Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
I Like Movies (dok. Toronto International Film Festival/I Like Movies

Intinya sih...

  • Sorry, Baby (2025) mengisahkan Agnes korban kekerasan seksual yang mencari solusi dan proses penyembuhan diri.

  • I Like Movies (2022) berkisah tentang remaja Lawrence dan manajer toko yang sama-sama belum berdamai dengan trauma masa lalu.

  • On the Count of Three (2021) menceritakan dua pemuda yang ingin bunuh diri namun teringat masalah masa lalu yang harus diselesaikan.

Mengembangkan trauma sebagai tema utama film itu hal lumrah. Namun, mengingat ini sensitif, prosesnya perlu pertimbangan masak dan pengetahuan yang mencukupi. Akurasi dan keautentikan pengalaman amat penting karena mau tak mau film-film itu bakal mewakili para penyintas trauma serupa di luar sana. Tidak heran, biasanya film tentang trauma akan dibalut dalam genre drama atau thriller sesuai dengan natur dari isu yang diangkat. Namun, tahukah kamu kalau tidak sedikit sineas yang justru membahas trauma dalam format komedi? Enam film berikut adalah buktinya.

1. Sorry, Baby (2025)

Sorry, Baby (dok. A24/Sorry, Baby)

Sorry, Baby adalah salah satu film terbaru yang diakuisisi A24. Filmnya terkonsentrasi pada sosok mahasiswa S3 bernama Agnes (Eva Victor) yang jadi korban kekerasan seksual. Ini membuat mentalnya terguncang dan kariernya terancam mandek. Beruntung ia punya sahabat yang selalu ada untuknya, mendukungnya mencari solusi, dan melanjutkan hidup. Film kemudian bergulir beberapa tahun setelah kejadian itu dan Agnes menemukan dirinya mengalami fase dilematis berikutnya. Tidak fokus pada pencarian keadilan seperti sinema-sinema bertema #MeToo lainnya, Sorry, Baby justru berorbit pada proses si penyintas menyembuhkan diri.

2. I Like Movies (2022)

I Like Movies (dok. Toronto International Film Festival/I Like Movies

I Like Movies dikemas layaknya film coming of age biasa, yakni berkutat pada sosok remaja yang bakal lulus SMA dalam waktu dekat. Ia adalah Lawrence (Isaiah Lehtinen) yang mengaku pencinta film dan beraspirasi kuliah film di Amerika Serikat. Tentunya, ini bukan cita-cita yang mudah bujet pendidikan dari ibu tunggalnya pun terbatas. Lawrence kemudian bekerja paruh waktu di sebuah toko VCD dengan tujuan mengumpulkan dana pendidikan sendiri. Di sinilah, ia kemudian bertemu dengan manajer toko yang memberinya banyak pencerahan. Perlahan terungkap kalau keduanya sama-sama belum berdamai dengan trauma masa lalu masing-masing.

3. On the Count of Three (2021)

On the Count of Three (dok. Annapurna/On the Count of Three)

Meski kocak, banyak isu sensitif yang dibahas di film komedi ini. On the Count of Three adalah cerita dua pemuda bernama Val (Jerrod Carmichael) dan Kevin (Christopher Abbott) yang pada suatu hari sepakat untuk mengakhiri hidup mereka bebarengan. Namun, pada hitungan ketiga saat mereka hendak menekan pelatuk pistol di tangan, mereka teringat satu hal yang rasa-rasanya lebih baik diselesaikan dulu. Masalah yang dimaksud ternyata berkaitan erat dengan masa lalu suram mereka masing-masing. Apa itu dan bagaimana akhir cerita dua sobat tersebut?

4. A Real Pain (2024)

A Real Pain (dok. Searchlight Pictures/A Real Pain)

Trauma yang dibalut komedi juga bisa kamu temukan dalam film A Real Pain. Film ini mengikuti dinamika relasi 2 sepupu bernama David (Jesse Eisenberg) dan Benji (Kieran Culkin) yang sifatnya bertolak belakang. Menariknya, keduanya pernah dekat sampai sebuah insiden terjadi dan hubungan mereka renggang sejak itu. Masalahnya, David dan Benji sudah terlanjur memesan tiket perjalanan ke Polandia dan mereka seolah dipaksa bertemu lagi setelah sekian lama.

5. Silver Linings Playbook (2012)

Silver Linings Playbook (dok. The Weinstein Company/Silver Linings Playbook)

Film romcom dengan isu trauma di baliknya? Ini bisa kamu temukan dalam Silver Linings Playbook. Jennifer Lawrence dan Bradley Cooper memerankan dua orang dengan isu kesehatan mental yang tak sengaja bertemu dan jatuh cinta. Tanpa tahu sejarah masing-masing, atraksi di antara keduanya tak bisa dielakkan. Namun, seiring makin intensnya hubungan mereka, kebiasaan dan sikap destruktif pun muncul dari masing-masing pihak.

6. The Truman Show (1998)

The Truman Show (dok. Paramount Pictures/The Truman Show)

The Truman Show adalah film komedi yang sebenarnya membahas hal-hal sensitif, termasuk trauma yang disebabkan kematian sampai eksposur berlebih. Jim Carrey memerankan Truman, pria yang diadopsi sejak bayi oleh sebuah korporasi. Hidupnya diekspos kepada khalayak lewat kamera-kamera tersembunyi dan disiarkan sebagai reality show. Ini berlangsung hingga ia dewasa tanpa Truman sadari. Sampai akhirnya, pada suatu waktu, ia mulai mencurigai ada yang tak beres dengan hidupnya. Selama film bergulir, kita dibikin geregetan dengan para produser dan kru. Mereka tak segan mengekspos Truman dengan hal-hal yang memicu trauma demi meningkatkan rating.

Relasi antara tragedi dan komedi ternyata cukup lekat. Seperti kata Mark Twain, “komedi adalah tragedi ditambah waktu”. Artinya, tragedi yang sudah lampau bisa jadi lelucon setelah kita sudah melewati fase mengingkari dan akhirnya bisa menerima serta menertawakannya. Ini mungkin yang membuat film-film di atas punya efek healing yang susah dijelaskan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team