Joe Taslim Overthinking ala Cowok Cancer, Takut Gak Bisa Kontribusi Lagi

- Joe Taslim takut tidak bisa berkontribusi lagi di dunia akting
- Ingin wariskan semua ilmunya ke generasi muda
- Ajak sineas Indonesia untuk buat film berkualitas
Jakarta, IDN Times – Joe Taslim telah lama dikenal sebagai salah satu aktor laga Indonesia yang berhasil menembus Hollywood dan membintangi sejumlah film internasional, seperti Star Trek Beyond (2016) dan Mortal Kombat (2021).
Namun di balik ketangguhannya, Joe mengaku punya sisi overthinking ala cowok Cancer. Bukan soal kalah di dunia akting, melainkan ketakutan jika suatu hari nanti ia tak lagi bisa memberi kontribusi untuk dunia perfilman.
1. Joe Taslim takut tidak bisa berkontribusi lagi di dunia akting

Dalam bincang santai di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (16/9/2025), Joe Taslim mendapat pertanyaan tentang overthinking yang dialami oleh pria Cancer seperti dirinya.
"Aku tuh overthinking, yang bikin anxiety gitu, ya? Apa ya, yang bikin anxiety sebenarnya, di saat kita tidak bisa berkontribusi lagi. Jadi mungkin ada tapping anxiety di mana, 'Sampai kapan sih, aku melakukan ini?' gitu," ujarnya.
Ia menegaskan bahwa selama 14 tahun berkarier, termasuk saat masuk ke Hollywood lewat Fast and Furious 6 hingga Mortal Kombat, dirinya tidak pernah takut kalah bersaing.
"Aku enggak pernah, satu tetes pun takut bahwa aku kalah sama mereka, gitu. Dalam arti, aku melakukan yang terbaik, tapi hasil ending-nya hanya Tuhan yang tahu," kata pria kelahiran 23 Juni ini.
Uniknya, rasa cemas itu justru datang dari dalam dirinya sendiri. Joe menyebut, overthinking-nya lebih ke sampai kapan dia bisa melakukan ini. Pertanyaan-pertanyaan itu, menurutnya, cukup sering membuat dirinya merasa cemas.
2. Ingin wariskan semua ilmunya ke generasi muda

Joe menyadari bahwa kekhawatiran itu adalah pengingat untuk terus bekerja keras. Baginya, kontribusi tidak harus selalu lewat layar lebar. Ia pun memikirkan cara lain agar tetap bisa menyalurkan ilmunya, meski suatu saat jarang tampil di depan kamera.
"Apakah di satu titik nanti, aku gak lagi bisa berkontribusi untuk film di luar? Apakah mau jadi guru? Apakah mau membuka sanggar nanti? Apakah mau ngajarin apa yang aku punya, ilmu yang aku dapat dari semua pengalaman di dalam (genre) action dan mengajari ke generasi muda?," jelasnya.
Dari semua pertanyaan tersebut, Joe pun sudah tahu apa yang akan dilakukannya setelah ia tidak lagi berakting.
"Aku mungkin enggak bisa dibilang paling pinter, paling tahu, tapi aku punya banyak sekali pengalaman hidup berkaitan dengan genre action. Dan mungkin suatu saat buka sanggar, buka workshop, untuk aktor-aktor muda atau siapa pun yang pengin. Ya, ini kan ilmu kalau dibawa mati enggak ada faedahnya," lanjut Joe.
Menurutnya, dunia action Indonesia sudah memiliki fondasi kuat berkat karya seperti The Raid. Joe, Iko Uwais, hingga Yayan Ruhian telah membuka jalan. Karena itu, generasi mendatang bisa melanjutkan tanpa harus mengulang perjuangan dari awal.
"Mudah-mudahan, pada saat kita 50-60 tahun kan ada yang, enggak mulai dari nol, kan? Karena Iko, aku, kita sudah banyak ilmu dari lain-lain. Jadi kalau kita terusin, mudah-mudahan ke depannya ada generasi," imbuhnya.
3. Ajak sineas Indonesia untuk buat film berkualitas

Lebih jauh, Joe Taslim menekankan bahwa kunci utama agar perfilman Indonesia mendapat pengakuan global adalah dengan membuat film berkualitas. Semuanya tidak dimulai dari jauh, tapi dari rumah sendiri.
"Banyak teman-teman aku juga bilang, 'Kenapa Joe enggak tinggal di Amerika aja? Kenapa enggak jadi aktor di sana saja?' Tapi aku selalu bilang, 'Aku enggak memulai dari luar negeri, aku memulai dari Indonesia,'" tekannya.
Menurut Joe, film yang dibuat sungguh-sungguh akan selalu mendapat tempat, baik di dalam negeri maupun internasional. Contohnya The Raid, yang kini menjadi tolok ukur bagi banyak film aksi mancanegara.
"Setiap kali syuting di luar negeri, orang-orang selalu bilang mereka belajar banyak dari The Raid. Bahkan, sampai sekarang, film itu masih jadi pembanding," kata Joe.
Ia mencontohkan perjalanan dirinya bersama Iko Uwais dan Yayan Ruhian yang juga mendunia berkat film yang sama.
"Jujur, film itu yang membuat aku keluar dari Indonesia. Aku bahkan enggak pernah ke luar Asia sebelumnya. Pertama kali ke luar negeri itu ke Toronto, untuk menghadiri Festival Film Internasional Toronto," ungkapnya.
Karena itu, ia mengajak para sineas muda maupun senior untuk terus berkarya dengan hati. "Yang dibuat dengan passion itu akhirnya dilihat oleh dunia," pungkas Joe.