Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
poster film Sore: Istri dari Masa Depan dan Wander Darkly. (dok. Cerita Films/Sore: Istri dari Masa Depan | dok. Lionsgate/Wander Darkly)

Dalam sinema, ada kalanya kisah romantis tak melulu disajikan dengan formula konvensional. Sentuhan magical realism sering kali menjadi bumbu yang membuat ceritanya makin memikat. Tak hanya membuka ruang imajinasi penonton, selipan elemen fantasi dalam dunia nyata ini juga menghadirkan pertanyaan mendalam tentang takdir, pilihan, dan hakikat cinta itu sendiri.

Salah satu contoh terbaiknya datang dari film Indonesia bertajuk Sore: Istri dari Masa Depan (2025), karya terbaru Yandy Laurens selepas 1 Kakak 7 Ponakan. Diadaptasi dari serial web berjudul sama, film ini mengikuti fotografer kesepian bernama Jonathan (Dion Wiyoko) yang tiba-tiba didatangi Sore (Sheila Dara), perempuan yang mengaku sebagai istrinya dari masa depan.

Serupa 1 Kakak 7 Ponakan, Sore: Istri dari Masa Depan juga mendapat sambutan positif dari penonton sejak penayangannya di bioskop pada Kamis (10/7/2025). Banyak yang terpukau oleh paduan visual indah, cerita manis dan emosional di balik elemen fantasinya, serta chemistry solid antara Dion Wiyoko dan Sheila Dara.

Sekilas, Sore: Istri dari Masa Depan mungkin mengingatkanmu pada film-film Hollywood bertema serupa, seperti About Time, The Time Traveler's Wife, atau bahkan Eternal Sunshine of the Spotless Mind. Namun, jika kamu sudah menamatkan semua film tersebut, IDN Times punya lima rekomendasi film romantis underrated yang wajib kamu kulik setelah Sore!

1. The Map of Tiny Perfect Things (2021)

adegan dalam film The Map of Tiny Perfect Things. (dok. Amazon Studios/The Map of Tiny Perfect Things)

The Map of Tiny Perfect Things adalah pilihan pertama yang wajib kamu lirik jika mencari film romantis underrated bernuansa magical realism. Disutradarai Ian Samuels, film ini berkisah tentang Mark (Kyle Allen), remaja yang terjebak dalam satu hari yang terus berulang. Semuanya berubah saat ia bertemu Margaret (Kathryn Newton), cewek sinis yang ternyata mengalami hal yang sama.

Alih-alih panik atau berusaha kabur, mereka memilih memanfaatkan situasi ini dengan mencari “momen-momen kecil sempurna” yang tersebar di kota mereka. Selama perjalanan itu, hubungan keduanya perlahan berkembang. Di sisi lain, alasan tersembunyi di balik sikap dingin Margaret terhadap hidup pun mulai terungkap.

Seperti Sore: Istri dari Masa Depan, film ini tak terpaku pada logika sains di balik peristiwa ajaib yang terjadi. Justru, unsur magical realism yang diusungnya menyoroti bagaimana cinta, kehilangan, dan penerimaan bisa mengubah cara seseorang memandang dunia. Tertarik menambahkannya ke watchlist-mu?

2. I Origins (2014)

adegan dalam film I Origins. (dok. Searchlight Pictures/I Origins)

Walau tak mengandung elemen perjalanan waktu seperti Sore: Istri dari Masa Depan, I Origins tetap menyelami hubungan cinta yang bersinggungan dengan misteri semesta. Film ini mengikuti Ian Gray (Michael Pitt), ilmuwan muda yang terobsesi meneliti evolusi mata manusia. Namun, obsesinya tersebut diuji ketika ia jatuh cinta pada perempuan misterius bernama Sofi (Astrid Bergès-Frisbey).

Kisah cinta mereka terasa kontras karena Ian sangat rasional, sedangkan Sofi percaya pada hal-hal spiritual. Walau bertolak belakang, hubungan mereka tetap berjalan hingga tragedi menimpa dan memisahkan mereka secara tragis. Namun, bertahun-tahun setelahnya, sebuah keajaiban ilmiah menuntun Ian pada jejak yang mengarah kembali ke Sofi.

Di tangan Mike Cahill, selaku sutradara, I Origins tak sekadar jadi film tentang sains atau cinta. Kamu akan diajak mempercayai bahwa ada hal-hal yang lebih besar dari sekadar kebetulan atau sains. Dan seperti cinta itu sendiri, jawabannya mungkin tak perlu selalu dicari, melainkan cukup dirasakan.

3. Wander Darkly (2020)

adegan dalam film Wander Darkly. (dok. Lionsgate/Wander Darkly)

Wander Darkly memakai pendekatan magical realism untuk mengeksplorasi hubungan yang retak antara dua karakternya. Film ini berpusat pada Adrienne (Sienna Miller) dan Matteo (Diego Luna), pasangan yang hubungannya di ujung tanduk setelah menjadi orang tua. Suatu malam, kecelakaan mobil tiba-tiba menghentak hidup mereka.

Selepas kecelakaan, Adrienne mendapati dirinya menyaksikan pemakamannya sendiri dan bertualang ke masa lalu, masa depan, hingga ke kemungkinan-kemungkinan yang tak pernah terjadi. Ia terombang-ambing, sementara Matteo muncul menemaninya dalam realitas yang sulit dijelaskan. Apakah mereka berdua sudah tiada, atau ini hanya ilusi Adrienne?

Alih-alih memberi jawaban pasti, Wander Darkly mengajak penonton meresapi betapa rumitnya cinta saat dihadapkan pada trauma dan rasa kehilangan. Sienna Miller dan Diego Luna berhasil menciptakan dinamika yang jujur dan emosional, tanpa terjebak dalam melodrama. Sebuah paduan sempurna romansa pahit-manis dengan fantasi surealis, cocok buat kamu yang suka kisah cinta penuh makna seperti Sore: Istri dari Masa Depan!

4. Every Day (2018)

adegan dalam film Every Day. (dok. Orion Pictures/Every Day)

Bayangkan jatuh cinta dengan seseorang yang setiap hari terbangun dalam tubuh orang berbeda. Premis inilah yang diangkat Every Day, film adaptasi novel laris karya David Levithan. Ceritanya berfokus pada Rhiannon (Angourie Rice), gadis SMA yang bertemu dengan makhluk misterius bernama “A” yang setiap hari hidup di tubuh orang lain.

Hubungan keduanya berkembang tak biasa, karena A selalu datang dalam wujud berbeda: kadang laki-laki, kadang perempuan, kadang teman sekolah, kadang orang asing. Awalnya Rhiannon sulit percaya, tapi perlahan ia mulai memahami bahwa cinta sejati tak selalu terpaku pada rupa maupun identitas. Setiap pertemuan mereka menjadi momen yang menantang batas rasa, logika, dan kepercayaan Rhiannon sendiri.

Sebagai film young adult, Every Day jauh dari tipikal drama remaja klise dengan cinta segitiga atau konflik dangkal. Film ini memilih menghadirkan refleksi tentang identitas, penerimaan, dan makna hubungan di era modern. Ada pula konflik menarik saat Rhiannon mulai mempertanyakan batas etis hubungan mereka, termasuk dampak A terhadap tubuh yang ia huni.

5. A Ghost Story (2017)

adegan dalam film A Ghost Story. (dok. A24/A Ghost Story)

Di balik kenyataan judulnya yang terkesan horor, film karya David Lowery ini justru menyuguhkan kisah cinta yang pilu dan kontemplatif. A Ghost Story mengikuti perjalanan “hantu” seorang pria (Casey Affleck) yang meninggal dalam kecelakaan, tapi arwahnya memilih tinggal di rumah lamanya. Ia hanya bisa menyaksikan sang istri (Rooney Mara) larut dalam duka sebelum akhirnya perlahan melanjutkan hidup.

Sepanjang film, sang hantu—diperankan Affleck dengan hanya sehelai kain putih—hanya berdiri diam menjadi saksi waktu yang terus berjalan. Ia melihat rumah itu berganti pemilik, penghuninya datang dan pergi, bahkan menyaksikan bangunan itu dihancurkan. Alih-alih terasa membosankan, Lowery justru merangkai setiap adegan menjadi potret kesunyian yang mengiris hati.

Jika kamu tersentuh dengan Sore: Istri dari Masa Depan yang memadukan cinta dan refleksi hidup, A Ghost Story bisa jadi pasangan tontonan yang pas. Keduanya mengajak kita merenungkan hubungan, kehilangan, dan hal-hal yang sering tak kita sadari saat masih ada kesempatan. Siap dibikin berkaca-kaca?

Setelah nonton Sore: Istri dari Masa Depan, lima film underrated di atas bisa jadi pilihan tepat untuk melanjutkan perjalananmu mengeksplorasi kisah cinta penuh makna. Masing-masing punya sentuhan magical realism yang memikat sekaligus penuh renungan akan arti hubungan dan kehidupan. Siapa tahu, dari sini, kamu bisa ketemu cerita yang diam-diam nyangkut di hati!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team