Ada 'Bad Genius', 10 Film Thailand Produksi GDH yang Wajib Kamu Tonton

Menjadi film yang cukup populer sejak awal penayangannya di tahun 2016, 'One Day' merupakan salah satu film produksi GDH dengan genre romantic comedy. Bercerita tentang Denchai (Ter Chantavit Dhanasevi), seorang pria yang berpenampilan apa adanya, dan jatuh cinta pada rekan kerjanya bernama Nui (Mew Nittha Jirayungyurn). Sayangnya, cinta Denchai tak berbalas, Nui justru jatuh cinta dan rela menjadi simpanan bosnya yang telah beristri dan menjadi bapak satu anak.

Tapi, takdir seakan memberikan kesempatan pada Denchai untuk merasakan bagaimana bila suatu hari cintanya berbalas. Nui mengalami kecelakaan dan hilang ingatan ketika melakukan perjalanan ke Jepang dalam rangka kegiatan outing perusahaan mereka. Denchai, dengan segala keraguan dan kenekatannya, mengaku pada Nui bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih.  

'One Day' menjadi spesial karena selain mengangkat genre romantic comedy yang mengundang gelak tawa, ada saja yang membuat penonton haru dan baper sekaligus. Apalagi, ada saja hal-hal tak terduga dari ending film ini hingga melekat di ingatan penontonnya. Jangan salah, film ini telah mengantongi beberapa penghargaan di antaranya sebagai Best Movie dari Dara Daily The Great Awards 2016.

Dikemas dengan menarik dalam antologi tiga segmen, 'A Gift' mengangkat tema musik sebagai hadiah dan persembahan terhadap komposisi-komposisi musikal karya Raja Bhumibol Adulyadej. Gak hanya ceritanya yang berbeda-beda, film ini juga memiliki sutradara masing-masing untuk setiap ceritanya.

Pada segmen pertama, 'A Gift' memercayakan Chayanop Boonprakob dan Kriangkrai Vachiratamporn sebagai sutradara dengan judul 'Love at Sundown', berkisah tentang Beam (Nine Naphat) dan Pang (Violette Wautier). Pang yang mengalami trauma pada pria justru didekati oleh Pang di acara gladi resik penerimaan beasiswa ke Rusia. 

Segmen kedua, bercerita tentang 'Still On My Mind' yang disutradarai oleh Nithiwat Tharatorn, mengisahkan tentang hubungan anak dan sang ayah. Ialah Fa (Mew Nittha) yang memutuskan untuk berhenti bekerja demi mengurus sang ayah yang menderita Alzheimer setelah ditinggal sang istri. Dibantu oleh tukang stem piano langganan ibunya yaitu Aey (Sunny Suwanmethanont), Fa mencoba memainkan lagu favoritnya berjudul Still On My Mind yang rupanya mampu memicu ingatan sang ayah. 

Yang terakhir alias segmen ketiga disutradarai oleh Jira Maligool, berjudul 'New Year Greeting'. Segmen ini menceritakan tentang Llong (Ter Chantavit), seorang analisis keuangan yang merupakan mantan vokalis band rock. Tanpa disengaja, Kim (Noona Neungthida), teman baru di kantornya tahu latar belakang Llong dan mencoba membawa Llong kembali pada mimpinya yang gagal, kembali pada dunia musik dan menjadi bagian band di kantor tempat mereka bekerja.

Tiga segmen berbeda namun saling terkait ini disajikan dalam 144 menit yang tak terasa, apalagi kalau sudah dibikin tergelitik karena alur cerita yang kocak dan sesekali mengundang rasa haru. 

Sosok cerdik Lynn, cerdas dan cerobohnya Bank, tengilnya Pat, serta bucinnya Grace rasanya masih akan tetap melekat dalam ingatan penonton meski telah tiga tahun berlalu. Apalagi, baru-baru ini film produksi GDH ini dibikin serial berjumlah 12 episode dari rumah produksi yang sama. 

Film yang tayang 2017 semakin membuktikan kemampuan Thailand di kancah internasional dalam mengemas suatu film. Disutradarai oleh Nattawut Poonpiriya, film ini diangkat dari kisah nyata di China tentang para siswa yang melakukan aksi curang selama ujian bahkan di tingkat ujian internasional. 

Diperankan oleh Chutimon Chuengcharoensukying, Chanon Santinatornkul, Teeradon Supapunpinyo, dan Eisaya Hosuwan, film ini telah melalang buana dalam acara penghargaan internasional, di antaranya 16th New York Asian Film Festival, 20th Fantasia International Film Festival, 13th Fantastic Fest, 21st Toronto Reel Asian International Film Festival, dan lain-lain. 

Berbeda dari tiga film sebelumnya, GDH juga menyuguhkan film bertema horor yang dibintangi oleh Namthip Jongrachatawiboon dan Apichaya Thongkam. Mengawali cerita, film ini mengisahkan Boum dan Ib yang telah bersahabat sejak kecil dan membuat perjanjian untuk bunuh diri bersama karena merasa sengsara akibat adanya krisis moneter 1997. 

Namun, ketakutan membuat Boum menunda niatnya dan menyaksikan Ib meregang nyawa sendiri. Hingga 20 tahun kemudian, Boum (Namthip) yang telah hidup sejahtera bersama sang anak, Bell (Apichaya), kembali dihantui oleh Ib untuk menagih janji. 

Sophon Sakdaphisit sebagai sutradara gak hanya menyajikan kisah horor yang bikin bulu kuduk berdiri, namun juga memunculkan sisi emosional penonton hingga merasa iba pada para tokoh. Ditambah, akting gemilang dari Namthip dan Aphicaya yang sukses memunculkan sisi takut dan putus asa. 

Thailand memang paling gak bisa bikin kecewa kalau sudah mengangkat film bertema komedi romantis dan keluarga. Dibintangi oleh Sunny Suwanmethanont, Urassaya Sperbund, dan Nichkhun 2PM, film ini berhasil menyabet penghargaan dari Thailand National Film Association Award 2019 untuk Best Actress.

Film ini berkisah tentang kakak adik bernama Chut (Sunny) dan Jane (Urassaya) yang sejak kecil selalu mempeributkan sesuatu yang sepele dan susah banget untuk akur. Jane memiliki kekasih bernama Moji (Nickhun), dan Chut berusaha untuk memisahkan keduanya. Buat kamu yang punya saudara berbeda gender begini, pasti deh relate banget!

Tapi, jangan salah, bukan Thailand namanya kalau filmnya gak bikin emosimu naik turun bak naik roller coaster. Ada tawa, ada juga haru yang bikin seimbang. 

Memenangkan Thailand National Film Association Award untuk Best Documentary Film, 2215 menjadi film dokumenter Thailand yang cukup menyita perhatian publik. Proyek film Jira Maligool, Boosaba Daoruang, Paiboon Damrongchaitham ini mengangkat tentang penyanyi Thailand bernama Artiwari Kongmalai yang mendedikasikan waktunya untuk berlari sejauh 2215 kilometer.

Dari selatan hingga utara, Artiwara berlari dari Betong, Yala, wilayah selatan Thailand, hingga Mae Sai, Chiang Rai, daerah utara Thailand. Menempuh jarak 2215 kilometer, Artiwara menghabiskan waktu selama 55 hari. Selama itu pula, ia beursaha mengumpulkan uang dari para warga Thailand yang ditemuinya untuk mendonikasikannya ke beberapa rumah sakit Thailand.

Berbagai emosi ditampilkan dalam dokumentasi ini, mulai dari keceriaan masyakarat yang terekam selama Artiwara berlari, hingga rasa sakit yang harus Artiwara tahan demi melangsungkan misinya. 

Setelah sukses membintangi Bad Genius, Teeradon Supapunpinyo kembali bermain di film berjudul Homestay. Diadaptasi dari komik Jepang berjudul Colorful, film ini mengisahkan tentang suatu jiwa yang terperangkap pada tubuh seorang remaja pasca bunuh diri bernama Min (Teeradon). Oleh sang Guardian, Min diberi waktu selama 100 hari untuk mencari penyebab mengapa ia bunuh diri. 

Gak hanya dibintangi oleh Teeradon, film ini juga menggandeng leader dari girl group BNK48, Cherprang Areekul, yang berperan sebagai seorang perempuan jenius bernama Pi yang ditaksir oleh Min. Selama 100 hari itu, jika Min gak bisa menemukan alasan mengapa tubuh yang ditumpanginya mati, maka ia gak akan bisa reinkarnasi atau akan mati selamanya. 

Yang makin spesial, jarang-jarang lho Thailand mengangkat cerita fantasi begini. Apalagi, film ini telah meraih beberapa penghargaan dari Thailand National Film Association Award.

Bahkan sejak perilisan trailernya, film yang dibintangi oleh aktris populer Baifern Pimchanok ini sudah menerima banyak sorotan. Padahal, kalau dari judulnya saja, sudah banyak film yang mengangkat tema serupa. Lagi-lagi, Thailand mampu membuktikan bahwa kisah yang klise pun bisa diangkat lagi dan tentunya mencuri perhatian orang-orang. 

Baifern yang berperan sebagai Gink kali ini dipasangkan dengan aktor tampan Nine Naphat, pemeran karakter Palm yang jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Bukan main-main, persahabatan keduanya bahkan sudah berjalan selama 10 tahun. Palm bahkan pernah nekat menyatakan perasaannya di masa akhir sekolah mereka, namun Gink memilih untuk tetap menjadi teman.

Tapi jalinan takdir membuat keduanya terus semakin dekat, mengabaikan perasaan cinta yang dibalut persahabatan, meski tindak tanduk keduanya lebih dari itu. Dikemas dengan komedi yang bikin sakit perut karena aksi kocak para pemainnya, Friend Zone yang satu ini memang pantas mendapatkan sorotan dari banyak orang. 

Kalau mood kamu lagi jelek dan butuh komedi yang gak ada habisnya, maka film yang satu ini wajib banget kamu tonton. Konsisten menjaga ritme komedi dari awal hingga akhir, siap-siap dibikin pegal mulut dan perut karena terus menertawakan kisah empat sekawan dari Golf (Thongchai Thongkuntom), Kim (Ratthanant Janyajirawong), Gus (Paopetch Charoensook), dan Natty (Pattarasaya Kruasuwansiri).

Memiliki alur yang ringan dan sederhana, kamu bakal diajak menyelami kehidupan empat sekawan yang bikin kamu terbahak-bahak karena hal-hal sederhana yang kadang gak pernah masuk di akal. Sebelum dibikin film layar lebar, film ini juga memiliki serialnya sendiri yang sangat populer di Thailand. 

Jika Teeradon pasca Bad Genius membintangi Homestay, maka Chutimon Chuengcharoensukying kembali mencuri perhatian lewat aktingnya di film Happy Old Year. Nawapol Thamrongrattanarit membawa film ini dengan tema minimalis yang sangat indah di mata. 

Chutimon yang berperan sebagai Jean sedang tergila-gila hidup dengan cara minimalis, mengikuti ajaran Marie Kondo untuk melakukan decluttering, membereskan rumah dengan mengurangi barang-barang yang tidak diperlukan lagi. Perjalanan panjang Jean berhasil menggugah emosi penonton, apalagi untuk kamu yang sedang melakukan hal serupa layaknya Jean. 

Awalnya, Jean yang baru pulang dari Swedia mengira bahwa konsep minimalisme ini mudah dilakukan, cukup membuang barang-barang yang tak perlu. Tapi, Jean tak pernah menyangka, bahwa selama prosesnya, ia harus berurusan juga dengan kenangan dalam memorinya. Permasalahan di masa lalu yang ia kira sudah selesai, mau tak mau harus ia hadapi lagi untuk benar-benar menuntaskannya. 

Film ini memang memiliki alur yang cukup lambat, tapi, akting emosional Chutimon Chuengcharoensukying, Sunny Suwanmethanon, Thirawat Ngosawang, dan Apasiri Nithibon cukup sepadan dengan waktu yang telah dilewatkan. 

Itu dia sepuluh rekomendasi film dari rumah produksi GDH 559 yang wajib banget kamu tonton. Dengan kualitas yang mumpuni dan tema yang beragam, rasanya sayang kalau melewatkan film-film berkualitas mereka yang bahkan telah diakui oleh internasional. Mana nih yang bakal kamu tonton duluan?