Menyelami Filosofi Joker Dalam Film The Dark Knight

Memahami alam pikiran Joker dalam memandang realita
“I believe whatever doesn’t kill you simply makes you… stranger.”

Karakter Joker dalam film Batman: The Dark Knight menurut saya adalah salah satu peran antagonis terbaik dalam sejarah industri perfilman Hollywood. Mendiang Heath Ledger benar-benar sukses memerankan Joker dalam film itu. Banyak pujian yang ditujukan kepada Ledger baik dari penonton maupun dari para kritikus film. Menurut isu yang beredar, Ledger sampai depresi dan pada akhirnya meninggal karena terlalu mendalami peran Joker dalam film The Dark Knight, Kalau isu itu benar, maka tidak heran kalau karakter Joker bisa sukses dalam film itu.

Yang menarik bagi saya adalah alasan di balik Joker melakukan tindakan-tindakan jahatnya. Bukan, dia bukan seperti pejahat-penjahat lain yang melakukan tindak kejahatan dengan motif uang ataupun jabatan atau posisi. Kata Joker dalam film itu, “It’s not about money. It’s about sending a message.”

Ada dua poin penting yang menjadi inti dari setiap aksi kejahatan joker. Jadi, mari sejenak kita pergi dan bermain-main ke tempat yang berbahaya, ke alam pemikiran si Badut Gila.

Memberikan pesan kepada semua orang bahwa sebaik apapun manusia, tersimpan juga sisi jahat dalam diri manusia

Menyelami Filosofi Joker Dalam Film The Dark Knightnme.com
“You see, their moral, their code it’s a bad joke. Dropped at the first sign of trouble. They’re only as good as the world allows them to be. I’ll show you, when the chips are down, these… these civilized people, they’ll eat each other.”

Itulah yang dikatakan Joker kepada Batman saat Batman menginterogasi Joker. Ada kalimat yang sengaja saya ketik dengan tebal, karena itu salah satu yang ingin dibuktikan Joker kepada batman, komisaris polisi James Gordon dan seluruh masyarakat Gotham. Pernah suatu ketika saya melihat suatu gambar yang bertuliskan, “Childhood is when you idolize batman, Adulthood is when you realize that the Joker makes more sense”. Memang benar, Joker memang lebih masuk akal melihat dunia. Artinya Joker melihat dunia sebagaimana adanya.

Apakah kalian menyadarinya? Terkadang manusia memandang diri sendiri khususnya yang berkaitan dengan sifat-sifat baik dan atribut-atribut baik dalam dirinya secara berlebihan, khususnya dalam konteks perbandingan diri dengan orang lain. Apakah kalian memperhatikannya? Saya tidak mengatakan ini adalah suatu hal yang buruk. Hal ini memang alami.

Dalam bidang psikologi ada istilah Illusory Superiority. Illusory Superiority adalah bias dalam pikiran manusia yang membuat manusia memandang semua yang baik dalam dirinya secara berlebihan dan memandang hal-hal yang jelek dan buruk dalam dirinya hanya sebagai sesuatu hal yang kecil. Karena bias ini kita jadi terlihat orang yang jauh lebih baik dalam ilusi pikiran kita dibandingkan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya.

Saat perang saudara di inggris tahun 1600an, seorang filsuf asal inggris yang bernama Thomas Hobbes berpikir sedikit lebih maju dari kebanyakan orang saat itu mengenai Illusory Superiority. Dia tidak setuju dengan pendapat bahwa pada dasarnya manusia itu baik dan bermoral. Justru dia berpikir bahwa jika tidak ada aturan-aturan yang bersifat memaksa, maka manusia akan berpaling untuk saling berbuat jahat satu sama lain dan akan menjadi mimpi buruk dalam kehidupan bermasyarkat. Yang Hobbes ingin sampaikan adalah, tanpa adanya struktur yang memerintah, (yang dikatakan oleh Joker sebagai "schemers"), Manusia tidaklah lebih dari binatang. Pembunuh dan pencuri. Dengan dasar pemikiran inilah Hobbes berpikir tentang pentingnya pemerintah dan aturan-aturan yang bersifat memaksa.

Dalam satu hal, Joker dan Hobbes akan duduk bersama-sama dan sepakat mengenai naluri dasar manusia. Yaitu, dengan dorongan yang cukup terhadap sisi jahat manusia, maka manusia akan menjadi jahat. Tapi, dalam hal lain Joker dan Hobbes berseteru. Hobbes yang berpendapat pentingnya mengnai pemerintah dan aturan, maka joker berpikir pemerintah dan aturan hanyalah hal yang menghalangi manusia untuk menjadi seadanya.

Itulah mengapa Joker menaruh bom di dua kapal feri, membunuh polisi, "memberikan dorongan pada sisi jahat" dalam diri orang yang menjadi simbol dari keadilan dan kebenaran di kota Gotham (jaksa Harvey Dent). Pada akhirnya Joker walaupun berhasil dikalahkan batman, tapi dia berhasil mengeluarkan sisi gelap dari Harvey Dent yang menjadi simbol keadilan dan kebenaran masyarakat kota Gotham.

Menyebarkan pemikiran nihilisme

Menyelami Filosofi Joker Dalam Film The Dark KnightUnilad.co.uk
“Introduce a little anarchy, upset the established order and everything becomes chaos. I’m an agent of chaos. Oh, and you know the thing about chaos? It’s fair.”

Untuk memahami Joker, kita sebaiknya memahami dulu pencipta dari karakter Joker dalam film The Dark Knight yaitu Christopher Nolan. Beberapa film yang disutradarai oleh Christopher Nolan mengeksplorasi dan mengandung filosofi dari Friedrich Nietzsche yaitu filosofi nihilisme (Memento, Following, Inception dan tentunya Batman The Dark Knight).

Filosofi nihilisme menentang tentang adanya suatu tatanan yang memang sudah ada sejak dahulu kala sebelum semuanya ada, menentang tentang adanya pribadi yang menciptakan semua hal, menentang tentang adanya aturan, dan berkata bahwa pada dasarnya kehidupan pada dasarnya tidak mempunyai tujuan dan arti tertentu.

Dalam satu adegan Joker berkata, “The only sensible way to live in this world is without rules”. Joker mempunyai pemikiran bahwa semua hal mengenai moral dan aturan yang berasal dari luar diri sendiri adalah sesuatu yang menghalangi manusia untuk menjadi orisinil. Itulah mengapa Joker ingin masyarakat kota Gotham mencapai sesuatu yang dalam filosofi nihilisme katakan ubermensch.

Ubermensch sendiri artinya kehendak untuk berkuasa. Joker menerapkan pada dirinya sendiri kehendak untuk berkuasa dan seperti yang dikatakan Alfred kepada Bruce Wayne mengenai Joker, “Some men aren't looking for anything logical, like money. They can't be bought, bullied, reasoned, or negotiated with. Some men just want to watch the world burn.”

Di sinilah letak keindahan dari nihilisme. Manusia sendirilah yang akan memberikan dan menentukan nilai, tujuan dan arti pada kehidupannya masing-masing. Jika seseorang telah mencapai fase ubermensch, maka orang itu tidak akan terpengaruh faktor-faktor dari luar diri. Orang itu akan dengan bebas menentukan sendiri nilai-nilai yang akan dia pegang dalam hidupnya dan bebas memberikan arti dan tujuan dalam hidupnya tanpa pengaruh dari luar diri. Orang itu jaga tidak akan melepas nilai-nilai, tujuan dan arti hidup yang sudah dia berikan untuk dirinya hanya karena faktor dari luar diri.

Dalam film The dark knight, Batman dan Joker jelas sekali telah mencapai fase ubermensch itu. Joker yang tetap tidak terpengaruh dengan uang dan hal-hal lain dalam melakukan aksinya, dan Batman tetap tidak membunuh Joker walaupun di ada kesempatan untuk membunuhnya. Dalam film itu Joker mencoba berkali-kali mempengaruhi pikiran Batman untuk membunuhnya, supaya Batman melanggar prinsip yang Batman buat sendiri yaitu tidak akan membunuh. Tapi, pada akhirnya Batman tetap tidak terpengaruh dengan faktor luar sehingga dia tetap memegang nilai yang sudah dia taruh dalam dirinya yaitu tidak akan membunuh.

Hizkia W Kumaat Photo Writer Hizkia W Kumaat

just a breathing and living human-being

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya