Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Film Horor Modern Berlatar Era 80-an, Ada Fear Street: Prom Queen

adegan dalam film Fear Street: Prom Queen. (dok. Netflix/Fear Street: Prom Queen)
Intinya sih...
  • Era 1980-an menjadi sumber inspirasi tak habis bagi sineas, dengan ledakan kultur pop dan isu sosial yang penuh gejolak.
  • Film horor modern seperti "It" (2017) dan "The Conjuring: The Devil Made Me Do It" (2021) sukses menghadirkan nuansa jadul yang menarik.
  • Film-film horor era 80-an lainnya seperti "The Final Girls", "Totally Killer", dan "V/H/S/85" juga berhasil membangkitkan nostalgia dengan gaya dan cerita unik.

Bagi sebagian sineas, era 1980-an adalah sumber inspirasi yang tak pernah habis. Dekade ini dipenuhi dengan ledakan kultur pop, dari film kultus, gaya busana nyentrik, hingga isu sosial yang penuh gejolak. Tak heran jika atmosfer dan estetika khas 80-an kerap dihidupkan kembali dalam berbagai genre film, termasuk horor, untuk membangkitkan nostalgia sekaligus menghadirkan sensasi baru.

Salah satu contoh suksesnya adalah It (2017), yang membawa penonton kembali ke 1989 dengan nuansa klasik yang mencekam dan referensi budaya pop yang kuat. Demikian pula The Conjuring: The Devil Made Me Do It (2021), yang memanfaatkan latar awal 1980-an untuk menggambarkan kasus nyata menyeramkan yang terjadi pada masa itu. Tak hanya berjaya di box office, keduanya juga membuktikan bahwa film horor modern berbalut nuansa jadul masih punya daya tarik magis.

Jika kamu penggemar horor yang rindu dengan suasana analog yang creepy dan vibes sinema klasik, tapi sudah menonton dua judul di atas, jangan khawatir! IDN Times telah merangkum tujuh rekomendasi film horor berlatar era 80-an lainnya yang wajib kamu tonton. Terbaru, ada Fear Street: Prom Queen yang siap menghantui layar Netflix di bulan Mei ini!

1. The Final Girls (2015)

adegan dalam film The Final Girls. (dok. Stage 6 Films/The Final Girls)

Pernah membayangkan terjebak di dalam film horor era 80-an favoritmu? Itulah premis unik yang ditawarkan oleh The Final Girls. Film horor komedi garapan Todd Strauss-Schulson ini tak hanya bermain-main dengan nostalgia, tetapi juga menawarkan kisah emosional yang menyentuh hati tentang hubungan ibu dan anak perempuannya.

Cerita berpusat pada Max (Taissa Farmiga), remaja yang masih berduka atas kematian ibunya, Amanda (Malin Akerman), mantan aktris film slasher klasik berjudul Camp Bloodbath. Suatu hari, ketika Max dan teman-temannya menghadiri acara pemutaran ulang film tersebut, mereka secara misterius tersedot masuk ke dalam dunia film. Di sana, mereka harus bekerja sama dengan para karakter fiktif Camp Bloodbath, termasuk ibu Max, demi mengalahkan pembunuh bertopeng brutal ala Jason Voorhees.

2. The House of the Devil (2009)

adegan dalam film The House of the Devil. (dok. Glass Eye Pix/The House of the Devil)

Jangankan latar ceritanya, dari kredit pembukanya saja, film horor arahan Ti West ini sudah terasa seperti film yang benar-benar dibuat di era 1980-an. The House of the Devil hadir dengan tekstur gambar grainy, musik synth yang mencekam, dan font retro yang membawa penonton nostalgia ke masa kejayaan horor klasik tersebut. Alih-alih sekadar tiruan gaya, ini lebih sebagai penghormatan yang dilakukan dengan penuh cinta dan detail.

Tokoh utamanya adalah Samantha (Jocelin Donahue), mahasiswi yang menerima tawaran kerja sebagai pengasuh lansia sebuah keluarga yang tinggal di tengah hutan. Namun, sesampainya di rumah keluarga tersebut, berbagai tanda bahaya mulai bermunculan. Dapatkah Samantha menyelesaikan tugasnya dengan selamat?

3. Totally Killer (2023)

adegan dalam film Totally Killer. (dok. Amazon Prime Video/Totally Killer)

Jika kamu suka The Final Girls, maka Totally Killer wajib masuk dalam daftar tontonanmu selanjutnya. Keduanya sama-sama mengusung konsep time travel ke era 80-an dan menghadirkan protagonis yang harus berhadapan dengan pembunuh bertopeng. Bedanya, Totally Killer lebih banyak bermain dengan komedi satire dan komentar sosial khas masa kini.

Film ini mengikuti Jamie Hughes (Kiernan Shipka), remaja masa kini yang tak sengaja terlempar ke tahun 1987 setelah pembunuh bernama Sweet Sixteen Killer kembali meneror kota kecil mereka. Bertekad menghentikan rentetan pembunuhan yang terjadi di masa lalu, Jamie menjalin kerja sama dengan versi remaja ibunya, Pam (Olivia Holt), yang cuek dan pemberontak. Situasi jadi makin absurd karena Jamie harus beradaptasi dengan budaya 80-an yang asing dan penuh stereotip kocak.

4. American Psycho (2000)

adegan dalam film American Psycho. (dok. Lionsgate/American Psycho)

Kebanyakan orang mungkin mengenal film horor yang dibintangi Christian Bale ini lewat potongan adegan sadis atau meme yang bertebaran di medsos. Namun, jarang yang tahu kalau American Psycho mengambil latar 1987, masa ketika budaya yuppie dan konsumerisme sedang berjaya di New York. Oleh sang sutradara, Mary Harron, setting ini tak hanya dijadikannya panggung teror, tetapi juga cerminan kegilaan yang bersembunyi di balik status sosial.

Bale memerankan Patrick Bateman, seorang bankir muda yang hidupnya tampak sempurna. Namun, di balik wajah tampannya, Bateman menyimpan dorongan membunuh yang makin sulit dikendalikan. Setiap malam, ia menjadi sosok yang sama sekali berbeda, yang bahkan kamu pun takkan mau menemuinya dalam mimpi buruk sekalipun!

5. V/H/S/85 (2023)

adegan dalam film V/H/S/85. (dok. Shudder/V/H/S/85)

V/H/S/85 bisa menjadi alternatif bagi kamu yang bosan dengan film konvensional, tapi tetap ingin merasakan sensasi brutal dan gritty khas film era 80-an. Diatur sebagai seri keenam dari antologi horor found footage V/H/S, film ini menyajikan lima kisah menyeramkan yang dikemas dalam format dokumenter televisi ala tahun 1985. Estetika VHS-nya terasa autentik, lengkap dengan noise visual dan suara mendesis yang menambah kesan nostalgia.

Setiap segmen dalam V/H/S/85 memiliki pendekatan horor yang berbeda, tapi tetap menyatu dalam temanya. Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah “Dreamkill” karya Scott Derrickson, sutradara Sinister (2012). Menyajikan misteri pembunuhan melalui kaset-kaset misterius berisi adegan pembantaian, sensasi ngeri yang dihadirkan segmen ini benar-benar mengusik, apalagi saat kenyataan dan ilusi mulai bercampur.

6. Mandy (2018)

adegan dalam film Mandy. (dok. XYZ Films/Mandy)

John Wick dengan sentuhan horor surealis rasanya adalah deskripsi tepat untuk menggambarkan film yang dibintangi oleh Nicolas Cage ini. Berlatar tahun 1983, Mandy menyuguhkan kisah Red Miller (Cage), seorang penebang kayu pendiam yang hidup damai bersama Mandy (Andrea Riseborough), kekasihnya. Namun, ketika Mandy diculik dan dibakar hidup-hidup oleh sekte sesat, Red pun memulai perjalanan balas dendam yang diwarnai hujan darah.

Disutradarai Panos Cosmatos, Mandy tampil bak fever dream dalam balutan sinematografi neon khas era 1980-an. Film ini memang tak cocok untuk semua orang—ada momen lambat, kekerasan over-the-top, dan narasi yang terkesan melantur—tapi justru di sanalah letak pesonanya. Dijamin, setelah menontonnya, kamu bakal susah melupakannya!

7. Fear Street: Prom Queen (2025)

poster film Fear Street: Prom Queen. (dok. Netflix/Fear Street: Prom Queen)

Sudah menonton semuanya dan masih haus akan vibes horor klasik? Bersiaplah untuk kembali ke kota terkutuk Shadyside dalam Fear Street: Prom Queen yang akan tayang di Netflix pada Jumat (23/5/2025). Menjadi bagian keempat dari waralaba Fear Street, film ini hadir dengan nuansa klasik era 1980-an, tepatnya tahun 1988, yang penuh gaun mengilap, eyeliner tebal, dan lagu-lagu synthpop yang bikin nostalgia.

Diangkat dari novel The Prom Queen kreasi R. L. Stine, Fear Street: Prom Queen menyoroti momen ikonis dalam kehidupan remaja, yaitu pesta prom. Namun, alih-alih malam penuh glamor dan dansa romantis, para calon ratu prom justru menjadi target pembunuh misterius bertopeng. Ketegangan memuncak saat seorang outsider yang tak terduga masuk dalam bursa pemilihan, lalu satu per satu kandidat lainnya mulai menghilang secara tragis.

Tak bisa dimungkiri, pesona era 80-an dengan segala keunikan dan nuansa misteriusnya memang selalu berhasil memikat, apalagi jika dibalut dalam kisah horor yang menegangkan. Dari psikopat berjas rapi hingga malam prom yang gila, film-film di atas membuktikan bahwa nostalgia dan kengerian bisa jadi kombinasi maut yang tak pernah usang. Aiapkan camilan favoritmu dan selamat bernostalgia lewat deretan judul di atas!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us