Film Review: 'Ant-Man and The Wasp', Sebuah Napas Segar dari Marvel

Penuh humor dan aksi!

Ada kesamaan antara film Ant-Man pertama di tahun 2015 lalu dengan Ant-Man and The Wasp sebagai sekuelnya. Kesamaan itu adalah fakta bahwa Paul Rudd (Scott Lang) merupakan seorang ayah berhati besar yang cinta dengan keluarganya.

Kamu tentu ingat, Infinity War menyajikan situasi yang terlalu berat dan tidak diduga-duga. Bisa dibilang, film ini memberi ruang untuk para penggemar sedikit bernafas lega. Yap, Ant-Man and The Wasp adalah film yang bisa membuat kita tertawa lepas dengan bumbu humor khas Marvel yang pas.

Dua tahun pasca membantu Captain America di Civil War, Scott Lang menjalani waktu-waktu membosankannya menjadi seorang tahanan rumah karena telah melanggar aturan. Lucunya, bagaimana pun usaha Scott saat melancarkan aksi heroiknya, kerap kali ia harus buru-buru kembali ke apartemennya saat agen FBI Jimmy Woo (Randall Park) hendak mengeceknya.

Spoiler alert: Di ulasan berikut, IDN Times akan sedikit membahas plot dari film ini tanpa mencoba untuk membocorkan keseluruhan isi cerita, termasuk momen-momen penting di dalamnya. Buat kamu yang memutuskan untuk lanjut membaca, berikut ulasan singkatnya.

1. Film ini bukan tentang Scott Lang

Film Review: 'Ant-Man and The Wasp', Sebuah Napas Segar dari Marvelgamespot.com

Scott Lang bukanlah tokoh sentral dalam film ini. Bahkan bisa dibilang, tidak ada tokoh sentral karena semua yang terlibat saling melengkapi satu sama lain dengan keunikan karakter masing-masing. Tapi jika ada satu hal yang paling memukau di film ini, adalah aksi Hope van Dyne (Evangeline Lilly) sebagai The Wasp.

Melihatnya menghajar para musuh yang mencoba menghalangi rencananya terlihat begitu menyegarkan. Bukan masalah juga bagi Ant-Man ketika harus berkali-kali diselamatkan oleh Wasp. Dan rasanya, film superhero sekarang-sekarang ini butuh elemen di mana pemeran perempuannya mengambil alih.

2. Dibuka dengan adegan flashback

Film Review: 'Ant-Man and The Wasp', Sebuah Napas Segar dari Marvelgamespot.com

Marvel memang sering menggunakan formula ini di filmnya. Gak terkecuali dengan Ant-Man and The Wasp. Lewat kisah flashback di awal film, kita diajak mengenal lebih dekat Ant-Man dan Wasp generasi pertama.

Memanfaatkan teknologi CGI untuk mengubah bentuk wajah pun sudah bukan hal asing bagi Marvel sejak film Captain America: The First Avenger. Kita bisa melihat bagaimana Michael Douglas dan Michelle Pfeiffer sebagai Hank Pym dan Janet van Dyne hadir dengan wajah yang jauh lebih mudah dari aslinya.

Singkat cerita, Janet mengubah dirinya menjadi super kecil dan tersesat di quantum realm demi menyelamatkan umat manusia. Ia pun hilang selama 30 tahun. Sampai pada adegan saat Hank dan Hope kembali ke masa sekarang dan sadar bahwa ibunya bisa diselamatkan (ingat bagaimana Scott bisa kembali dari quantum realm di film pertama?). Scott adalah satu-satunya kesempatan terbaik untuk menyelamatkan anggota keluarga mereka.

Misi mereka pun harus mengandalkan sebuah lab milik Hank yang memiliki teknologi quantum tunnel untuk menelusuri quantum realm. Uniknya, lab tersebut bisa berubah menjadi kecil sehingga bisa ditarik layaknya sebuah koper.

Sayangnya, banyak pihak yang menginginkan lab beserta teknologi tersebut, termasuk Sonny Burch (Walton Goggins), pebisnis sekaligus pelaku kriminal yang licik. Ghost atau Ava (Hannah-John Kamen), yang bisa membuat dirinya menjadi tak terlihat dalam sekejap pun juga menginginkan teknologi yang sama untuk urusan pribadinya.

3. Bumbu humor yang pas, seimbang dengan sentuhan aksi superhero dan drama keluarga yang hangat

Film Review: 'Ant-Man and The Wasp', Sebuah Napas Segar dari Marvelgamespot.com

Semenjak Captain America: Civil War, tone dari Marvel Cinematic Universe memang cenderung mengarah lebih gelap. Apa yang terjadi di Infinity War adalah puncaknya. Menyaksikan Ant-Man and The Wasp yang berlokasi di San Francisco seakan memberikan ruang untuk bernafas lega dan terasa menyegarkan. Kita seakan diajak untuk kembali ke MCU era awal di mana hal yang paling ditakutkan saat itu adalah ditangkap oleh pihak yang berwajib karena melanggar hukum.

Humor yang disajikan di film ini tetap memiliki ciri khas film Ant-Man, seperti misalnya chemistry antara Luis (Michael Pena) dan Scott yang menggelitik, atau bagaimana Hank kerap kali bertindak superior terhadap Scott. Para scriptwriter beserta Peyton Reed selaku sutradara pun nampaknya sepakat untuk mempertahankan ciri khas Luis saat menjelaskan pokok permasalahan secara panjang lebar dan bertele-tele.

Meski bisa dibilang salah satu film Marvel yang paling kocak saat ini, mereka tak lupa memasukkan unsur drama. Banyak adegan-adegan penuh emosi yang ditampilkan, misalnya saat mengisahkan latar belakang Ghost, hubungan Scott dan Cassie Lang sang anak, hubungan antara Scott dan Hope, atau betapa gigihnya Hank dalam upaya menemukan Janet. Mengingatkan kita akan keluarga terdekat yang kita cintai.

Secara keseluruhan, Ant-Man and The Wasp merupakan sebuah nafas baru dalam MCU di mana karakter perempuan mengambil andil yang besar. Wasp sebagai superhero yang badass, Ghost sebagai musuh yang kuat, Cassie yang nampaknya memiliki potensi besar, serta Janet van Dyne sebagai Wasp generasi pertama. Film ini menunjukkan bahwa menjadi kecil bukan berarti kamu tidak bisa memiliki hati yang besar.

Topik:

  • Jordhi Farhansyah

Berita Terkini Lainnya