain di Encanto. Di balik visual yang indah dan lagu-lagu yang enak didengar, Encanto menceritakan hubungan keluarga yang kompleks dan bisa dinikmati anak-anak maupun orang dewasa.
2. Coco (2017)
Coco adalah film dari studio Pixar yang masih terafiliasi dengan Disney. Ceritanya tentang seorang anak bernama Miguel yang beraspirasi jadi musisi. Akan tetapi, keluarganya menyuruhnya menyerah mengejar mimpinya. Kata mereka, ia sebaiknya berfokus pada karier yang lebih bermanfaat, seperti usaha pembuatan sepatu milik keluarganya.
Ternyata, salah satu alasan Miguel dilarang menjadi musisi adalah karena kakek buyutnya adalah seorang musisi. Demi mengejar kariernya, ia meninggalkan istri dan anaknya. Sejak saat itu, musik dilarang di keluarga Miguel.
Coco mengungkap kepedihan dan trauma yang dialami jika kita dilarang mengejar passion oleh orang-orang terdekat kita. Apakah ini relatable dengan kondisimu?
3. Turning Red (2022)
Satu lagi film Disney-Pixar yang membahas generational trauma, Turning Red bercerita tentang Mei Lee, seorang ABG yang berasal dari keluarga dengan kekuatan unik. Setiap perempuan di keluarganya bisa berubah jadi panda merah!
Mei dibesarkan dalam keluarga yang tegas dan ketat, sehingga mungkin cukup relatable bagi banyak orang. Sang ibu, Ming, adalah ibu overprotektif dan mengatur, sehingga Mei merasa tidak bebas mengekspresikan dirinya sendiri.
Ternyata, sikap Ming ini berasal dari hubungannya dengan ibunya yang juga kurang baik. Bahkan, dalam suatu pertengkaran besar, Ming berubah jadi panda merah dan melukai ibunya.
Turning Red mengajarkan pentingnya menangani trauma yang kita rasakan. Jika tidak, lingkaran trauma ini akan terus berlanjut dan melukai orang-orang lain, sama seperti Ming yang jadi ibu yang terlalu pengatur, karena itulah yang ia alami dulu.
4. Cruella (2021)
Pernahkah kamu menonton film 101 Dalmatians? Di film itu, Cruella adalah sang antagonis yang ingin menggunakan bulu anak-anak anjing Dalmatian sebagai bahan jubah bulunya. Tetapi, film Cruella (2021) memberi perspektif baru terhadap karakter ini. Siapa sangka, Cruella pun mengalami trauma antargenerasi.
Di film ini, diceritakan kalau Cruella ingin jadi terkenal di industri fashion. Ini karena ia merasa terancam oleh seseorang di industri fashion yang bertanggung jawab atas kematian ibunya yang tidak manusiawi.
Sejak saat itu, setiap kali melihat anjing Dalmatian, Cruella teringat akan traumanya. Bagaimana tidak, anjing-anjing itulah yang menyerang dan mencabik-cabik ibunya.
Cara Cruella menghadapi traumanya dengan jadi pemburu anjing di 101 Dalmatians memang tidak sehat. Tetapi, itulah yang bisa kita ambil jadi pelajaran dari film Cruella ini. Trauma yang tidak ditangani bisa menghitamkan hati seseorang.
5. Frozen (2013)
Film yang identik dengan visual es dan salju yang indah dan lagu-lagu yang catchy ini ternyata juga membahas trauma antargenerasi, lho. Lebih tepatnya, trauma yang dialami Elsa, ratu kerajaan Arendelle, yang ia dapat dari orangtuanya.
Elsa terlahir dengan kekuatan es, dan saat kecil, ia tak sengaja melukai adiknya, Anna, dengan kekuatannya. Orangtua Elsa, sang raja dan ratu sebelumnya, menganggap kekuatan Elsa berbahaya. Mereka pun mengunci Elsa di kamar sehingga tidak boleh berinteraksi dengan siapapun selain orangtuanya. Elsa juga diberi sarung tangan dan diajar untuk menekan kekuatannya.
Dampaknya? Elsa merasa dirinya berbahaya. Ia hanya merasa bebas saat mengisolasi dirinya sendiri dari orang lain dan bebas melepaskan kekuatannya. Tetapi dampak trauma ini tidak hanya terasa oleh Elsa, tetapi juga Anna yang harus menjalani masa kecil hingga dewasanya seorang diri, tanpa pernah bertemu kakaknya.
Tanpa disangka, film-film Disney yang kita sering tonton bersama keluarga banyak yang mengandung isu generational trauma yang kompleks. Bagi sebagian orang, trauma yang dirasakan karakter dalam film Disney yang angkat isu generational trauma mungkin sangat relatable. Jika masih merasa punya trauma yang diturunkan dari keluarga, sebaiknya segera mencari cara untuk pulih agar tidak menyakiti orang lain pula.