Kenapa Musisi Inggris Bernyanyi dengan Aksen Amerika?

Pernahkah kamu menemukan musisi yang ketika menyanyi aksennya beda jauh saat mereka sedang berbicara biasa? Umumnya kamu bisa menemukan mereka di daftar penyanyi asal Inggris. Adele, Lewis Capaldi, Liam Gallagher, sampai personel One Direction dan Little Mix adalah beberapa di antaranya.
Lantas, apa yang membuat mereka menanggalkan aksen aslinya saat menyanyi dan jadi terdengar seperti penyanyi Amerika Serikat ketimbang Inggris? Ada beberapa alasan menarik di baliknya, lho.
1. Menurut beberapa riset, menyanyi secara otomatis memudarkan aksen daerah
Ada alasan ilmiah di balik menghilangnya aksen daerah seorang musisi saat bernyanyi. Beberapa riset membuktikannya. Mulai dari riset Hagen, Kerkhoff, dan Gussenhoven yang berjudul 'Singing Your Accent Away, and Why It Works' sampai penelitiannya Andy Gibson dari Institute of Culture, Discourse and Communication Auckland University of Technology. Semua menemukan bahwa ada beberapa konsonan dan huruf vokal yang bakal sulit atau terdengar ganjil bila dipaksa dinyanyikan dalam aksen daerah.
Menyanyi membutuhkan teknik khusus, mulai dari pernapasan sampai bentuk mulut. Ini yang secara tak langsung mendorong orang untuk mengucapkan kata dengan aksen lebih netral. Aksen netral tersebut secara kebetulan mirip dengan aksen Amerika atau aksen internasional. Intinya, ini bukan sebuah kesengajaan, melainkan efek alamiah dari aktivitas menyanyi itu sendiri.
2. Mengurangi distraksi sampai bikin lagu lebih aksesibel untuk pendengar global
Namun, tak dapat dimungkiri aksen internasional atau aksen Amerika tadi lebih mudah diterima di telinga banyak orang. Tak hanya penyanyi asal Inggris, penyanyi dari negara lain yang menyanyikan lagu berbahasa Inggris akan punya kecenderungan yang sama. Coba perhatikan musisi-musisi asal Skandinavia seperti Tove Lo, Sigrid, dan Zara Larsson. Vokalis band Maneskin, Damiano David yang berasal dari Italia juga menggunakan aksen Amerika untuk lagu-lagu bahasa Inggrisnya. Begitu pula dengan Gotye, Sia, Dean Lewis dari Australia.
Penyanyi tanah air yang berkarier di luar negeri seperti Anggun C. Sasmi, NIKI, Rich Brian, Stephanie Poetri pun melakukan hal serupa. Ini lebih ke soal persepsi dan keluasan akses. Dengan aksen netral, mereka bisa menggaet segala kalangan dalam skala global. Pemilihan aksen Amerika atau netral juga bisa saja dilakukan untuk mengurangi distraksi, sehingga pendengar bisa fokus pada lirik dan melodi yang jadi nyawa sebuah lagu.
3. Gak semua memilih menggunakan aksen Amerika, kok
Di balik kepopulerannya, aksen Amerika ternyata tak selamanya dipakai jadi pakem untuk penyanyi. Di Inggris dan Irlandia, kamu bisa menemukan beberapa musisi yang mempertahankan aksen daerah mereka. Alex Turner (Arctic Monkeys) pada awal kemunculannya, Lily Allen, Anne-Marie, Damon Albarn (Blur), Sam Fender, Dan Smith (Bastille), dan Grian Chatten (Fontaines D.C.) adalah beberapa contohnya.
Inggris juga jadi rumah para pelopor genre grime, semacam rap yang dinyanyikan dengan aksen daerah Inggris, terutama yang lekat dengan kelas pekerja dan imigran. Ini sesuai dengan karakter dan awal mula kemunculan genre tersebut yang lekat dengan isu-isu kelas pekerja. Fenomena ini terjadi karena grime selayaknya rap dibawakan hampir seperti seseorang yang sedang berbicara ketimbang bernyanyi. Coba dengar lagu-lagunya Stormzy, Aitch, Slowthai, dan Skepta untuk dapat gambaran lebih jelasnya.
Ternyata ada alasan ilmiah sampai kultural yang menjelaskan mengapa penyanyi Inggris memilih menggunakan aksen Amerika saat membawakan karyanya. Tidak bisa dipukul rata, nyatanya gak sedikit yang memilih mempertahankan aksen daerah mereka dengan berbagai alasan. Salah satunya faktor identitas.