[REVIEW] Hotel Transylvania 3: Tak Perlu Berekspektasi Tinggi

Masih tetap menghibur tapi kisahnya gak terlalu mengejutkan

Artikel ini mengandung spoiler. Jadi, buat kamu yang belum menonton filmnya sebaiknya baca nanti dulu ya...

----------------

Setelah 3 tahun seri keduanya rilis, akhirnya film animasi Hotel Transylvania hadir lagi menghibur penonton, tepatnya pada 13 Juli 2018 lalu. Di seri ketiga yang mengusung tajuk Hotel Transylvania 3: Summer Vacation ini ceritanya gak jauh-jauh dari permasalahan hidup Drac si drakula bersama keluarga dan rekan-rekannya di Hotel Transylvania.

Bila di seri pertama fokus ceritanya adalah tentang Drac yang harus melepas putri semata wayangnya, Mavis menikah dengan manusia. Kemudian di seri kedua Drac harus berdamai dengan kondisi bahwa cucunya, Dennis adalah manusia setengah drakula yang tidak bisa dipaksa bertingkah layaknya monster. Nah, di seri ketiga ini lebih fokus pada kisah Drac yang sedang menyelesaikan masalah kesepiannya.

Kalau kamu mengikuti kisahnya pasti tahu bahwa kehidupan Drac sejak Mavis menikah dengan Johnny jadi berubah. Teman hidupnya itu kini punya teman hidup lain. Terlebih sejak keduanya memiliki Dennis, Drac semakin merasa sendirian. Dari sini kemudian Mavis berinisiatif membuat sang ayah bahagia dengan mengajaknya ikut liburan musim panas di kapal pesiar.

1. Agak beda seri sebelumnya, animasi film ini jauh lebih colorful dan menghibur

[REVIEW] Hotel Transylvania 3: Tak Perlu Berekspektasi Tinggivariety.com

Meski menceritakan tentang para hantu, tapi film animasi besutan Sony Pictures ini ingin menepis kesan seram lewat animasi yang lucu dan berwarna. Kalau diingat-ingat, di seri pertama dan kedua memang film ini sudah menyajikan banyak warna, tapi di seri ketiga ini warna-warna terangnya jauh lebih banyak.

Barangkali karena mengusung tema summer vacation sehingga konsep animasinya pun menyesuaikan. Terlebih ketika para rombongan pada akhirnya sampai ke destinasi terakhir: Atlantis. 'Dunia yang hilang' ini digambarkan dalam sebuah bangunan istana megah yang berwarna-warni. Di sinilah para rombongan hiburan bakal berpesta ria.

2. Cerita yang diangkat jauh lebih sederhana. Cenderung mudah ditebak dan banyak kisah yang terlewat

[REVIEW] Hotel Transylvania 3: Tak Perlu Berekspektasi Tinggimovies4u.co

Sejak awal film kita sudah ditampilkan siapa musuh Drac yang akan dilawan kali ini: Abraham Van Helsing. Kemudian saat Drac dan rombongannya sampai di kapal pesiar, mereka berjumpa dengan Ericka sang kapten. Tak perlu berpikir lama, penonton akan tahu kalau Ericka memiliki hubungan dengan Van Helsing.

Alur ceritanya begitu cepat sehingga kita gak perlu berpikir soal endingnya. Sejak awal berjumpa, Drac dikisahkan langsung 'Zing' alias jatuh hati pada Ericka. Jadi, bisa kamu pasti bisa meramal kan bagaimana cerita terakhirnya?

Nah, karena alurnya begitu cepat sehingga kesannya ada banyak cerita lain yang terlewat. Misalnya tentang pandangan Mavis terhadap ayahnya yang kesepian. Emosi pada bagian ini kurang digali sehingga kita tidak bisa merasakan perhatian Mavis terhadap ayahnya sebagaimana yang kita rasakan pada Hotel Transylvania 1.

Begitu pula dengan peran Wayne dan Wanda si sepasang werewolf yang anaknya sangat banyak itu. Di film mereka disekap oleh Van Helsing dan Ericka karena dikira keduanya adalah mata-mata. Namun, keduanya seolah "menghilang" dari film karena tidak diceritakan lagi nasibnya. Kita mungkin tidak akan ingat dengan kehadiran mereka berdua kalau di akhir film keduanya tidak ditampilkan lagi setelah rombongan kembali ke Hotel Transylvania. Apakah Genndy Tartkovsky sebagai penulis skenario sebegitu bingung ingin meletakkan mereka di cerita yang mana sehingga melenyapkan mereka begitu saja?

Bahkan boleh dibilang peran Abraham van Helsing dibuat terlalu mengada-ada supaya ada 'konflik' di dalamnya. Namun, sayang sekali kita gak diberi tahu dengan detail kenapa Van Helsing sebegitu dendamnya dengan Drac hingga ingin membunuhnya.

3. Kalau di seri ketiga ini filmnya terkesan jauh lebih 'absurd', terlebih dengan adanya musik-musik EDM di dalamnya

[REVIEW] Hotel Transylvania 3: Tak Perlu Berekspektasi Tinggifanpop.com

Ada cukup banyak hal absurd yang ditampilkan dari film ini. Seperti perjalanan awal Mavis, Drac, dan rombongan Hotel Transylvania menuju Segitiga Bermuda menggunakan pesawat. Bukannya pesawat waras, mereka justru menumpangi pesawat rongsok yang sebenarnya kalau dinalar dengan akal sehat pesawat tersebut tidak mungkin bisa terbang.

Menjelang akhir cerita, Drac harus melawan Van Helsing dari serangan Kracken yang menghancurkan Atlantis. Van Helsing memantik amarah Kracken dengan sebuah 'musik jahat'--demikian Johnny menyebutnya. Konon dengan lagu ini para monster akan mati dihantam tentakel-tentakel sang Kracken. Lagu ini sebenarnya adalah lagu EDM dengan beat yang cepat dan terkesan dark. Barangkali kita tidak akan menyangka bakal ada musik seperti ini di film animasi sehingga kesannya absurd. Bahkan boleh dibilang kurang cocok bila film ini ditujukan pada anak-anak. Ya, maka gak heran kalau film ini berating Parents Guide.

Dan baru kali ini ada film yang proses perkelahiannya tidak menggunaan fisik melainkan musik. Johnny yang merupakan seorang DJ menyadari bahwa 'musik jahat' yang dimainkan Van Helsing bisa dilawan dengan 'musik baik'-nya. Ini mungkin jadi sesuatu yang baru dan satu-satunya hal unik yang ada di Hotel Transylvania 3. Alih-alih capek menonton perkelahian fisik, penonton justru disuguhkan music battle antara Johnny-Drac dnegan Van Helsing yang lumayan menghibur.

4. Lucu, sih... tapi tidak sampai membuat terpingkal-pingkal

[REVIEW] Hotel Transylvania 3: Tak Perlu Berekspektasi Tinggihotelt3.com

Sebagaimana film sebelumnya, Hotel Transylvania 3 tidak melupakan sisi humornya. Lelucon-lelucon yang ditampilkan cukup menghibur dan mampu mencairkan suasana. Meski begitu, adegan maupun percakapan leluconnya tidak terlalu melekat di ingatan.

Kalau menurut penulis, bagian paling lucu adalah ketika Wayne dan Wanda--duo pasangan werewolf hendak menitipkan anak-anaknya yang sangat banyak itu ke penitipan anak di kapal pesiar. Di sana penjaganya adalah seekor ikan. Lantas salah seorang anak mereka bergumam dengan khas balita berusia 1-2 tahun "Fish... fish..." berkali-kali saat kedua orangtuanya ngobrol dengan petugas ikan tersebut.

Selebihnya adalah lelucon-lelucon biasa yang cuma bisa membuat kita tertawa kecil dan tidak sampai terpingkal-pingkal.

5. Meski begitu, pesan moral yang disampaikan semuanya sangat bagus dan relate dengan kehidupan kita sekarang

[REVIEW] Hotel Transylvania 3: Tak Perlu Berekspektasi Tinggiwikia.com
"Kita bisa berbuat lebih baik daripada pembenci" --Murray the Mummy.

Mari sejenak kita lupakan saja segala hal absurd dan ketidaksempurnaan cerita dari film ini. Bila meresapi ceritanya lebih dalam, ada banyak sekali pesan moral yang disampaikan di Hotel Transylvania 3. Semuanya sangat dekat dengan kehidupan kita.

Pesan moral utama dari film ini masih mengangkat soal pentingnya keluarga. Hal ini sudah disampaikan sejak awal cerita di mana Mavis menyadari pentingnya keluarga untuk berkumpul. Melepaskan segala kesibukan masing-masing agar keharmonisan tetap terjaga.

Selain itu, hubungan zing antara Drac dan Ericka yang awalnya sempat dianggap tak mungkin, menyampaikan pada kita tentang indahnya perbedaan. Mavis mulanya tak setuju dengan hubungan ini, tapi lantas ia menyadari bahwa meski ayahnya drakula (monster) dan Ericka adalah manusia, namun keduanya tetap bisa bersatu. Baginya semua orang adalah sama. Sebagaimana kehidupan kita. Meski berbeda ras, agama, warna kulit, maupun ideologi namun sejatinya kita semua adalah manusia yang tinggal di bumi yang sama.

Selain itu, ada kutipan menarik yang diucapkan oleh Murray si Mumi. Saat Van Helsing terjatuh ke dalam jurang, Drac tidak membiarkannya jatuh begitu saja. Tindakannya ini sempat ditentang Frank, namun Murray buru-buru mengingatkan Frank. Katanya, "Kita bisa berbuat lebih baik daripada pembenci."

Kalimat ini jelas sekali menyentil orang-orang yang suka nyinyir terhadap aktivitas orang lain. Biarlah pembenci itu mengucapkan kalimat-kalimat negatif, tapi kita tetap harus berbuat baik kepadanya.

Sebagaimana bagian DJ battle antara musik Johnny dan musik Van Helsing, yakni musik baik vs musik jahat. Bagian ini mengingatkan kita bahwa apapun yang dibalas dengan kebaikan pasti akan berakhir baik pula.

Secara keseluruhan, penulis memberikan nilai yang sama seperti yang diberikan Rotten Tomato: 3/5. Buat kamu yang sudah menantikan seri ketiga ini, memang sebaiknya tidak berharap banyak soal ceritanya. Meski begitu, film ini tetap layak untuk ditonton sebagai pelepas penat.

Gendhis Arimbi Photo Verified Writer Gendhis Arimbi

Storyteller

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya