10 Film Dokumenter yang Berhasil Mengubah Dunia, Sudah Nonton?

Dirilis pada 2013, Blackfish mengikuti kehidupan Tilikum, paus orca yang terkenal karena sejarahnya yang mematikan sebagai hewan yang hampir punah, namun menjadi tawanan di SeaWorld. Film ini mencakup penangkapan Tilikum di dekat Islandia pada tahun 1983, mengikuti perjuangan paus ini untuk beradaptasi dengan kehidupan di SeaWorld dengan segala macam tuntutan dan beberapa kejadian yang fatal.

Perubahan memang gak langsung terjadi setelah Blackfish rilis. Namun setelahnya, film ini mampu membangkitkan kesadaran tentang penderitaan hewan laut di penangkaran dan memprovokasi sejumlah protes terhadap SeaWorld khususnya, dan banyak di antaranya yang dipimpin atau didukung oleh selebriti.

SeaWorld mendapat tamparan keras. Saham SeaWorld akhirnya kehilangan lebih dari dua pertiga nilainya sejak rilis film ini pada 2013, jumlah pengunjung turun secara signifikan, dan keuntungan mereka merosot ke posisi terendah sepanjang masa. Akhirnya pada 2017, SeaWorld mengumumkan akan mengubah citra mereka sebagai kelompok konservasi dari perusahaan hiburan dan pertunjukan orca taman itu akhirnya akan dihapus.

Thin Blue Line adalah sebuah film dokumenter tahun 1988 tentang seorang terpidana yang terancam hukuman mati bernama Randall Dale Adams, dia dihukum atas pembunuhan seorang petugas polisi tahun 1976 di Dallas. Hukuman matinya hampir dilaksanakan, hanya tiga hari sebelum eksekusi yang dijadwalkan pada tahun 1979, namun akhirnya hukuman Adams diubah menjadi penjara seumur hidup.

Pembuat film, Errol Morris tiba di Dallas pada tahun 1985 untuk mulai mengerjakan film dokumenter tentang psikiater penjara. Selama pembuatan film, Morris bertemu Adams dan langsung tertarik dengan kasusnya. Investigasi Morris sendiri mengungkapkan bahwa saksi dalam persidangan kasus itu melakukan sumpah palsu, pernyataan yang dibuat oleh Adams telah disalahartikan oleh polisi, dan jaksa penuntut umum mengabaikan calon tersangka lain karena ia terlalu muda untuk dieksekusi di bawah hukum Texas. Semua ini didokumentasikan dalam The Thin Blue Line.

Setelah film itu dirilis pada tahun 1988, sebuah kemarahan publik mendorong seorang hakim untuk mendengarkan permohonan banding atas putusan bersalah itu dan setahun kemudian, Adams dibebaskan. Dia gak menerima kompensasi apapun dari negara bagian Texas.

Mengingat wacana politik sangat menggebu disetiap negara, sulit untuk menyadarkan banyak pihak tentang perubahan iklim dan keberlangsungan hidup generasi di masa depan. Namun dokumenter An Inconvenient Truth yang disutradarai oleh Davis Guggenheim pada tahun 2006 yang meliput kampanye Al Gore untuk meningkatkan kesadaran A.S. tentang pemanasan global.

An Inconvenient Truth menjadi film yang memiliki pukulan kritis dan komersial. Film ini juga memenangkan dua Academy Awards dan meraup 24 juta dolar AS, angka yang sangat baik untuk film dokumenter.

Menurut ahli glasiologi, Lonnie Thompson, kesuksesan film ini yang paling penting bisa menyadarkan banyak pihak akan perubahan iklim. Pada 2015, hampir satu dekade setelah rilis film, 195 negara berkumpul untuk menandatangani Paris Accord, sebuah perjanjian yang dimaksudkan untuk memacu dunia melawan perubahan iklim.

Film dokumenter Josh Fox yang rilis pada 2010, menawarkan wawasan tentang warga di pedesaan Amerika yang telah terkena dampak negatif dari pengeboran gas alam, metode pengeboran itu dikenal sebagai fracking. Mereka melakukannya dengan cara merekah hidrolik untuk memecah batu yang berada jauh di bawah tanah untuk mendapatkan minyak atau gas. Fox telah dihubungi oleh sebuah perusahaan gas alam pada tahun 2008 dengan tawaran 100.000 dolar AS untuk menyewa tanah keluarganya demi melakukan fracking.

Tujuan film berjudul Gasland ini dimaksudkan untuk menceritakan keluhan warga sekitar yang terkena dampak fracking di sejumlah negara bagian. Gasland mengungkapkan bahwa efek fracking mengakibatkan masalah kesehatan yang parah dan pencemaran air.

Sebuah studi pada tahun 2015 mengungkapkan bahwa perilisan film dokumenter Gasland telah mendorong kenaikan yang signifikan dalam liputan berita, aktivisme, dan diskusi online mengenai efek fracking. Kemarahan publik memaksa sejumlah kota di Amerika untuk menghentikan praktik ini, dan negara bagian New York bahkan melarang fracking.

Super Size Me adalah salah satu film dokumenter paling terkenal di dunia. Disutradarai dan menampilkan pembuat film Morgan Spurlock, film ini berfokus pada Spurlock yang hanya mengonsumsi makanan yang di beli dari McDonald's selama 30 hari. Super Size Me melacak penurunan fisik dan psikologisnya selama dan setelah periode 30 hari, menyoroti bagaimana cara perusahaan makanan cepat saji memikat orang untuk membeli makanan mereka dengan mengorbankan kesehatan si pembeli.

Dan hasilnya, Spurlock mengalami kondisi fisik yang mengkhawatirkan, ia gak mampu keluar dari kamar tidur, dan berat badannya naik 18 pound. Sejak perilisan film tersebut, restoran cepat saji akhirnya menambahkan lebih banyak pilihan menu berupa salad dan buah. McDonald's sendiri menghilangkan opsi "supersize", tetapi perusahaan tersebut menyangkal bahwa adanya film dokumenter itu mempengaruhi keputusan mereka. Super Size Me juga berkontribusi pada hadirnya istilah "clean eating," gaya hidup yang mendorong masyarakat untuk membatasi kalori sampai batas yang sudah ditentukan.

Michael Moore pembuat film dokumenter Bowling for Columbine yang rilis tahun 2002 mengeksplorasi latar belakang pembantaian SMA Columbine pada 1999. Moore mewawancarai sejumlah selebriti dan tokoh politik akan sikap mereka terhadap kekerasan dan kejahatan bersenjata di Amerika Serikat. Film ini membahas pembuatan senjata, ketakutan sosial, penjualan senjata kepada warga negara, dan kebijakan luar negeri Amerika, serta di antaranya sejumlah topik lainnya.

Dalam satu bagian film, Moore dan para penyintas dari penembakan Columbine pergi ke markas besar Kmart untuk meminta ganti rugi atas peluru yang bersarang di tubuh para korban. Mereka juga meminta toko untuk berhenti menjual amunisi. Setelah bertemu dengan Moore untuk memfilmkan segmen itu, dan bahkan sebelum rilis Bowling for Columbine, Kmart memutuskan untuk mengakhiri penjualan amunisi pistolnya. Moore mengatakan kepada media bahwa dia sangat menghargai respons dari Kmart.

Film dokumenter tahun 1970, mengikuti minggu-minggu terakhir dari tur Rolling Stones yang bertajuk Gimme Shelter pada 1969 di Amerika Serikat, yang berpuncak dengan pertunjukan terkenal di Altamont Free Concert. Altamont Free Concert berakhir dengan rusuh. Keamanan untuk acara tersebut disediakan oleh Hells Angels, namun harus berakhir dengan perkelahian, musisi pun menolak untuk melanjutkan konsernya, dan Mick Jagger ditinju setibanya turun dari helikopter.

Gimme Shelter merupakan film dokumenter yang merekam peristiwa pembunuhan Meredith Hunter oleh Hells Angel bernama Alan Passaro. Passaro ditangkap dan didakwa dengan pembunuhan, tetapi rekaman yang diambil oleh salah satu kru kamera dokumenter akhirnya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Hunter seorang yang berperawakan tinggi, ketika itu terlihat mabuk, ia mencoba mendekati panggung sambil memegang revolver, Passaro yang mengetahui hal itu akhirnya menyergap Hunter dan menusuknya dengan pisau. Rekaman itu diperlihatkan di pengadilan dan akhirnya Passaro dibebaskan, karena apa yang dia perbuat dianggap untuk membela diri.

Barbara Kopple memenangkan Oscar untuk film dokumenternya, Harlan County, USA yang dirilis pada tahun 1976 yang meliput Brookside Strike, perselisihan antara penambang batubara dan perusahaan listrik di Harlan County, Kentucky. Film ini bercerita tentang pemogokan dari perspektif Lois Scott, istri salah satu penambang, yang mendirikan Brookside Women's Club.

Kekerasan gak bisa dibendung lagi. Para penambang mulai mengacungkan senjata api, termasuk senjata tajam lainnya seperti belati. Kehadiran Kopple menjadi salah satu penyebab mengapa mereka gak melanjutkan pertikaian tersebut. Pasalnya, Kopple dan kru filmnya terus merekam kejadian itu, dan kedua belah pihak sadar bahwa mereka gak ingin wajahnya masuk ke dalam film ketika pertikaian terjadi.

Dirilis pada tahun 1967, Titicut Follies memberikan wawasan yang mengejutkan tentang kehidupan para tahanan di Rumah Sakit Negara Bagian Bridgewater untuk orang-orang yang mengalami masalah kesehatan mental dan telah melakukan kriminal. Mereka ditempatkan dalam sel-sel, dicekok paksa, diintimidasi, dan dicaci maki setiap harinya, para narapidana berada di bawah kekuasaan staf rumah sakit dan film dokumenterTiticut Follies merupakan film yang membocorkan praktik-praktik di lembaga itu ke mata publik untuk pertama kalinya.

Film ini awalnya disensor oleh pemerintah, karena mengklaim kalau hal itu melanggar hak privasi para tahanan. Namun akhirnya, diputuskan bahwa film itu hanya boleh diperlihatkan kepada para profesional di bidang hukum, kedokteran, dan pekerjaan sosial.

Namun pada tahun 1991, seorang hakim akhirnya memutuskan bahwa film tersebut dapat diperlihatkan kepada publik karena sebagian besar tahanan meninggal dan privasi mereka kurang diperhatikan. Banyak yang telah memuji film tersebut dengan meningkatkan kesadaran akan masalah dalam sistem kesehatan mental di Amerika. Frederick Wiseman yang menyutradarai film tersebut, mengatakan bahwa sejak perilisan Titicut Follies telah berkontribusi pada penutupan Bridgewater sendiri.

Satu hal yang gak bisa ditangani rezim otoriter dengan baik adalah kritikan. Hal itu menjadi sangat jelas bagi masyarakat China pada tahun 1988 dengan merilis seri dokumenter enam bagian di China Central Television, yang disebut River Elegy, atau The River Dies Young. Pesan inti dari seri ini cukup sederhana, yakni Cina adalah negara yang picik, yang pintar dalam merangkul nilai-nilai demokrasi Barat untuk bertahan hidup dan berhasil.

Pandangan kontroversial seri ini membuat negara itu diambang kekacauan. Debat berkecamuk di ranah intelektual, kepemimpinan partai, dan komunitas pendatang di seluruh dunia. Yang paling terpenting, River Elegy dianggap pemerintah untuk menanamkan semangat pemuda China pada demokrasi, dan dengan demikian berkontribusi pada gelombang perasaan anti kemapanan yang memuncak dengan pemberontakan tahun 1989.

Setelah itu gerakan dihancurkan dalam acara di Lapangan Tiananmen pada bulan April tahun itu. Sutradara River Elegy, Xia Jun, terpaksa harus diasingkan dan "direhabilitasi" sebelum kembali ke CCTV sebagai produsen pada tahun 1996.

Film dokumenter banyak membuktikan kalau kejujuran itu perlu diungkapkan ke publik. Selain bisa menginspirasi, publik juga akan tahu apa yang sebenarnya terjadi di luar sana.