Tidak seperti negara Barat, peran gender masih dipegang kuat di Eropa Timur. Kesetaraan gender yang sempat digaungkan rezim komunis lewat penyertaan perempuan dalam sektor publik beberapa dekade lalu di region itu ternyata tidak serta merta menciptakan kondisi ideal yang diharapkan.
Masih ada persepsi buruk soal feminisme dan kesetaraan gender di berbagai negara Eropa Timurm seperti yang bisa dilihat dari survei PEW Research Center pada 2019. Sekitar 20—30 persen responden asal Eropa Timur dan Tengah (yang pernah berada di bawah pengaruh rezim komunis) setuju dengan peran gender tradisional dalam pernikahan (laki-laki mencari nafkah, sementara perempuan mengasuh anak dan mengurus rumah). Jumlah tersebut cukup tinggi dibanding negara-negara Eropa Barat dan Skandinavia yang hampir 80—90 persen respondennya setuju kesetaraan gender dalam pernikahan (suami istri bekerja dan mengurus anak serta rumah bersama).
Mengingat sinema adalah cerminan tatanan masyarakat yang ada, tak heran kalau sineas setempat pun mengangkat fenomena tersebut dalam karya mereka. Tujuh film feminis Eropa Timur berikut adalah kritik terhadap norma-norma patriarkal yang masih jadi falsafah dominan di sana.