Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
poster film Inside Out 2 (dok. Pixar Animation Studios/Inside Out 2)

Siapa yang tak tahu dengan Inside Out, yang menjadi salah satu film animasi terlaris dan terpopuler di tahun 2015? Film ini mengajak kita untuk melihat dunia dari sudut pandang emosi-emosi yang ada di dalam kepala seorang anak bernama Riley Andersen. Kini, kisah emosional tersebut kembali dihadirkan oleh Pixar lewat sekuelnya yang berjudul Inside Out 2 (2024).

Inside Out 2 menceritakan tentang Riley Andersen yang sudah beranjak remaja dan menghadapi tantangan-tantangan baru dalam hidupnya. Di usianya yang menginjak 13 tahun, Riley mulai merasakan emosi-emosi baru yang belum pernah ia alami sebelumnya. Emosi-emosi ini bergabung dengan Joy, Sadness, Anger, Fear, dan Disgust yang telah menjadi bagian dari dirinya sejak film pertama.

Inside Out 2 mendapatkan respon positif dari kritikus dan penonton, yang menilainya sebagai film Pixar yang paling menyenangkan dan mengharukan sejak Soul (2020). Apa saja hal-hal menarik yang bisa kamu temukan di film ini? Yuk, simak review film Inside Out 2 di bawah ini.

1. Soroti pubertas Riley yang berdampak pada markas emosi

adegan dalam film Inside Out 2 (dok. Pixar Animation Studios/Inside Out 2)

Sembilan tahun lalu, Inside Out (2015) telah menetapkan standar tinggi dalam dunia animasi. Film arahan Pete Docter tersebut mampu menggabungkan hiburan dan pendidikan psikologi dengan cara yang menarik dan inovatif. Ketika Inside Out 2 keluar, wajar bila para penggemar bertanya-tanya, bagaimana sekuel ini akan melanjutkan kisah Riley dan para emosinya dengan sama baiknya?

Inside Out 2 di luar dugaan mampu meneruskan warisan pendahulunya tanpa kehilangan esensi aslinya. Berlatar satu tahun setelah film pertamanya, film ini mengikuti Riley (Kensington Tallman) yang kini memasuki usia remaja. Selain disibukkan dengan sekolah, persahabatan, dan pertandingan hoki, Riley juga menghadapi masa yang penuh gejolak bagi para remaja seusianya, yakni pubertas.

Pubertas yang dialami Riley tersebut tak pelak menimbulkan “kekacauan” di markas emosi. Joy (Amy Poehler), Sadness (Phyllis Smith), Anger (Lewis Black), Fear (Tony Hale), dan Disgust (Liza Lapira) kedatangan empat emosi baru, yakni Anxiety (Maya Hawke), Envy (Ayo Edebiri), Ennui (Adèle Exarchopoulos), dan Embarrassment (Paul Walter Hauser). Mereka, khususnya Anxiety, yakin kalau mereka adalah emosi yang paling dibutuhkan Riley saat ini alih-alih Joy dkk..

Perselisihan timbul antara Joy dan Anxiety ketika Anxiety membuang Sense of Self—yang terbentuk dari kenangan dan keyakinannya Riley—ke Back of the Mind, tempat kenangan buruk Riley dibuang. Merasa terganggu, Anxiety mengasingkan paksa para karakter emosi lama ke "brankas rahasia". Apakah Joy dkk. dapat kembali ke markas dan mengembalikan Sense of Self Riley ke tempat asalnya?

2. Hadirkan karakter emosi baru yang mencuri perhatian, Anxiety jadi villain?

adegan dalam film Inside Out 2 (dok. Pixar Animation Studios/Inside Out 2)

Tak bisa dimungkiri, sejak trailernya dirilis, kehadiran para karakter emosi baru menjadi salah satu daya tarik utama Inside Out 2. Mereka melambangkan kompleksitas emosi yang kerap muncul selama masa pubertas. Uniknya, seperti remaja yang sedang mencari identitas, para emosi baru tersebut menampilkan keragaman yang mencerminkan berbagai aspek kehidupan Riley.

Ennui, digambarkan sebagai karakter berwarna indigo yang bermata sayu dan berbicara dengan nada yang datar. Dengan gawai yang mengontrol konsol emosi Riley, ia merepresentasikan remaja yang melek akan segala hal namun mudah merasa bosan. Envy, di sisi lain, berwujud makhluk kecil berwarna sian yang imut dengan mata besar yang menggemaskan. Namun, di balik penampilannya yang lucu, ia selalu ingin apa yang dimiliki orang lain.

Embarrassment menjadi karakter yang paling mencuri atensi di antara mereka. Seperti namanya, emosi berbadan besar dan berwarna merah muda ini gemar menyembunyikan wajahnya di balik hoodie ketika merasa malu. Meski begitu, interaksinya bersama Sadness menjadi salah satu momen terbaik dalam film ini.

Namun, kompleksitas dalam Inside Out 2 takkan lengkap tanpa kehadiran Anxiety. Karakter emosi berwarna oranye ini melambangkan kecemasan yang mulai dirasakan remaja saat beranjak dewasa. Seperti emosi cemas yang kerap disalahartikan sebagai emosi yang harus disingkirkan, Maya Hawke, selaku pengisi suara, mampu menghidupkan Anxiety sebagai misunderstood villain yang sebenarnya memiliki niat baik untuk melindungi Riley.

3. Petualangan kelima emosi lama masih disajikan secara seru dan menghibur

adegan dalam film Inside Out 2 (dok. Pixar Animation Studios/Inside Out 2)

Walau kehadiran keempat emosi baru mencuri spotlight, Kelsey Mann, selaku sutradara, tak lupa memberikan ruang yang cukup untuk para karakter emosi lama. Petualangan Joy dkk. dalam mencari Sense of Self Riley dan mengembalikannya ke markas menjadi salah satu subplot penting dalam Inside Out 2. Dengan cerdik, Mann memperkenalkan berbagai lokasi ajaib baru dalam kepala Riley kepada penonton lewat perjalanan tersebut.

Mulai dari badai "Brainstorm", yang merepresentasikan ide-ide yang berkecamuk di kepala Riley, sampai jurang menyeramkan bernama "Sar-Chasm", yang tercipta ketika Riley melemparkan sarkasme (akibat ulah Ennui). Semua lokasi tersebut memang tak berwarna-warni seperti lokasi yang diperkenalkan di film pertama. Namun, mereka tetap memiliki daya hibur dan simbolisme yang relevan dengan fase remaja.

Salah satu momen terbaik sekaligus terlucu adalah ketika Joy dkk. berada di brankas rahasia Riley. Di sana, terdapat tiga karakter baru yang sukses memancing tawa dengan kekonyolannya, yakni Bloofy (Ron Funches), Pouchy (James Austin Johnson), dan Lance Slashblade (Yong Yea). Mudah menebak kalau mereka merupakan homage duo penulisnya, Meg LeFauve dan Dave Holstein, untuk sejumlah karya dalam kultur populer, seperti Dora the Explorer dan Final Fantasy.

Selain petualangan dan homage yang menyenangkan, naskah garapan LeFauve dan Holstein juga tak luput menyentuh sisi "humanis" para karakter emosinya. Joy menjadi salah satu karakter dengan pengembangan terbaik di sini. Dalam sebuah adegan, Amy Poehler, selaku pengisi suara, berhasil mengaduk-aduk emosi penulis lewat dialog emosional Joy mengenai dilema dan tuntutan untuk selalu bersikap positif.

4. Tak hanya para emosi, perjalanan Riley pun dituturkan dengan porsi yang pas

adegan dalam film Inside Out 2 (dok. Pixar Animation Studios/Inside Out 2)

Salah satu kekurangan minor yang penulis rasakan di film pertama adalah kurangnya sorotan untuk karakter Riley. Dalam Inside Out (2015), fokus permasalahan antara Joy dan Sadness membuat Riley seolah menjadi karakter pelengkap yang gampang dilupakan. Untungnya, hal tersebut tak penulis temui dalam sekuelnya ini.

Di luar markas emosi, kehidupan Riley pun dituturkan dengan tak kalah menarik. Penonton diajak melihat bagaimana Riley mengalami kekecewaan ketika ia mendengar dua sahabatnya, Bree (Sumayyah Nuriddin-Green) dan Grace (Grace Lu), akan menempuh sekolah yang berbeda dengannya. Situasi semakin rumit ketika Riley berusaha mendekati Val (Lilimar), pemain hoki idolanya, dan terobsesi untuk membuat kesan yang baik.

Sekilas, jika dilucuti aspek fantasinya, kisah Riley tersebut memang terlihat seperti film coming-of-age buatan Hollywood yang sudah-sudah. Namun, sempalan isu kesehatan mental yang lebih kompleks, khususnya soal gangguan kecemasan, menjadikan Inside Out 2 terasa spesial. Hal tersebut bisa dibilang merupakan langkah yang berani, mengingat rating semua umur yang disematkan kepadanya.

5. Inside Out 2 ditutup dengan pesan menyentuh, salah satunya tentang "keseimbangan"

adegan dalam film Inside Out 2 (dok. Pixar Animation Studios/Inside Out 2)

Sejak awal, keseimbangan adalah isu yang vokal dilantangkan dalam Inside Out. Film pertamanya menunjukkan kalau kegembiraan dan kesedihan sejatinya saling melengkapi, membentuk manusia menjadi makhluk yang "utuh". Dalam Inside Out 2, tema tersebut bermuara ke konklusi yang lebih dewasa dan kompleks.

Joy belajar bahwa meluapkan kegembiraan di saat yang tidak tepat membuat seseorang terkesan tak dewasa dan meremehkan masalah. Sementara itu, Anxiety sadar bahwa kecemasan yang berlebihan akan sesuatu yang belum pasti dapat menyebabkan seseorang melupakan kesenangan dan momen-momen berharga dalam hidup. Keduanya menemukan bahwa keseimbangan adalah jalan keluar.

Lewat kedua karakter emosi tersebut, penonton diajak memahami bagaimana mengelola emosi dengan bijak. Merasa cemas itu wajar, tetapi tak boleh sampai menguasai hidup kita. Di sisi lain, kesenangan yang dapat dikontrol dengan baik akan membawa kebahagiaan yang lebih autentik. Bukankah, menikmati setiap emosi sewajarnya saja adalah kunci untuk kehidupan yang harmonis?

Inside Out 2 tak hanya melanjutkan warisan yang telah dibangun oleh pendahulunya, tetapi juga mengembangkannya dengan lapisan cerita yang lebih kompleks. Jika Inside Out mengajarkan kita untuk memahami emosi dasar, maka sekuelnya ini mengajak kita untuk merenung lebih dalam tentang bagaimana emosi-emosi tersebut berkembang seiring dengan pertumbuhan kita.

Film ini berhasil menangkap esensi dari perjalanan emosional yang lebih matang, sekaligus mempertahankan kehangatan dan kecerdasan yang menjadi ciri khas Pixar. Jadi, jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan Inside Out 2 di bioskop kesayanganmu mulai Jumat (14/6/2024), ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team