Selain dramanya, Korea Selatan juga terkenal dengan film-filmnya yang selalu bagus dan totalitas. Mulai dari kisah cinta, keluarga, hingga aksi, film-film Korea gak pernah gagal menghibur penonton. Tapi tau gak sih, banyak film Korea bertemakan kriminal yang ternyata ceritanya berdasarkan kisah nyata.
Bikin geregetan dan mengaduk-aduk emosi, berikut daftar filmnya.
Film New Trial menceritakan tentang kasus pembunuhan Iksan. Kisahnya berawal saat mayat seorang supir taksi ditemukan dengan banyak sekali bekas tusukan secara brutal pada tanggal 10 Agustus 2000 di persimpangan Yakchon, Iksan.
Dari film ini kita bisa melihat gambaran salah satu kasus cacat hukum yang pernah terjadi dalam sejarah kasus kriminal Korea Selatan. Dimana satu-satunya saksi dari kasus ini malah dijadikan sebagai tersangka hingga harus mendekam di penjara.
Polisi menangkap seorang remaja berusia 16 tahun bernama Choi yang menyaksikan pembunuhan tersebut. Choi disiksa, diancam dan dipaksa untuk membuat pengakuan palsu yang membuatnya dipenjara selama 10 tahun atas kejahatan yang tidak pernah dilakukannya. Kebenaran dari kasus ini kemudian baru terkuak pada tahun 2015 dengan disetujuinya sidang ulang.
Miracle in Cell No. 7 dibuat berdasarkan kisah seorang pria bernama Jeong Won Seop yang ditangkap karena dituduh melakukan pelecehan seksual dan membunuh seorang anak berusia 9 tahun pada tahun 1972. Kasus ini menimpa putri dari seorang perwira polisi berpangkat tinggi yang membuatnya menjadi prioritas kepolisian untuk menemukan pelakunya.
Selama masa interogasi, Jeong Won Seop mengalami penyiksaan parah yang membuatnya tidak tahan dan terpaksa mengaku bahwa ia pelakunya. Hingga 15 tahun kemudian diadakan sidang ulang dan terungkap jika ia tidak bersalah dan dinyatakan bebas dengan syarat.
Dimana 36 tahun kemudian, ia baru benar-benar dibebaskan dari tuduhannya itu. Beliau akhirnya meninggal usia 80-an dan meninggalkan kisah yang memilukan.
Bercerita tentang kasus pemerkosaan paling miris yang terjadi di Miryang pada tahun 2004 silam. Kasus ini melibatkan sekelompok siswa SMA dan mahasiswa berjumlah kurang lebih 44 orang yang memperkosa 41 siswi dengan rentang usia 13 sampai 16 tahun secara bergilir selama 11 bulan.
Mirisnya tidak semua pelaku mendapat hukuman yang setimpal, sebagian dari mereka bahkan dibebaskan tanpa meninggalkan catatan kriminal. Sedangkan dalam film Han Gong Ju sendiri lebih berfokus pada kisah salah satu korban pemerkosaan yang tidak bisa berbuat apa-apa selain mencoba bertahan dan menguatkan dirinya.
Memories of The Murder diangkat dari salah satu kasus paling terkenal yang pernah terjadi. Kasus ini terjadi sejak tahun 1986 sampai 1991 dan baru terungkap setelah 30 tahun berlalu.
Pembunuhan ini terjadi di daerah Hwaseong, Provinsi Gyeonggi dengan para korban adalah wanita dengan rentang usia 14 sampai 71 tahun. Jumlah korban pada saat itu yang teridentifikasi berjumlah 10 orang perempuan yang diperkosa lalu dibunuh dengan cara dicekik dan diikat menggunakan pakaian korban.
30 tahun kemudian akhirnya teridentifikasi tersangka utama dari kasus ini adalah Lee Chun Jae yang merupakan seorang narapidana hukuman seumur hidup. Hal ini terkuak setelah analisis DNA-nya cocok dengan 3 kasus pembunuhan yang terjadi di Hwaseong.
Kemudian ia mengaku telah membunuh 14 wanita dan 30 kejahatan seksual. Satu lagi fakta dari kasus ini adalah seorang pria bernama Yoon Seong Yeo dipenjara selama 20 tahun karena dituduh sebagai pelaku pembunuhan Hwaseong. Beliau merupakan korban salah tangkap sebelum Lee Chun Jae mengaku.
Film yang rilis tahun 2011 ini didasarkan pada novel karya Gong Ji Young. Novel tersebut terinspirasi oleh peristiwa di Sekolah Gwangju Inhwa untuk para tuna rungu di mana para siswa mengalami pelecehan seksual oleh staf sekolah selama lima tahun di awal tahun 2000-an.
Para guru dibebaskan dengan hukuman yang ringan. Lebih buruk lagi, empat dari enam guru tersebut dipekerjakan kembali setelah mereka lolos dari hukuman berdasarkan undang-undang pembatasan. Dua lainnya menerima hukuman penjara kurang dari satu tahun.
Setelah film dirilis, ada kemarahan publik atas putusan pengadilan yang lunak dan mereka mendorong polisi untuk membuka kembali kasus ini. Kemudian ada sebuah RUU yang direvisi dan disebut Dogani, RUU yang baru kemudian disahkan pada akhir Oktober 2011 untuk menghapus undang-undang pembatasan kejahatan seksual terhadap anak di bawah umur dan orang cacat.
Film ini diangkat berdasarkan kasus penculikan Lee Hyung Ho yang berusia sembilan tahun pada tanggal 29 Januari 1991. Pelaku pada saat itu meminta uang tebusan kepada keluarga dan mengancam mereka untuk tidak lapor polisi.
Hampir setiap hari keluarga diteror dengan panggilan telepon lebih dari 10 kali dalam sehari. Pada akhirnya, keluarga Lee Hyung Hoo meminta bantuan polisi. Hingga tepat 44 hari kemudian, Lee Hyung Ho ditemukan di sebuah selokan dalam keadaan sudah meninggal.
Setelah diotopsi diketahui jika ternyata ia sudah meninggal pada hari pertama saat ia diculik. Menyedihkannya, adalah meskipun sudah melibatkan banyak sekali orang dan saksi, pembunuh dalam kasus ini belum juga ditemukan hingga sekarang.
Sedangkan dalam Voice of a Murderer, nama anak laki-laki itu adalah Han Sang Woo dan berfokus pada suara penculik yang menghantui dan tanpa emosi ketika dia mengejek orang tua anak itu yang akhirnya membuatnya menjadi gelisah, frustrasi dan marah hari demi hari.
Diangkat dari kasus menghilangnya 5 bocah laki-laki pada 26 Maret 1991. Kelima bocah tersebut pergi bersama ke gunung Waryong untuk menangkap katak tetapi tak pernah kembali.
Kasus ini sempat menjadi berita nasional hingga presiden memerintahkan untuk mengerahkan tim pencarian dan baru ditemukan 11 tahun kemudian. Penyebab awal kematian mereka diyakini disebabkan oleh hipotermia, namun hasil investigasi lebih lanjut mengungkapkan bahwa tiga tengkorak menunjukkan bekas pukulan benda tumpul.
Meski begitu, kasus ini tetap tidak terpecahkan hingga undang-undang pembatasan pada kasus ini berakhir pada tahun 2006.
Berdasarkan pada kasus penculikan seorang anak bernama Jeong Hyo Jun di SD Namseong Gukmin pada tanggal 15 September 1978 di Busan, dimana si pelaku meminta uang tebusan sebesar 50 juta won. Kasus ini diinvestigasi secara tertutup dengan melibatkan seorang paranormal atas permintaan ibu dari si anak dan paranormal tersebut mengatakan bahwa anaknya masih hidup.
Pada akhirnya, kasus ini berhasil terpecahkan dalam kurun waktu 33 hari dengan pelaku seorang pria berusia 40 tahun bernama Mae Seok Hwan, seorang mantan napi dengan 9 catatan kejahatan kriminal.
Film Hope diangkat berdasarkan kasus Nayoung yang terkenal pada tahun 2008. Nayoung adalah alias yang diberikan kepada seorang gadis berusia 8 tahun yang ditemukan hampir mati di toilet umum. Kemudian, pihak berwenang menghukum seorang pria berusia 57 tahun yang memiliki riwayat kekerasan seksual karena memperkosa dan memukuli Nayoung.
Pengadilan menghukum pelaku hanya 12 tahun penjara yang memicu kemarahan publik karena brutalnya kejahatan tersebut. Nayoung menderita luka yang tidak dapat dipulihkan pada alat kelaminnya, dubur dan ususnya. Awalnya dia harus memakai tas kolostomi untuk menggantikan organnya yang hilang.
Mengapa film tentang tragedi yang menghebohkan ini memiliki judul Hope? Sutradara Lee Joon Ik mengatakan kepada Korean Cinema Today bahwa ia ingin membuat film bahagia yang diawali dengan tragedi.
The Chaser bercerita tentang pria bernama Yoo Young Chul, seorang pembunuh berantai sekaligus kanibal. Ia mengaku telah membunuh sebanyak 20an orang, korbannya sebagian besar adalah perempuan yang bekerja di panti pijat dan orang kaya yang sudah lanjut usia.
Latar belakang atau motifnya karena ia membenci orang kaya karena masa kecilnya ia dibesarkan dalam kemiskinan dan mantan kekasihnya bekerja sebagai tukang pijat. Yoo Young Chul sendiri sudah dihukum mati pd 13 Desember 2004 silam.
Ketika dua teman dicurigai melakukan pembunuhan, itu bisa berubah menjadi situasi yang sangat buruk dan itulah yang terjadi dalam Kasus Pembunuhan Itaewon yang diangkat dalam film The Case of Itaewon Homicide. Dalam pembunuhan yang sebenarnya disebut Pembunuhan Burger Itaewon, Arthur Patterson dan Edward Lee dituduh menikam mahasiswa bernama Hongik Jo Jung Pil pada tahun 1997.
Lee dibebaskan setahun kemudian karena kurangnya bukti. Sedangkan Patterson yang ayahnya adalah mantan perwira militer AS, dibebaskan dengan amnesti khusus. Setelah rilis film ini, keluarga Jo Jong Pil menuntut kasus itu untuk dibuka kembali. Bukti DNA yang ditemukan oleh pihak berwenang mengungkapkan Patterson sebagai pembunuh.
Salah satu kisah pembunuhan paling misterius dan populer di Korea Selatan adalah kasus Hwaseong. Selain Memories of The Murder, kisah ini juga diangkat dalam film Confession of Murderer.
Berbeda dengan Memories of The Murder yang pelakunya tidak terungkap hingga akhir film. Confession of Murder bercerita tentang munculnya seorang penulis yang mengaku sebagai pembunuh berantai Hwaseong. Dalam buku yang ia tulis, ia mengakui seluruh kejahatannya belasan tahun yang lalu, bahkan menuliskan kronologi kejadian dengan begitu detail dan lengkap.
Nah, itulah beberapa film Korea yang bertemakan kriminal dan ceritanya terinspirasi dari kisah nyata. Kalian udah nonton yang mana aja, nih?