7 Film yang Membebaskan Aktor dari Bayang-Bayang Peran Populernya

- The Holiday (2006) - Jack Black
Jack Black menunjukkan sisi romantisnya yang berbeda dalam film ini, membuktikan bahwa ia bisa lebih dari sekadar aktor komedi konyol. - The Dark Knight (2008) - Heath Ledger
Heath Ledger keluar dari zona nyaman dan memberikan interpretasi ikonik sebagai Joker yang meninggalkan warisan abadi dalam sejarah perfilman. - We're the Millers (2013) - Jennifer Aniston
Jennifer Aniston menunjukkan kemampuan komedinya yang tajam di film ini, menghidupkan karakter yang berbeda dari Rachel Green di Friends.
Dari Adam Sandler sampai Ryan Reynolds, Hollywood punya banyak aktor yang sering terlihat memainkan tipe karakter yang sama di hampir setiap film. Pola ini bisa jadi menghibur, tapi lama-lama terasa repetitif, sehingga karakter mereka tidak lagi terasa khas. Pada akhirnya, penonton justru lebih menikmati aktornya dibanding karakter yang ia perankan.
Di sisi lain, ada aktor-aktor yang memerankan karakter begitu ikonik hingga sulit dilepaskan dari citra mereka, meskipun sebenarnya punya banyak variasi peran. Robert Downey Jr. dan Hugh Jackman adalah contohnya. Meski mereka pernah main di berbagai film, nama mereka tetap erat dengan Iron Man dan Wolverine.
Kebalikannya, berikut ini film yang menyelamatkan para aktor dari bayang-bayang peran populernya dan memberi mereka karakter kuat yang juga diingat. Apakah salah satunya favoritmu?
1. The Holiday (2006) - Jack Black

Jack Black dikenal sebagai komedian dengan gaya slapstick dan konyol. Perannya sebagai Dewey Finn di School of Rock (2003) jadi salah satu yang paling ikonik, disusul dengan suara khasnya sebagai Po di Kung Fu Panda (2008). Sebagian besar kariernya memang diisi dengan karakter yang jenaka, keras kepala, dan penuh energi.
Namun, The Holiday (2006) memperlihatkan sisi berbeda Jack Black. Alih-alih jadi badut panggung, ia tampil kalem dan hangat sebagai pria romantis yang beradu akting dengan Kate Winslet. Penampilannya yang sederhana tapi tulus membuktikan bahwa ia bisa lebih dari sekadar aktor komedi konyol.
2. The Dark Knight (2008) - Heath Ledger

Di awal 2000-an, Heath Ledger kerap dikenal sebagai aktor muda dengan citra pahlawan romantis. Entah lewat 10 Things I Hate About You (1999) yang ringan atau Brokeback Mountain (2005) yang penuh tragedi. Namun, semua persepsi itu berubah drastis ketika ia memerankan Joker di The Dark Knight (2008).
Ledger benar-benar keluar dari zona nyaman dan memberikan interpretasi ikonik yang sampai sekarang dianggap terbaik untuk versi live action Joker. Dari ekspresi tubuhnya, suara serak penuh teror, hingga cara menyampaikan dialog, semuanya terasa begitu otentik dan mengganggu. Perannya di film ini bukan hanya mendefinisikan ulang kariernya, tapi juga meninggalkan warisan abadi dalam sejarah perfilman.
3. We're the Millers (2013) - Jennifer Aniston

Lebih dari tiga dekade lalu, Jennifer Aniston mencuri perhatian lewat perannya sebagai Rachel Green di Friends (1994). Karakter itu bukan hanya jadi yang paling ikonik dalam kariernya, tapi juga terus menemukan penggemar baru dari generasi ke generasi. Rachel benar-benar melekat pada Aniston, bahkan membuatnya jadi salah satu aktris komedi romantis paling populer Hollywood.
Meski sempat mencoba peran berbeda, termasuk mengisi suara di film animasi klasik The Iron Giant (1999), kemampuan komedinya paling menonjol di We’re the Millers (2013). Berkat naskah yang cerdas, film ini memberi ruang bagi Aniston untuk menunjukkan timing komedinya yang tajam dan sisi yang sering terabaikan ketika orang hanya mengingat dirinya sebagai Rachel Green.
4. I, Tonya (2017) - Margot Robbie

Margot Robbie pertama kali melambung lewat The Wolf of Wall Street (2013), di mana ia lebih dikenal karena pesona dan penampilannya. Setelah itu, ia mencoba merambah genre lain lewat Focus (2015) dan Whiskey Tango Foxtrot (2016), meski hasilnya kurang menonjol.
Perannya sebagai Harley Quinn di Suicide Squad (2016) kemudian langsung melejitkan namanya, dan hingga kini masih jadi karakter yang paling identik dengannya. Namun, Robbie membuktikan dirinya lebih dari sekadar bintang aksi atau simbol seks.
Di I, Tonya, ia memberikan performa luar biasa sebagai Tonya Harding, hingga meraih nominasi Oscar. Peran ini menegaskan kemampuan akting dramatisnya sekaligus memperluas portofolionya. Kini, Robbie tak hanya dikenal sebagai aktris berbakat, tapi juga produser film yang visioner.
5. Gifted (2017) - Chris Evans

Bagi banyak orang, Chris Evans adalah Captain America. Sejak debutnya di Captain America: The First Avenger (2011), ia begitu identik dengan karakter tersebut sampai sulit membayangkan dirinya sebagai tokoh lain. Peran-peran lamanya sebagai pria sombong dan flamboyan, termasuk Johnny Storm di Fantastic Four (2005), perlahan tenggelam oleh citra Steve Rogers.
Namun, di Gifted (2017), Evans tampil sangat berbeda. Ia berperan sebagai ayah tunggal yang penuh kasih sayang pada anak jeniusnya. Tanpa seragam dan perisai, Evans menunjukkan sisi lembut dan emosional yang membuatnya tampak benar-benar baru. Film ini membuktikan bahwa ia punya kemampuan akting lebih luas dari yang orang kira.
6. Tully (2018) - Charlize Theron

Charlize Theron dikenal sebagai aktris serbabisa yang sukses di berbagai genre. Setelah meraih Oscar lewat Monster (2003), ia sempat menjajal dunia aksi lewat Aeon Flux, hingga akhirnya melejit dengan peran ikonik Furiosa di Mad Max: Fury Road (2015). Nama Theron kemudian begitu lekat dengan film laga.
Namun, lewat Tully, Theron menunjukkan sisi lain. Ia memerankan seorang ibu dengan tiga anak yang kewalahan menghadapi hidup. Peran penuh kehangatan dan kerentanan ini membuktikan bahwa Theron tak hanya piawai di film aksi, tapi juga bisa begitu menyentuh dalam drama personal. Setahun kemudian, ia kembali menegaskan hal itu lewat Bombshell sebagai Megyn Kelly.
7. The Farewell (2019) - Awkwafina

Awkwafina awalnya dikenal lewat gaya komedinya yang kocak dan canggung. Perannya sebagai Goh Peik Lin di Crazy Rich Asians (2018) jadi titik balik kariernya, diikuti dengan film-film seperti Ocean's Eight (2018) dan Neighbors 2: Sorority Rising (2016). Namun, justru karakter Peik Lin-lah yang paling melekat pada dirinya.
Semua berubah ketika ia tampil di The Farewell, sebuah drama bernuansa gelap yang secara mengejutkan membawanya meraih Golden Globe. Di sini, Awkwafina menunjukkan sisi akting yang lebih dalam dan emosional, jauh dari imej komedinya. Banyak yang menilai ini masih jadi penampilan terbaiknya, bukti bahwa ia mampu menghidupkan peran serius dengan sangat meyakinkan.
Perjalanan para aktor ini menunjukkan bagaimana satu peran bisa mengubah arah karier mereka selamanya. Semua contoh ini menegaskan bahwa momen paling berkesan seorang aktor sering kali datang ketika mereka berani keluar dari zona nyaman dan memberikan penampilan yang benar-benar berbeda. Berkat film-film di atas, mereka berhasil keluar dari bayang-bayang peran ikoniknya dan membuktikan mereka bersinar juga di karakter lainnya.