6 Film Horor yang Ceritanya Gagal, tapi Aktingnya Justru Keren

- The Dead Don’t Die (2019)- Cerita lemah, humor berlebihan- Adam Driver, Bill Murray, Tilda Swinton tampil kuat
- Wolf Man (2025)- Formula klise, Christopher Abbott dan Julia Garner tampil luar biasa- Emosi karakter lebih menarik daripada plotnya
- Him (2025)- Konsep unik gagal dieksekusi dengan baik- Performa Tyriq Withers dan Marlon Wayans karismatik
Tidak semua film horor gagal karena aktornya tampil buruk. Justru dalam banyak kasus, cerita yang berantakan atau ide yang tidak dieksekusi dengan baik sering terselamatkan oleh performa akting yang solid, bahkan mengesankan. Inilah yang membuat beberapa film horor tetap menarik untuk dibahas meski secara keseluruhan dianggap mengecewakan.
Fenomena ini menunjukkan bahwa aktor bisa memberikan kedalaman emosional, karisma, dan intensitas yang jauh melampaui kualitas naskahnya. Dari bintang besar hingga pendatang baru, berikut enam film horor yang ceritanya menuai kritik, tetapi akting para pemainnya justru layak mendapat pujian.
1. The Dead Don’t Die (2019)

Sebagai film zombie, The Dead Don’t Die terasa terlalu sibuk memecahkan dinding keempat hingga lupa membangun ketegangan dan alur cerita yang solid. Humor berlebihan membuat film ini sulit untuk dinikmati secara emosional, apalagi sebagai horor yang seharusnya menegangkan. Alurnya berjalan datar dan sering terasa seperti lelucon internal yang tidak selalu berhasil.
Namun, jajaran pemainnya tampil jauh lebih serius dibanding kualitas ceritanya. Adam Driver berhasil membawa karakternya tetap menarik dengan gaya deadpan khasnya, meski dialog yang ia ucapkan sering terasa kaku. Bill Murray dan Tilda Swinton juga tampil total yang membuat akting mereka menjadi salah satu alasan film ini masih layak ditonton.
2. Wolf Man (2025)

Dengan sutradara yang sebelumnya sukses menghidupkan ulang The Invisible Man, ekspektasi terhadap Wolf Man sangat tinggi. Sayangnya, film ini terjebak dalam formula klise manusia serigala tanpa menawarkan sudut pandang baru yang benar-benar segar. Ketegangan yang dijanjikan lewat promosi juga tidak pernah benar-benar mencapai puncaknya.
Meski begitu, Christopher Abbott tampil luar biasa sebagai pria yang dihantui trauma masa lalu dan ketakutan akan menjadi seperti ayahnya. Emosi yang ia tampilkan terasa jujur, membuat konflik batin karakternya jauh lebih menarik daripada plotnya. Julia Garner pun tampil kuat meski perannya minim pengembangan, terutama dalam adegan domestik yang terasa paling hidup.
3. Him (2025)

Secara konsep, Him terdengar unik dengan menggabungkan dunia olahraga dan horor psikologis. Namun dalam praktiknya, film ini gagal membangun dunianya sendiri secara utuh dan lebih mengandalkan visual ekstrem demi efek kejut. Banyak momen terasa provokatif tanpa tujuan naratif yang jelas.
Kelemahan itu sedikit tertutupi berkat performa Tyriq Withers yang sangat karismatik. Ia mampu membuat penonton tetap terikat dengan karakternya meski cerita sering kehilangan arah. Marlon Wayans juga mencuri perhatian lewat peran yang jauh lebih gelap dari citra komedinya, menghadirkan sosok yang benar-benar mengganggu dan intens.
4. It: Chapter Two (2019)

Sebagai lanjutan dari film pertama yang sangat sukses, It: Chapter Two memang membawa beban ekspektasi besar. Versi dewasa dari Losers’ Club terasa kurang efektif dibanding versi anak-anaknya, dan durasi panjang justru membuat cerita terasa bertele-tele. Pennywise sebagai ancaman utama pun terasa kurang menyeramkan dibanding sebelumnya.
Namun, kekuatan film ini terletak pada akting para pemerannya. Bill Hader memberikan performa emosional yang tak terduga, mengubah karakternya menjadi sosok paling menyentuh di film ini. James McAvoy juga tampil meyakinkan sebagai pria yang masih hidup dengan luka trauma masa kecil yang membuat dinamika kelompok terasa lebih manusiawi.
5. MaXXXine (2024)

Sebagai penutup trilogi horor Ti West, MaXXXine dianggap paling lemah dibanding X dan Pearl. Ceritanya kehilangan ketajaman satir dan terlalu bergantung pada twist yang mudah ditebak. Atmosfer horor khas pendahulunya pun terasa lebih dangkal dan kurang menggigit.
Meski begitu, Mia Goth kembali membuktikan kualitasnya sebagai pusat cerita. Ia menghadirkan versi Maxine yang lebih matang, ambisius, dan penuh amarah terpendam. Dukungan akting dari Kevin Bacon dan Elizabeth Debicki juga memberi warna tersendiri, membuat film ini tetap menarik dari sisi performa meski naskahnya bermasalah.
6. The Curse of La Llorona (2019)

Film ini sering disebut sebagai titik terlemah dari The Conjuring Universe. Ceritanya terasa generik, penuh jump scare murahan, dan minim atmosfer horor yang membekas. Banyak yang menilai film ini hanya menumpang popularitas franchise besar tanpa inovasi berarti.
Namun, Linda Cardellini tampil sangat kuat sebagai ibu yang berjuang melindungi anak-anaknya. Ia membawa emosi yang tulus dan rasa keputusasaan yang terasa nyata, membuat konflik keluarga menjadi lebih menyentuh. Berkat aktingnya, film ini setidaknya memiliki satu elemen yang benar-benar berkesan di tengah kelemahan ceritanya.
Film horor memang tidak selalu berhasil dari sisi cerita, tetapi akting yang kuat sering kali menjadi penyelamat dan alasan penonton tetap bertahan hingga akhir. Dari keenam film ini, mana yang menurutmu paling layak ditonton ulang hanya karena performa para aktornya?


















