Jaeger Makin Megah, Ini 7 Kelebihan & Kekurangan Pacific Rim: Uprising

Film Hollywood sudah sering didominasi oleh pemeran yang itu-itu saja dari negara yang itu-itu pula. Pacific Rim dan Pacific Rim: Uprising memberi ruang bagi keanekaragaman untuk mendapat spotlight.

Aktor-aktris berbakat dari berbagai latar belakang dan negara punya peran signifikan dan memukau di sini. Salah satunya Jing Tian sebagai Liwen Shao, seorang ilmuwan dan pengusaha hebat yang punya peran besar dalam cerita sekuel ini.

Ceritanya 10 tahun sudah berlalu sejak peristiwa yang terjadi di film pertama. Otomatis sudah banyak perkembangan juga dalam teknologi Jaeger yang membuatnya lebih canggih dan hebat.

Jangan salah, kubu Kaiju pun tak mau kalah. Selain punya kemampuan baru untuk menggabungkan diri untuk membentuk Kaiju yang lebih besar, mereka juga berhasil menginflintrasi industri buatan manusia dan menguasai sejumlah teknologi lawan sendiri. Penasaran kan bagaimana caranya? Nonton deh buruan.

Kalau kamu datang ke bioskop untuk menyaksikan kemegahan pertempuran raksasa Jaeger lawan Kaiju, kamu gak akan kecewa. Ditunjang upgrade pada kedua belah pihak, aksi peperangan selalu berhasil membuat penonton deg-degan sampai duduk tegak di kursi bioskop.

Mulai dari suara, efek, sampai koreografi aksi Pacific Rim: Uprising memang terasa penuh dan menegangkan. Kita gak akan dibuat berkedip begitu Jaerger mulai beraksi.

Ada banyak tokoh baru yang menggantikan peran di film sebelumnya. Ada juga benih-benih cerita yang mampu menggugah emosi penonton untuk membuat mereka tenggelam dalam cerita. Sayangnya semua ini terasa diabaikan.

Berbeda dengan film pertama yang mengusik nurani dan membuat para penonton menginvestasikan diri mereka dalam setiap tokohnya, sekuel ini terasa sangat dangkal. Setiap tokoh baru hanya bagaikan pion-pion yang tak bisa membuat kita simpati atau peduli dengan keberadaan mereka.

Selain adegan pertarungan keren, semua hal yang terjadi tak memberi peran berarti. Tak ada lagi perasaan tersentuh atau mengundang empati seperti di film pertama. Bahkan ketika ada tokoh tewas pun kita terasa kebas.

Menyisipkan komedi di setiap film sepertinya sedang jadi tren dalam film blockbuster Hollywood. Thor: Ragnarok bahkan terhitung berhasil dengan perubahan haluan ini.

Sisipan komedi untuk melengkapi unsur hiburan sebuah film memang tak ada salahnya, namun akan membuat risih jika berlebihan. Seperti yang terjadi dalam Pacific Rim: Uprising. Alih-alih digunakan untuk membangun cerita latar belakang yang kuat dan menggugah perasaan banyak banget percakapan dan beat komedi yang tak perlu.

Apalagi ada sejumlah beat yang seolah dipakai berulang kali sehingga membuat penonton jemu dan tak lucu lagi. Penonton juga berpotensi tak lagi menganggap serius konflik yang berlangsung dalam film.

Untuk bisa mengoperasikan Jaeger yang begitu besarnya, dibutuhkan dua orang atau lebih pilot. Dan untuk bisa menjadi pilot yang baik, keduanya harus kompatibel, terkoneksi dengan sempurna sebagai otak kiri dan otak kanan.

Hal ini digambarkan sebagai sesuatu yang sakral dan tak mudah di film pertama, membuat penonton jadi menghargai setiap koneksi dan karakter yang ada. Sayangnya di film kedua, proses "drifting" terasa biasa saja. Amara digambarkan bisa dengan begitu mudah terhubung dengan Jake yang hanya sekali berlatih dengannya.

Bedakan dengan Raleigh Becket yang harus berusaha keras mencari pengganti kakak kandungnya sebelum menemukan Mako Mori di film pertama. Padahal proses "drifting" ini memberi nilai sentimental khusus dalam cerita.

Entahlah, poin yang satu ini memang bisa dilihat sebagai kelebihan atau kekurangan. Jaeger digambarkan mengalami banyak kemajuan di film terbaru. Punya sistem yang lebih bagus, gerakan lebih lincah dan halus, mereka juga dibuat lebih aman bagi pilotnya.

Namun hal ini bagi sebagian penggemar malah terasa mengurangi nilai sebuah Jaeger. Jaeger selama ini terasa spesial karena dikontrol dengan otak pilotnya dan menghasilkan gerakan yang hampir sama seperti manusia. Tetapi, Pacific Rim: Uprising membuat Jaeger tampak seperti makhluk hidup berbentuk robot yang gerakannya begitu lincah seolah tak butuh usaha ekstra bagi sang pilot untuk mengontrolnya.

Ini membuatnya tak berbeda dengan film-film bergenre robot serupa lain seperti Transformers. Sebelumnya penonton dibuat begitu takut akan konsekuensi yang bisa menimpa pilot, sekarang kita tak diberi kesempatan itu.

Itulah tadi 7 kelebihan dan kelemahan Pacific Rim: Uprising. Walau tak sempurna, namun film ini tetap patut kamu tonton lho karena sangat seru dan menghibur. Jangan sampai melewatkan salah satu film paling dinanti tahun ini deh!