Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Film yang Didominasi Pencahayaan Alami, Pengalaman Langka!

Tangerine (dok. Freestyle Picture Company/Tangerine)
Tangerine (dok. Freestyle Picture Company/Tangerine)

Ada banyak teknik pencahayaan yang bisa dicoba saat bikin film. Salah satu yang dianggap unik, bahkan superior karena kerumitan prosesnya adalah pencahayaan alami. Ini karena penggunaan lighting natural dalam film membutuhkan pertimbangan khusus seputar lokasi dan waktu pengambilan gambar. Apakah pagi hari atau saat golden hour alias sore menjelang matahari terbenam.  

Tentunya tak semua sutradara dan sinematografer telaten melakukannya. Tak pelak film-film dengan pencahayaan alami bisa dibilang langka. Berikut beberapa judul yang bisa mengobati rasa penasaranmu. Seberapa keren aplikasi pencahayaan alami dalam karya sinematik? Silakan nilai sendiri!

1. The Revenant (2015)

The Revenant (dok. 20th Century Fox/The Revenant)
The Revenant (dok. 20th Century Fox/The Revenant)

The Revenant adalah salah satu film yang mayoritas diambil gambarnya dengan pencahayaan alami. Berada di Alberta, Kanada sebagai lokasi syuting, film ini mencoba mereka ulang peristiwa Perang Arikara. Yakni perang antara tentara Amerika Serikat dengan penduduk pribumi dari suku Arikara. Tak hanya peperangannya yang mengerikan, bentang alam yang begitu luas dan masih liar jadi momok di film ini. Mengingat hampir semua adegannya dilakukan di luar ruangan, sinematografer Emmanuel Lubezki pun mengandalkan pencahayaan alami. 

2. Tangerine (2015)

Tangerine (dok. MUBI/Tangerine)
Tangerine (dok. MUBI/Tangerine)

Memanfaatkan momen golden hour khas Hollywood, California, Amerika Serikat, Sean Baker berhasil menciptakan karya fenomenal berjudul Tangerine. Latar waktunya hanya sehari, tepatnya sejak siang hingga malam datang. Sesuai latar waktunya itu, sebagian film disyuting tepat saat golden hour sehingga memunculkan nuansa kuning kemerahan yang estetik. Filmnya sendiri mengikuti drama hidup dua transpuan yang bersilangan dengan sopir taksi asal Armenia. 

3. Nomadland (2020)

Nomadland (dok. Searchlight Pictures/Nomadland)
Nomadland (dok. Searchlight Pictures/Nomadland)

Pencahayaan alami juga jadi nyawa di film pemenang Oscar, Nomadland. Film ini mayoritas diambil menjelang matahari terbenam di South Dakota, Amerika Serikat sehingga menciptakan kombinasi warna keunguan dengan semburat jingga dan merah muda yang membahana. Tak hanya pencahayaannya yang alami, plotnya yang diadaptasi dari buku nonfiksi juga pakai pendekatan realis. Tak heran filmnya disebut beraliran naturalisme, yakni tipe film yang dibuat sebagai representasi kenyataan. 

4. The Favourite (2018)

The Favourite (dok. Fox Searchlight Pictures/The Favourite)
The Favourite (dok. Fox Searchlight Pictures/The Favourite)

Film pertama yang menandai kolaborasi Yorgos Lanthimos dan Emma Stone, The Favourite juga mengandalkan banyak pencahayaan alami. Padahal, latarnya rumah bergaya Victoria Inggris yang gelap dan penuh ornamen. Ini menciptakan color grading yang unik dan menawan, perpaduan antara hitam, putih, dan warna-warna earthy seperti cokelat dan hijau. 

5. The Thin Red Line (1998)

The Thin Red Line (dok. Fox 2000 Pictures/The Thin Red Line)
The Thin Red Line (dok. Fox 2000 Pictures/The Thin Red Line)

Koleksi film yang pakai pencahayaan alami bisa kamu temukan dalam daftar filmografinya sutradara Terrence Malick. Salah satu yang terbaik adalah The Thin Red Line. Sesuai dengan genre perang yang diusungnya, Malick dan sinematografer John Toll memilih menggunakan cahaya-cahaya samar dan temaram untuk menerangi objek film, sehingga makin memperkuat kesan suram dan kelam. 

6. The Witch (2015)

The Witch (dok. A24/The Witch)
The Witch (dok. A24/The Witch)

Bekerja sama dengan sinematografer Jarin Blaschke, Robert Eggers juga menggunakan pencahayaan temaram untuk film horornya yang berjudul The Witch. Berlatarkan sebuah gubuk di tengah hutan yang dingin dan sunyi, tak banyak sumber cahaya yang bisa diekspos. Alhasil, hanya sayup-sayup cahaya dari langit yang mendung di pagi dan siang hari serta api unggun yang bisa menerangi objek film. 

Pencahayaan alami memang tak seberagam pencahayaan buatan. Kalau tak murky alias keabu-abuan, alternatifnya kekuningan ala golden hour. Namun, dengan kelangkaannya itu, beberapa film dengan natural lighting terasa lebih spesial. Sudah serumit itu teknik pengambilan gambarnya, dosa besar kalau plotnya nanggung.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us