Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sentimental Value (dok. Festival de Cannes/Sentimental Value)

Intinya sih...

  • Ayah mencoba menebus kesalahan dengan rekonsiliasi hubungan ayah-anak yang renggang.
  • Film-film seperti "Toni Erdmann" dan "Sentimental Value" mengangkat isu sensitif tentang hubungan ayah-anak.
  • Kesulitan dan tantangan dalam memperbaiki hubungan ayah-anak diangkat dalam film "My Fathers' Daughter" dan "The Return".

Tidak semua orang punya orangtua yang baik. Tak sedikit yang justru jadi korban negligence alias diabaikan orangtua mereka sendiri, terutama ayah. Masalahnya, saat itu terlanjur terjadi, upaya memperbaiki hubungan ayah-anak bakal penuh tantangan.

Meski tidak mustahil, harus ada satu pihak yang memulai rekonsiliasi dan ini butuh kerelaan dan kebesaran hati kedua pihak. Rumit dan sulitnya proses tersebut jadi premis utama film pemenang Grand Prix Cannes Film Festival 2025, Sentimental Value (2025). 

Dibuat Joachim Trier (The Worst Person in the World, Reprise), film ini bisa jadi bahan diskusi dan analisis yang provokatif. Tentunya, mereka tak sendiri, ada banyak rekomendasi film tentang rekonsiliasi hubungan ayah-anak yang bisa kamu pantengi sekalian. Ini enam daftarnya, mari bahas satu per satu.

 

1. Toni Erdmann (2016)

Toni Erdmann (dok. Sony Classics Pictures/Toni Erdmann)

Meski dikemas dalam genre komedi, Toni Erdmann sebenarnya membahas isu yang cukup sensitif. Ia mengikuti perjuangan seorang pria lansia memperbaiki hubungannya dengan putrinya yang kini sudah dewasa.

Untuk menghindari penolakan sepihak, ia menyamar jadi investor yang berencana bekerja sama dengan perusahaan tempat putrinya bekerja. Kocak, ngeselin, tetapi ada harunya juga. 

2. Sentimental Value (2025)

Sentimental Value (dok. MUBI/Sentimental Value)

Sentimental Value berorbit pada upaya rekonsiliasi hubungan ayah dan kedua putrinya yang renggang. Lama tak berjumpa dan merasa diabaikan, tiba-tiba ayah mereka kembali ke hidup mereka. Masalahnya, alasan mengontak dua anaknya itu berkaitan dengan keinginan sang ayah membuat film tentang ibu mereka. Luka lama yang berusaha mereka sembuhkan pun terbuka lagi.

3. Scrapper (2023)

Scrapper (dok. Picturehouse/Scrapper)

Sepeninggal ibunya, bocah perempuan 12 tahun harus kucing-kucingan dengan petugas dinas sosial Inggris demi menghindari masuk panti asuhan. Sampai satu hari, hadirlah seorang pria mengaku sebagai ayah biologisnya.

Si bocah yang terbiasa independen jelas menolak fakta ini. Namun, karena ia terdesak dan benar-benar butuh wali, ia mencoba untuk mengenal pria asing ini dan mencapai sebuah solusi yang menguntungkan keduanya. 

4. A Missing Part (2024)

A Missing Part (dok. Unifrance/A Missing Part)

Seorang pria Prancis kehilangan hak asuh atas putrinya seiring perceraiannya dengan sang istri. Selama 9 tahun, ia tak punya akses untuk menghubungi sang putri. Bahkan ia hampir menyerah dan kembali ke negara asalnya setelah beberapa waktu tinggal di Jepang. Satu hari, seorang penumpang taksinya mengingatkan dirinya pada sang putri. Sederhana, tetapi cocok buat penggemar film melankolis. 

5. My Fathers' Daughter (2024)

My Fathers' Daughters (dok. Nordisk Film/My Fathers' Daughters)

My Fathers' Daughter adalah salah stau film nomine European Film Awards 2024 yang mencoba mengupas sisi lain dari praktik donor sperma di negara-negara Skandinavia. Premis film ini tentang Elvira (Sarah Olaussen Eira), remaja dari etnis minoritas Sami yang dibesarkan oleh dua ibu lesbian. Seiring bertambahnya usia, ia mulai penasaran dengan asal usulnya dan mencoba mencari tahu siapa ayah biologisnya. Di sinilah sebuah fakta mencengangkan terbongkar. 

6. The Return (2003)

The Return (dok. Kino Lorber/The Return)

Dua belas tahun lamanya, seorang ayah absen dalam hidup dua putranya yang beranjak praremaja. Untuk memperbaiki kesalahannya, sang ayah mengajak mereka berlibur bertiga saja tanpa sang ibu dan nenek yang selama ini membesarkan keduanya.

Namun, bukannya rekonsiliasi hubungan yang terjadi, ketegangan justru menyeruak dan bikin liburan ini tak sesuai ekspektasi mereka. Berbeda dengan beberapa film lainnya dalam daftar ini, The Return bergenre thriller-psikologi, jadi jangan harap dapat akhir melegakan. 

Rekonsiliasi hubungan ayah yang absen dengan anak mereka bukan perkara sederhana. Pasti ada perasaan terabaikan, amarah, bahkan dendam yang muncul di benak seorang anak. Saat dikembangkan jadi film pun, perasaan dan sikap itu pun yang ditunjukkan para karakter anak. Kelimanya bisa dijadikan bahan diskusi dan refleksi. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team