Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
adegan dalam film Apostle. (dok. Netflix/Apostle)

Intinya sih...

  • Film horor Netflix era 2010-an seringkali terlupakan atau kurang mendapat sorotan, padahal menawarkan atmosfer mencekam dan premis unik.
  • I Am the Pretty Thing That Lives in the House, Little Evil, Apostle, Cam, dan Eli adalah film-film horor yang layak diapresiasi lebih.
  • Film-film tersebut menawarkan pengalaman menonton yang berbeda, dari atmosfer mencekam hingga perpaduan humor dan elemen supranatural yang unik.

Bicara soal film horor era 2010-an, ingatan kita pasti langsung melayang ke judul-judul ikonik persembahan Netflix, seperti Bird Box (2018), Gerald's Game (2017), The Platform (2019), dan The Ritual (2017). Deretan film itu memang sukses bikin bulu kuduk meremang dan menjadi perbincangan hangat berkat cerita yang kuat, eksekusi menegangkan, serta deretan aktor berbakat yang membintanginya.

Namun, tahukah kamu? Di balik popularitas judul-judul tersebut, tersimpan beberapa film horor orisinal Netflix lain yang terlupakan atau kurang mendapat sorotan. Padahal, mereka menawarkan atmosfer tak kalah mencekam dan premis unik yang sayang dilewatkan.

Jika kamu merasa sudah khatam dengan film-film horor Netflix yang populer, kini saatnya menengok lima rekomendasi film horor underrated mereka dari era 2010-an. Siapkan nyalimu, karena film-film ini siap menguji keberanianmu dengan teror yang tak terduga!

1. I Am the Pretty Thing That Lives in the House (2016)

adegan dalam film I Am the Pretty Thing That Lives in the House. (dok. Netflix/I Am the Pretty Thing That Lives in the House)

Ketika dirilis, film horor garapan Osgood Perkins (Longlegs, The Monkey) ini memang tak mendapat ulasan memuaskan dari banyak kritikus film. Namun, atmosfer mencekam dan pendekatan naratifnya yang unik justru membuat film ini menjadi salah satu permata tersembunyi di katalog horor Netflix. I Am the Pretty Thing That Lives in the House menawarkan pengalaman menonton yang berbeda, jauh dari formula horor konvensional yang mengandalkan jump scare dan efek visual berlebihan.

Kisahnya berpusat pada Lily (Ruth Wilson), seorang perawat yang ditugaskan merawat Iris Blum (Paula Prentiss), seorang penulis novel horor yang sudah renta. Sejak awal, Lily merasa ada sesuatu yang tak beres di rumah tempat ia bekerja, terutama setelah ia mulai membaca salah satu buku karya Iris yang bercerita tentang hantu bernama Polly (Lucy Boynton). Perlahan, batas antara fiksi dan kenyataan mulai kabur, seolah-olah Lily sendiri menjadi bagian dari kisah menyeramkan yang diciptakan oleh majikannya.

2. Little Evil (2017)

adegan dalam film Little Evil. (dok. Netflix/Little Evil)

Bayangkan perpaduan antara The Omen dan Shaun of the Dead, maka kamu akan mendapatkan Little Evil. Film ini mengikuti kisah Gary (Adam Scott), seorang pria yang baru menikah dan harus beradaptasi menjadi ayah tiri bagi Lucas (Owen Atlas), anak yang terlihat pendiam, tapi menyimpan sisi mengerikan. Seiring berjalannya waktu, Gary mulai curiga bahwa anak tirinya bukan sekadar bocah biasa, melainkan Antikristus yang membawa teror ke sekelilingnya.

Meski meraih skor sebesar 92 persen di Rotten Tomatoes, sayangnya Little Evil kurang mendapat sorotan luas dari penonton. Film ini dirilis di tahun yang sama dengan Death Note (2017) versi Netflix, yang justru ramai diperbincangkan meskipun mendapat banyak kritik negatif. Padahal, film ini menawarkan paduan humor dan elemen supranatural yang unik, serta chemistry antara Scott dan Atlas yang absurd sekaligus menghibur. Sayang untuk diabaikan!

3. Apostle (2018)

adegan dalam film Apostle. (dok. Netflix/Apostle)

Gareth Evans selama ini memang dikenal sebagai sutradara film laga eksplosif lewat The Raid dan sekuelnya, The Raid 2: Berandal. Namun, pada 2018, sineas asal Wales ini mencoba keluar dari zona nyaman dengan menghadirkan sebuah film folk horror berjudul Apostle. Hasilnya mungkin tak sepopuler karya laga sebelumnya, tetapi film ini menawarkan pengalaman sinematik yang unik dan menegangkan.

Apostle menceritakan tentang Thomas Richardson (Dan Stevens), seorang mantan misionaris yang menyusup ke sebuah pulau terpencil untuk menyelamatkan adiknya dari sekte misterius. Dipimpin oleh pria karismatik bernama Malcolm (Michael Sheen), sekte ini tampaknya menjanjikan kehidupan yang damai, tetapi menyimpan rahasia kelam di balik ajarannya. Semakin dalam Thomas menyelidiki, semakin jelas bahwa ada kekuatan gelap yang mengendalikan pulau tersebut.

4. Cam (2018)

adegan dalam film Cam. (dok. Netflix/Cam)

Film horor Netflix era 2010-an yang layak diapresiasi lebih selanjutnya adalah Cam. Mengangkat profesi yang jarang dieksplor dalam horor mainstream, film ini menceritakan tentang Alice (Madeline Brewer), seorang camgirl yang tiba-tiba kehilangan akun dan identitasnya di dunia maya. Dalam usahanya merebut kembali persona digitalnya, Alice terjebak dalam misteri yang semakin mengaburkan batas antara realitas dan dunia virtual.

Sebagai film horor yang mengedepankan aspek teknologi, Cam tentu tak mengecewakan jika bicara soal visual. Katelin Arizmendi, sebagai sinematografer, memberikan nuansa neon yang mencerminkan keglamoran semu, sementara penyuntingan Daniel Garber, sebagai editor, memperkuat ketegangan dengan transisi cepat yang mencerminkan kepanikan Alice. Semua elemen ini membuat Cam terasa imersif dan semakin relevan di era digital yang penuh dengan ilusi dan manipulasi.

5. Eli (2019)

adegan dalam film Eli. (dok. Netflix/Eli)

Digarap oleh Ciarán Foy, sutradara Irlandia yang mencuri perhatian lewat debut film panjangnya, Citadel (2012), Eli adalah jenis film horor yang semakin kamu sedikit mengetahui premisnya, semakin seru pengalaman menontonnya. Film ini lihai dalam membangun ketidakpastian hingga babak akhirnya yang mengejutkan. Plot yang awalnya tampak seperti horor supranatural klasik tiba-tiba berubah arah ke sesuatu yang lebih besar dan tak terduga.

Film ini mengikuti Eli (Charlie Shotwell), bocah 11 tahun yang mengidap penyakit autoimun langka, sehingga membuatnya harus hidup dalam isolasi total. Demi mencari kesembuhan, orangtuanya membawanya ke klinik eksperimental yang dipimpin oleh Dr. Horn (Lili Taylor), tetapi tempat itu langsung menunjukkan tanda-tanda keanehan. Apakah itu efek samping pengobatan yang dijalani Eli atau ada sesuatu yang lebih jahat mengintai?

Itulah lima film horor Netflix era 2010-an yang mungkin terlewat dari radarmu, padahal punya kualitas yang tak kalah bikin merinding. Jangan biarkan judul-judul underrated ini luput dari daftar tontonanmu, karena bisa jadi, lewat salah satunyalah kamu bisa menemukan pengalaman horor yang paling berkesan dan tak terlupakan. Jadi, tertantang menonton judul yang mana dulu, nih?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team