10 Jenis Plot Twist dalam Film, Sinefil Wajib Paham, nih!

Menurut The Oxford Dictionary of Literary Terms yang ditulis oleh Chris Baldick, anagnorisis merupakan momen terungkapnya identitas atau sifat asli karakter dalam sebuah karya sastra. Biasanya, teknik seperti ini digunakan untuk mengejutkan audience pada saat klimaks.

Sebagai contoh, yakni The Sixth Sense (1999) arahan M. Night Shyamalan. Di ending-nya, terungkap kalau Dr. Malcolm Crowe (Bruce Willis) sebenarnya adalah hantu. Ia tak menyadari kalau dirinya telah meninggal sejak bertemu dengan Cole Sear (Haley Joel Osment).

Cliffhanger merupakan plot twist yang paling "dibenci" oleh para penggemar film. Bagaimana tidak, ketika penonton sedang harap-harap cemas menanti nasib sang protagonis, film justru berakhir tanpa memberikan kejelasan apapun.

Prisoners (2013) adalah salah satu film yang menerapkan teknik ini. Setelah terungkap kalau Holly Jones (Melissa Leo) adalah penculik sesungguhnya, Prisoners menyisakan pertanyaan besar tentang nasib Keller Dever (Hugh Jackman). Apakah ia berhasil diselamatkan oleh Detektif Loki (Jake Gyllenhaal) atau tidak?

Dalam bukunya yang berjudul Dictionary of World Literature: Criticism, Forms, Techniques, Joseph T Shipley mengemukakan bahwa deus ex machina berarti peristiwa tak terduga yang terjadi untuk menyelesaikan konflik dari sang protagonis. Namun, teknik ini cenderung membuat film menjadi antiklimaks.

Contohnya bisa dilihat dalam Slumdog Millionaire (2008). Jamal Malik (Dev Patel) mampu menjawab semua pertanyaan dengan benar berkat pengalaman hidupnya. Agak mengecewakan ketika pertanyaan terakhir dijawabnya dengan benar hanya karena keberuntungan semata.

"Lho, kok, lakonnya mati?", pernah bergumam seperti itu ketika menonton film? Yap, false protagonist atau protagonis palsu adalah karakter yang tampak seperti jagoan sesungguhnya di film. Namun, ia justru terbunuh di awal film.

Siasat ini biasanya digunakan sineas untuk memberikan efek syok kepada penonton dan bikin alur ceritanya gak ketebak.

Sebagai contoh, Scream (1996) menampilkan Drew Barrymore sebagai Casey Becker—namanya bahkan dipajang dalam poster. Namun, karakternya justru menjadi korban pertama dari kebrutalan Ghostface.

Seperti namanya, flashback atau kilas balik adalah adegan dalam film yang menampilkan masa lalu dari salah satu karakternya. Adegan tersebut bertujuan agar pemirsa memahami motif dari tindakan yang dilakukan oleh sang protagonis di sepanjang film.

Park Chan Wook pernah menggunakannya dalam Oldboy (2003). Ia memakai flashback guna menjelaskan alasan Lee Woo Jin (Yoo Ji Tae) menculik Oh Dae Su (Choi Min Sik) selama 15 tahun. Ternyata, Oh Dae Su adalah penyebab adik Lee Woo Jin bunuh diri.

Dikutip dari Sherlock Holmes and Philosophy: The Footprints of a Gigantic Mind karya Josef Steiff, metode yang satu ini memiliki urutan cerita non-kronologis. Sehingga, penonton dituntut untuk merangkai adegan yang tampak berantakan menjadi sebuah jalan cerita yang utuh. 

Hal tersebut dapat dilihat dalam Last Night in Soho (2021). Cerita antara Eloise (Thomasin Mackenzie) dan Sandie (Anya Taylor-Joy) sekilas tampak tak berhubungan sama sekali.

Namun, Last Night in Soho akhirnya menyatukan kepingan puzzle yang berserakan. Selama ini, Eloise rupanya tinggal satu atap dengan Sandie alias Alexandra Collins (Diana Rigg).

Peripeteia merupakan antitesis dari deus ex machina. Tak seperti deus ex machina, peripeteia memiliki eksekusi yang dapat diterima dengan akal sehat. Dengan kata lain, peripeteia adalah sebagai pembalikan nasib protagonis secara tiba-tiba, tetapi terjadi secara natural.

Get Out (2017) adalah salah satu film yang menggunakan teknik ini. Dimulai layaknya sebuah film romantis, Get Out mengisahkan Rose (Alison Williams) yang memperkenalkan sang pacar, Chris (Daniel Kaluuya), kepada kedua orangtuanya. Namun, semua berubah jadi horor bagi Chris ketika rahasia gelap keluarga Rose terungkap.

Berdasarkan Detective Fiction and the African Scene: From the Whodunit? to the Whydunit? karya Linus Asong, red herring adalah petunjuk palsu yang mengarahkan sang protagonis—dalam hal ini penonton—pada penyelesaian konflik yang salah. Sebagai penggemar film, kamu tentunya tahu Knives Out (2019), kan?

Dalam film tersebut, penonton dibuat percaya bahwa pelaku pembunuhan Harlan Thrombey (Christopher Plummer) adalah sang perawat, Marta Cabrera (Ana de Armas). Namun, semua itu hanyalah tipu muslihat dari sang pembunuh sebenarnya, yakni Hugh Ransom (Chris Evans).

Hampir sama dengan non-linear narrative, reverse chronology memiliki alur cerita yang tak beraturan. Hanya saja, adegan yang ditampilkan di awal film merupakan kesimpulan dari seluruh alur cerita. Dalam Writing African History, John Edward Phillips menyederhanakannya sebagai plot dalam urutan terbalik.

Teknik ini dipakai dalam Identity (2003). Di awal film, penonton diperlihatkan seorang narapidana bernama Malcolm Rivers (Pruitt Taylor Vince).

Meski kelihatannya tak sinkron dengan jalan cerita, tetapi Malcolm adalah kunci dari segala misteri dalam film ini. Yap, sepertiga jalan cerita Identity hanya terjadi di dalam kepala Malcolm.

Last but not least, ada unreliable narrator. Film dengan plot twist ini memiliki protagonis yang memanipulasi seluruh jalan cerita. Sehingga, penonton dibuat tak yakin dengan peristiwa yang terjadi sebelumnya. Banyak sinefil yang menganggap plot twist ini tak adil karena terkesan 'mencurangi.'

Contoh unreliable narrator dapat kamu lihat dalam Shutter Island (2010). Film ini memakai sudut pandang Edward Daniels (Leonardo DiCaprio) sebagai penggerak cerita. Namun, penonton tiba-tiba dibuat terhenyak karena Edward bukanlah seorang polisi, melainkan pasien RSJ bernama Andrew Laeddis (anagram dari Edward Daniels). 

Wah, ternyata jenis plot twist ada banyak, ya. Mulai dari yang sederhana hingga rumit, semua sukses bikin penggemar film terkecoh. Dari deretan contoh film yang disebutkan di atas, barangkali kamu mau menambahkan?