5 Film Hollywood 2025 yang Dicintai Fans, tapi Dibenci Kritikus

Perbedaan selera antara kritikus dan penonton memang sudah jadi bagian tak terpisahkan dalam dunia perfilman. Di era digital seperti sekarang, perbedaan itu makin kentara lewat Rotten Tomatoes, situs ulasan film yang menyajikan dua metrik utama: Tomatometer untuk skor kritikus dan Popcornmeter untuk penonton. Tak jarang, satu film bisa mendapat nilai jeblok dari kritikus, tapi justru dipuja-puja oleh para penonton karena faktor nostalgia, aksi, atau hiburan semata.
Salah satu contoh paling nyata datang dari Jurassic World Rebirth yang resmi tayang di bioskop sejak Rabu (2/7/2025). Film ini hanya meraih skor 51 persen dari para kritikus, tapi berhasil mengumpulkan skor 72 persen dari penonton. Meskipun banyak yang menilai ceritanya generik dan karakternya datar, penonton tetap terhibur berkat aksi dinosaurus dan nuansa klasik ala Jurassic Park.
Namun, Jurassic World Rebirth bukan satu-satunya film Hollywood yang mengalami nasib serupa tahun ini. Ada beberapa judul lain yang juga menjadi favorit penonton, tapi harus rela dibabat habis oleh para kritikus. Dari Captain America: Brave New World sampai M3GAN 2.0, yuk, simak daftar filmnya sejauh ini!
1. Captain America: Brave New World
Rating: 47 persen (Tomatometer) | 77 persen (Popcornmeter)
Sejak kegagalan Ant-Man and the Wasp: Quantumania (2023), muncul anggapan bahwa film MCU yang rilis di awal tahun cenderung mengecewakan. Captain America: Brave New World, yang tayang di bioskop pada Februari lalu, justru memperkuat anggapan tersebut. Meski berhasil mencetak box office yang lumayan, yaitu 415,1 juta dolar AS, film ini dihujani kritik tajam dari para pengulas profesional.
Banyak kritikus menilai film ini terlalu sibuk membangun koneksi ke proyek MCU lain tanpa mampu berdiri sebagai kisah yang utuh. Terlalu banyak karakter pendukung, subplot yang tak berkembang, serta penyajian politik yang terasa setengah hati menjadi keluhan utama. Bahkan penampilan villain utamanya, The Leader (Tim Blake Nelson), dianggap minim daya gedor dan kalah pamor dibanding tokoh sampingan lain.
Meski begitu, respons dari penonton justru jauh lebih positif. Mereka menyukai aksi Anthony Mackie sebagai Sam Wilson alias Captain America baru, kameo Bucky (Sebastian Stan), konflik dengan Red Hulk, serta dinamika Sam dengan Thaddeus Ross (Harrison Ford). Walau pada akhirnya, semua itu tak cukup kuat untuk mengangkat keseluruhan film di mata kritikus.
2. Snow White
Rating: 39 persen (Tomatometer) | 70 persen (Popcornmeter)
Masih dari Disney, film yang memicu perdebatan panas antara penggemar dan kritikus selanjutnya datang dari Snow White. Film ini mencoba menghidupkan kembali animasi klasiknya tahun 1937 lewat pendekatan modern yang lebih inklusif dan progresif. Rachel Zegler tampil sebagai Snow White yang lebih tegas dan mandiri, sementara Gal Gadot memerankan Evil Queen dengan pesona yang tak kalah mencolok.
Bagi sebagian penonton, pembaruan ini terasa menyegarkan. Mereka menyukai pembaruan cerita yang memberi Snow White lebih banyak kendali atas nasibnya sendiri, serta kekuatan emosional Zegler dalam membawakan lagu-lagu lama maupun baru. Beberapa bahkan menyebut film ini sebagai tontonan yang relevan, inspiratif, dan cocok untuk generasi muda saat ini.
Sayangnya, penerimaan hangat penonton berbanding terbalik dengan reaksi kritikus. Dengan berbagai ulasan yang menyebut film ini antiklimaks, kontroversial, dan lemah secara teknis, Snow White tak mampu memenuhi ekspektasi Disney. Hasil box office yang belum maksimal, merugi sekitar 115 juta dolar AS, pun semakin menambah daftar panjang remake Disney yang gagal, meski tetap dicintai sebagian penonton.
3. A Minecraft Movie
Rating: 48 persen (Tomatometer) | 85 persen (Popcornmeter)
A Minecraft Movie juga menjadi salah satu contoh paling nyata soal jurang antara selera penonton dan penilaian kritikus. Diarahkan oleh Jared Hess (Napoleon Dynamite) dan dibintangi sederet nama besar, seperti Jack Black dan Jason Momoa, film ini mendapat skor tak sampai 50 persen dari kritikus. Mereka menyebut film ini terlalu dangkal dengan alur yang klise dan karakter yang kurang berkembang.
Namun, justru di sinilah letak daya tariknya bagi para penonton muda. A Minecraft Movie simpel, penuh warna, dan setia pada atmosfer game Minecraft yang menjadi sumber adaptasinya. Kombinasi elemen nostalgia, humor slapstick, dan visual blocky yang familier membuat film ini jadi hiburan yang menyenangkan meski bukan yang paling orisinal.
A Minecraft Movie juga mencatat prestasi komersial dengan rekor preview terbesar untuk film adaptasi video game. Meski banyak kritikus menganggap film ini penuh fan service dan minim inovasi, nyatanya itu tak menghalangi kesuksesan box office-nya yang hampir mencapai 1 miliar dolar AS. Bagi Warner Bros., selaku studio produksi, tentu ini bisa jadi pelipur lara setelah kegagalan proyek ambisius lain mereka tahun ini seperti Mickey 17!
4. Karate Kid: Legends
Rating: 59 persen (Tomatometer) | 91 persen (Popcornmeter)
Bicara soal waralaba film yang telah mencicipi asam garam industri Hollywood, The Karate Kid jelas berada di urutan teratas. Film pertamanya, yang rilis tahun 1984, mendapat pujian luas dan menjadi fenomena, sementara empat sekuel berikutnya mengalami pasang surut popularitas. Dengan popularitas yang kembali naik berkat serial Cobra Kai di Netflix, tak heran jika film terbarunya, Karate Kid: Legends, membuat publik berekspektasi tinggi.
Dari segi penonton, Karate Kid: Legends terasa seperti nostalgia yang dibungkus dalam cerita baru. Banyak adegan yang mengingatkan pada film klasiknya, lengkap dengan easter eggs dan momen ikonis yang bikin fans senyum-senyum sendiri. Penampilan aktor rookie, Ben Wang, sebagai protagonis juga menuai pujian berkat energi dan aksi bela dirinya yang intens.
Namun, kritikus punya pandangan berbeda. Mereka menilai film ini terlalu bergantung pada fan service dan formula lama yang tak lagi segar. Minimnya kedalaman karakter serta kehadiran dua nama besar, seperti Jackie Chan dan Ralph Macchio, yang terasa tanggung membuat Karate Kid: Legends terasa lebih sebagai reuni daripada evolusi. Kamu sendiri, lebih tim nostalgia atau tim kualitas cerita, nih?
5. M3GAN 2.0
Rating: 57 persen (Tomatometer) | 82 persen (Popcornmeter)
Untuk melengkapi daftar ini, ada M3GAN 2.0, sekuel dari film horor viral, M3GAN, yang sempat jadi buah bibir di 2023. Meski berhasil menarik perhatian penonton dengan aksi lebih heboh dan nuansa blockbuster musim panas, film ini tak mendapat sambutan yang hangat dari para kritikus. Rating Rotten Tomatoes-nya hanya 57 persen, jauh dari pencapaian film pertamanya yang meraih 93 persen.
Salah satu penyebab utamanya adalah pergeseran genre yang cukup drastis. Jika M3GAN dikenal sebagai horor slasher dengan sentuhan komedi hitam, sekuelnya justru lebih mirip film aksi futuristik yang menempatkan M3GAN sebagai antihero. Elemen-elemen horor yang dulu jadi daya tarik utama kini digantikan adegan perkelahian CGI, ledakan besar-besaran, dan plot invasi AI ala waralaba Terminator yang terasa terlalu ambisius.
Menariknya, apa yang menjadi kelemahan M3GAN 2.0 di atas justru jadi kekuatan utamanya bagi penonton. Aksi yang seru, cerita yang ringan, serta nostalgia film aksi era 90-an membuat banyak orang menikmatinya sebagai hiburan musim panas yang menyenangkan. M3GAN 2.0 membuktikan bahwa terkadang sebuah film tak perlu disukai kritikus untuk jadi favorit publik!
Film-film dalam daftar ini jadi bukti bahwa selera hiburan tak selalu sejalan dengan standar kualitas sinematik. Pada akhirnya, apa pun pendapat para pengulas profesional, suara penonton tetap punya andil besar dalam menentukan nasib sebuah film. Nah, dari deretan judul di atas, mana yang kamu bela mati-matian meski dicerca kritikus?