5 Film Horor yang Singgung Isu Beauty Standard, Seram tapi Penuh Makna

- The Substance (2024) membahas ageism, stereotip dan diskriminasi terhadap seseorang karena usianya.
- The Ugly Stepsister (2025) menyoroti penampilan sebagai penentu nasib dan pemaksaan untuk menyesuaikan diri dengan standar kecantikan.
- The Neon Demon (2016) menggambarkan obsesi atas kesempurnaan dan kecantikan di masa muda serta alat untuk mendapatkan uang dan kekuasaan.
Film bisa jadi sarana paling tepat untuk menyampaikan pesan terkait isu-isu tertentu. Salah satu isu yang masih sering digaungkan dalam sebuah film adalah beauty standard alias standar kecantikan. Biasanya, film bergenre drama, romcom, atau coming of age yang menggunakan isu tersebut dalam ceritanya.
Seolah tak mau kalah, banyak pula film horor yang menggunakan isu beauty standard sebagai topik utamanya. Ini menunjukkan jika kreatifitas sineas perfilman tak hanya di dalam "kotak" saja yang kerap berkelut dengan kisah rumah hantu atau pembunuh berantai.
Kamu yang suka melihat kekurangan dalam dirimu, terlebih dari segi tubuh dan penampilan, beberapa film horor yang singgung isu beauty standard ini bisa ditonton. Memang, sih, seram, tetapi makna dan pesan yang disampaikan sampai ke hati, lho!
1. The Substance (2024)

The Substance jadi ajang kembalinya popularitas Demi Moore di perfilman Hollywood. Film besutan Coralie Fargeat ini dibuat bergenre body horror dengan isu standar kecantikan yang masih kental di negara Barat. Film ini mengisahkan Elisabeth Sparkle, seorang pembawa acara aerobik populer berusia 50 tahun yang diberhentikan dari acaranya. Alasannya apalagi kalau bukan karena usia. Sparkle dinilai kurang menarik karena termakan usia. Alhasil, ia mengonsumsi obat terlarang unutuk membuat dirinya lebih muda dan lebih cantik. The Substance secara gamblang membahas ageism, stereotip, dan diskriminasi terhadap seseorang karena usianya. Transformasi tubuh yang mengerikan dalam The Substance dikaitkan dengan standar kecantikan yang masih jadi momok perempuan merasa tak berdaya.
2. The Ugly Stepsister (2025)

Emilie Blichfeldt tuai pujian berkat film debut panjang pertamanya, The Ugly Stepsister. Film horor yang dibintangi Lea Myren dan Thea Sofie Loch Naess itu sampai mendapatkan predikat Fresh di Rotten Tomatoes dengan rating 96 persen. The Ugly Stepsister adalah kisah lain dari cerita Cinderella yang umum diketahui.
Dikisahkan Elvira kerap dianggap gak cantik jika dibandingkan dengan saudara tirinya, Agnes. Ibu tiri Elvira suka memaksanya menjalani prosedur kecantikan ekstrem, penurunan berat badan yang menyakitkan, dan berbagai siksaan fisik lain. Semua dilakukan demi mendapatkan hati Pangeran Julian. Melalui film ini, Blichfeldt seakan ingin menyampaikan jika sampai saat ini, penampilan kerap dianggap sebagai sebuah penentu nasib. Usaha transformasi, seperti operasi kecantikan dan penurunan berat badan, disimbolkan sebagai pemaksaan untuk menyesuaikan diri dengan standar kecantikan.
3. The Neon Demon (2016)

The Neon Demon dengan cerdas menggambarkan rasa cemburu atas penampilan orang lain yang dirasa sesuai standar kecantikan. Film arahan Nicolas Winding Refn ini mengambil latar dunia modeling dengan seorang calon model bernama Jesse sebagai lakon. Dalam film, karier modeling Jesse secara cepat naik ke puncak. Meski berprestasi dan mendapat sorotan, nyatanya kecantikannya memicu obsesi, kecemburuan, dan hasrat gelap dari orang-orang di sekitarnya. Hal buruk dan menyeramkan pun mengintai Jesse. Dalam The Neon Demon, obsesi atas kesempurnaan dan kecantikan di masa muda disorot dengan keras. Kecantikan Jesse pun diibaratkan sebuah alat untuk mendapatkan uang dan kekuasaan.
4. Black Swan (2010)

Natalie Portman dengan memukai memerankan Nina Sayers, lakon dalam Black Swan. Nina dikisahkan seorang balerina sukses di New York, Amerika Serikat, yang mampu menghidupkan banyak karakter. Namun, semua berubah ketika ia harus memerankan dua karakter bertolakbelakang.
Nina harus memerankan White Swan dan Black Swan dalam pagelaran yang sama. Di waktu bersamaan, ada saingan baru bernama Lily yang dengan mudah memerankan dua sisi tersebut. Nina pun terjerumus pada tekanan batin dan fisik yang membuatnya kacau.
Black Swan memperlihatkan tekanan ekstrem pada citra tubuh perempuan melalui balet dengan indah. Kamu bisa melihat kesempurnaan gerakan dan keindahan tubuh si penari. Namun, konsekuensinya adalah sakit fisik, stres, dan cedera.
5. Thinner (1996)

Standar kecantikan gak hanya terjadi pada perempuan, karena laki-laki pun bisa mengalaminya pula. Kamu bisa melihat perumpamaannya dalam Thinner. Film ini memang klasik, tetapi masih relate dengan apa yang terjadi saat ini.
Thinner mengisahkan Billy Halleck, pengacara laki-laki dengan berat badan berlebih, yang dikutuk seorang gipsi setelah tak sengaja membunuh. Halleck dikutuk menjadi kurus. Awalnya senang, tetapi penurunan berat badan ini makin mengerikan dan berlebihan. Kalau diulik lebih dalam, Thinner mencoba menyinggung fatphobia dan obsesi masyarakat atas tubuh kurus yang dianggap ideal. Metafora soal eating disorder juga dibahas dalam film adaptasi novel Stephen King ini.
Kelima film horor yang singgung beauty standard di atas jadi pengingat kalau manusia sempurna dengan segala kekurangannya. Meski dikemas secara seram, makna dan pesan yang disampaikan masing-masing film ini terasa spesial. Film horor mana yang sudah kamu tonton?