Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa The Beatles Bubar? Ini Alasannya!

The Beatles
The Beatles (commons.wikimedia.org/Boer, Poppe de)
Intinya sih...
  • Meninggalnya manajer The Beatles, Brian Epstein, yang mengganggu kesuksesan karier The Beatles
  • The White Album diduga sebagai salah satu faktor The Beatles bubar
  • Dominasi Paul McCartney di The Beatles membuat yang lain gak suka
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Yoko Ono yang bikin The Beatles bubar. Yap, begitulah pandangan penggemar The Beatles dalam 50 tahun sejak bubarnya band tersebut. Karier singkat The Beatles memang berhasil mengubah wajah musik populer, meninggalkan riak pengaruh yang masih terasa hingga hari ini.

Di media, bubarnya The Beatles terjadi pada 10 April 1970, menyusul siaran pers dari Paul McCartney dengan menyertai salinan awal album solo debutnya, McCartney. Selanjutnya, para mantan anggota The Beatles ini sering kali terlihat gak akur. Hal ini terdokumentasi dengan baik ketika John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, dan Ringo Starr, ngasih statement yang saling bertentangan tentang status The Beatles, seperti niat untuk bersatu lagi, dan siapa sebenarnya yang bertanggung jawab atas berakhirnya kesuksesan grup musik paling populer di dunia ini.

Nah, sosok Yoko Ono selalu menjadi sorotan seputar bubarnya The Beatles. Banyak yang berspekulasi kalau Yoko Ono adalah kambing hitam dalam perpisahan anggota The Beatles. Nah, apakah ini benar? Berikut ini kita akan merangkum berbagai faktor yang menyebabkan The Beatles bubar.

1. Meninggalnya manajer The Beatles, Brian Epstein, yang mengganggu kesuksesan karier The Beatles

Brian Epstein (manajer The Beatles) di Schiphol (Grand Gala du Disque pada 1965)
Brian Epstein (manajer The Beatles) di Schiphol (Grand Gala du Disque pada 1965) (commons.wikimedia.org/Joop van Bilsen/Anefo)

Bagi yang belum tahu, kisah The Beatles dimulai di Liverpool, Inggris. Band ini terkenal karena sering tampil di Cavern Club. Pada November 1961, band ini akhirnya melejit. Setelah menyaksikan salah satu penampilan legendaris The Beatles, pengusaha bernama Brian Epstein menawarkan diri untuk menjadi manajer The Beatles.

"Jika ada anggota The Beatles kelima, itu adalah Brian," tutur Paul McCartney, setelah Brian Epstein mampu membimbing grup musik tersebut meraih kesuksesan di seluruh dunia. Di bawah bimbingan Brian Epstein, The Beatles punya jadwal tur yang padat, seperti pertunjukan untuk keluarga kerajaan, diselingi dengan latihan dan rekaman di studio. Kesuksesan The Beatles bahkan menciptakan fenomena yang dikenal sebagai "Beatlemania."

Sayangnya, Brian Epstein meninggal dunia karena overdosis pada 27 Agustus 1967, di usianya yang baru 32 tahun. Anggota The Beatles sangat kehilangannya, mengingat mereka gak punya lagi pembimbing di industri musik. Apalagi Brian Epstein sering menjadi penengah jika terjadi perselisihan di dalam band. Hal ini salah satu faktor utama kenapa The Beatles bubar, tiga tahun setelah meninggalnya Brian Epstein.

2. The White Album diduga sebagai salah satu faktor The Beatles bubar

sampul LP gatefold, dari rilisan vinil asli The Beatles tahun 1968 yang berjudul sama (dikenal sebagai The White Album)
sampul LP gatefold, dari rilisan vinil asli The Beatles tahun 1968 yang berjudul sama (dikenal sebagai The White Album) (commons.wikimedia.org/Pink Floyd Fan 101)

"Kehancuran The Beatles bisa didengar di album itu," klaim John Lennon, mengenai album ganda The Beatles tahun 1968, yang dikenal oleh sebagian besar penggemar dengan sebutan The White Album. Paul McCartney kemudian menjulukinya The Tension Album. Diduga album ini yang membuat The Beatles bubar.

Kini, The White Album justru dianggap sebagai salah satu karya terbaik band tersebut, karena menampilkan lagu-lagu klasik seperti "Back In The U.S.S.R." dan "While My Guitar Gently Weeps." Namun, album ini punya perbedaan masing-masing dari para anggota The Beatles. Itu kenapa sebagian besar album direkam di tiga studio terpisah.

John Lennon sendiri gak suka dengan lirik-lirik yang ditulis Paul McCartney. John bilang kalau lirik musik Paul lebih cocok untuk nenek-nenek. Sementara itu, Paul McCartney sendiri gak suka musik ala avant-garde dan eksperimental yang diusung John Lennon, dan diduga dipengaruhi oleh Yoko Ono. Paul merasa keberatan dengan hal ini hingga menuduh John menyabotase The Beatles.

3. Dominasi Paul McCartney di The Beatles membuat yang lain gak suka

Paul McCartney mangging di King's Hall, Belfast pada tahun 1964
Paul McCartney mangging di King's Hall, Belfast pada tahun 1964 (commons.wikimedia.org/Public Record Office of Northern Ireland)

Di tengah kekosongan karena kepergian Brian Epstein, Paul McCartney berusaha membimbing The Beatles yang semakin kehilangan arah. Namun, Paul gak diterima cukup baik oleh anggota band lainnya, terutama George Harrison yang mengkritik Paul McCartney, karena dianggap terlalu mendominasi.

4. Lagu ciptaan George Harrison gak diakui anggota The Beatles lain

George Harrison berdiri di depan kerumunan fotografer di Los Angeles, California, 1974.
George Harrison berdiri di depan kerumunan fotografer di Los Angeles, California, 1974. (commons.wikimedia.org/Tony Barnard)

George Harrison gak mau kalah. Ia juga menjadi penulis lagu, agar namanya terukir di album The Beatles, mengingat John Lennon dan Paul McCartney mendominasi lebih dulu. Hal ini pun terlihat dalam album terakhir mereka, meskipun keinginannya dipermasalahkan.

Namun, George Harrison mengeluh karena keterlibatannya dalam membuat lagu selalu dikecualikan. Bahkan, album solonya yang berjudul All Things Must Pass (1970), dirilis sebagai tiga LP. Hal ini membuktikan bahwa ia adalah penulis lagu yang produktif selama masih bergabung dengan The Beatles.

"Masalahnya adalah, kami punya banyak lagu untuk dibuat. Sekarang George mencoba menulis banyak lagu juga, kami bisa saja merilis album ganda setiap bulannya, tapi hal itu sangat sulit untuk diproduksi," ungkap John Lennon mencari pembelaan. Nah, kurangnya penerimaan dari anggota The Beatles lain, membuat George Harrison menciptakan lagu "My, Me, Mine", yang menyindir para anggota The Beatles.

5. John Lennon dan Yoko Ono mengganggu karier The Beatles akibat heroin

Yoko Ono dan John Lennon
Yoko Ono dan John Lennon (commons.wikimedia.org/Joost Evers/Anefo)

Gak adil juga jika kita hanya menyalahkan Yoko Ono atas bubarnya The Beatles. Namun, bukan berarti keberadaan Yoko Ono selalu baik. Pasalnya, Yoko Ono selalu ada di tahun-tahun terakhir The Beatles. John Lennon sendiri bilang kalau dia gak bisa hidup tanpa kehadiran Yoko Ono. Jadinya, Yoko Ono selalu mengikuti ke mana pun John Lennon pergi, termasuk ke sesi rekaman dan pertemuan The Beatles.

Sejak sekitar masa pembuatan The White Album, John Lennon dan Yoko Ono mulai menggunakan heroin, seperti yang diungkapkan Salon. "Hal ini cukup mengejutkan bagi kami," kata Paul McCartney, "karena kami semua gak mau sampai sejauh itu."

Obat terlarang itu membuat John Lennon jadi berantakan dan konfrontatif. Hal ini menghambat penampilannya di atas panggung. John pun semakin bergantung pada Yoko Ono. John jadi tertutup dengan anggota The Beatles dan punya dunianya sendiri.

Ketegangan ini terasa dalam hubungannya dengan George Harrison. John dan George sering bertengkar terkait masalah tersebut. Namun, John Lennon dan Yoko Ono pun menjalani rehabilitasi dan merekam lagu "Cold Turkey" tentang pengalaman mereka itu.

6. The Beatles mengalami masalah finansial terkait Apple Corps

The Beatles
The Beatles (commons.wikimedia.org/Ank Kumar)

Bertahun-tahun setelah The Beatles bubar, dan setelah John Lennon meninggal secara tragis, Paul McCartney diwawancara secara eksklusif oleh media Rolling Stone. Ia menjelaskan poin-poin penting dalam bubarnya The Beatles. Poin yang paling mencolok adalah, bagaimana band tersebut berubah di tahun-tahun terakhir mereka, dari musisi dan penulis lagu menjadi pengusaha. Sebuah transformasi yang gak bagus dari sudut pandang Paul McCartney.

Hal ini terjadi ketika The Beatles mengalami tekanan finansial di akhir 60-an dan awal 70-an. Soalnya, perusahaan yang mereka miliki bersama, Apple Corps, yang didirikan pada 1967 oleh Brian Epstein, untuk menghindari pajak, mengalami masalah bagi band tersebut. Masing-masing anggota The Beatles adalah seorang direktur, tapi karena kurangnya pengalaman bisnis dan minimnya minat terhadap seluk-beluk keuangan mereka sendiri, perusahaan tersebut terombang-ambing dari satu krisis ke krisis lainnya.

7. Munculnya produser baru dan ditendangnya George Martin

The Beatles latihan dengan produser George Martin di studio di Abbey Road.
The Beatles latihan dengan produser George Martin di studio di Abbey Road. (commons.wikimedia.org/Capitol Records)

Seperti Brian Epstein, produser lama The Beatles, George Martin, kerap dijuluki "The Fifth Beatle". George Martin bermitra dengan The Beatles pada 1962. Ia punya peran penting bagi perkembangan karier The Beatles, dengan pengetahuan teknis dan pemahaman teoretisnya tentang pembuatan lagu.

Namun, George Martin terkejut ketika Allen Klein, seorang produser baru The Beatles, muncul untuk mengerjakan lagu yang akhirnya menjadi "Let It Be". Sebagaimana yang dilaporkan The Guardian, George Martin gak lagi dilibatkan The Beatles setelah band tersebut lebih percaya pada produser baru itu. Allen Klein ditugaskan untuk memoles lagu "Get Back" milik The Beatles dalam perilisan komersial, yang kabarnya sangat merugikan George Martin.

Di sisi lain, Paul McCartney justru murka atas perubahan yang dilakukan Allen Klein pada lagunya, terutama pada "The Long And Winding Road". Produser tersebut menambahkan banyak orkestrasi dan vokal latar. Hal ini dilnilai merusak lagunya. Namun, George Martin akhirnya kembali untuk memproduseri Abbey Road pada 1969.

8. Paul McCartney bersolo karier dan terang-terangan mengatakan The Beatles sudah bubar

Paul McCartney saat tiba di Schiphol pada tahun 1980
Paul McCartney saat tiba di Schiphol pada tahun 1980 (commons.wikimedia.org/Nationaal Archief)

Pada 10 April 1970, pers musik menerima salinan LP solo perdana Paul McCartney, yang berjudul McCartney. Bersamaan dengan itu terdapat sesi tanya jawab dengan Paul McCartney sendiri. Paul menjelaskan karier solonya dan hubungannya dengan anggota The Beatles.

Paul McCartney menegaskan bahwa karya solonya gak ada campur tangan dari Allen Klein atau perusahaannya, ABKCO. Nah, yang paling mengejutkannya lagi, Paul mengungkap fakta kalau The Beatles sudah bubar.

Namun, sebenarnya, John Lennon-lah yang pertama kali mengumumkan kepergiannya dari The Beatles, setahun sebelum pernyataan Paul McCartney. Namun, John Lennon merahasiakan keputusannya demi bisnis dan perilisan "Let It Be", seperti yang diungkapkan The Conversation.

John Lennon, George Harrison, dan Ringo Starr menganggap siaran pers Paul McCartney sebagai promosi yang licik. Sebab, Paul mengaitkan bubarnya The Beatles dengan promosi album solonya. Paul dianggap egois karena mementingkan karier sendiri. Terlebih lagi, Paul gak menganggap anggota The Beatles sebagai teman. Bertahun-tahun kemudian, Paul McCartney mengakui bahwa ia menyesal karena meninggalkan The Beatles.

9. Paul McCartney bersikeras untuk keluar dari The Beatles

Linda tampil bersama suaminya Paul McCartney selama tur 'Wings over America' pada tahun 1976
Linda tampil bersama suaminya Paul McCartney selama tur 'Wings over America' pada tahun 1976 (commons.wikimedia.org/Jim Summaria)

Pengumuman Paul McCartney yang bilang kalau The Beatles sudah bubar, membuat pers heboh. Para anggota The Beatles lainnya sama terkejutnya. Pengumuman itu gak diduga sama sekali oleh siapa pun.

"Paul Quits The Beatles" menjadi tajuk utama berita di seluruh dunia. Namun, apa sebenarnya arti dari kata itu? Apakah The Beatles bubar untuk selamanya? Atau hanya hiatus, istirahat dari tekanan selama satu dekade?

Sayangnya, gak ada seorang pun yang tahu, termasuk The Beatles sendiri. Pandangan para anggotanya sangat membingungkan dan sulit ditebak. Misalnya, John Lennon ngasih tahu kalau dia sudah keluar dari The Beatles pada 1969. Namun, ia kemudian bilang kalau The Beatles kemungkinan mengadakan tur bersamanya, seperti yang John bilang kepada pers pada awal 1970. Begitu pula yang diungkapkan George Harrison.

Namun, Paul McCartney justru mengambil langkah hukum, karena berseteru dengan The Beatles. Meskipun ketiga rekan bandnya berargumen kalau band tersebut masih bersama, dan terikat di atas kertas, hakim yang menangani masalah ini memutuskan untuk mendukung Paul McCartney. Hakim tersebut menyetujui bubarnya band tersebut dan hubungan kerja antara Paul McCartney dan The Beatles gak bisa dipertahankan lagi. Akibatnya, perusahaan The Beatles mengalami pailit.

10. Paul McCartney dan John Lennon saling sindir lewat lagu

Paul McCartney dan John Lennon
Paul McCartney dan John Lennon (commons.wikimedia.org/Eric Koch)

Setelah perpecahan itu menjadi berita utama dengan dirilisnya McCartney pada April 1970, karya solo masing-masing anggota The Beatles dan konstelasi musisi yang menggarap masing-masing proyek mantan anggota The Beatles, menjadi perbincangan media. Poin utama yang menarik adalah keretakan hubungan antara John Lennon dan Paul McCartney.

Pada album John Lennon/Plastic Ono Band tahun 1970, John Lennon dengan tegas menyatakan, "Saya gak percaya lagi pada The Beatles," seolah-olah John sedang mencuci tangannya dari perseteruan yang semakin memanas di media. Namun, sindiran tersirat dalam musik solo awal dari John Lennon dan Paul McCartney. Ini membuat para penggemar terus mengamati sindiran demi sindiran dari keduanya.

Dikutip Ultimate Classic Rock, pada tahun 1971, Paul McCartney merilis Ram. Ia menampilkan lagu "Too Many People." Lagu ini ditafsirkan John Lennon sebagai sindiran terhadap dirinya dan Yoko Ono, yang saat itu sudah menjadi istrinya.

Di tahun yang sama, John Lennon merilis "How Do You Sleep?", sebuah lagu album yang menyindir Paul McCartney dan musik solonya. Lagu ini punya lirik mematikan: "those freaks was right when they said you was dead."

John Lennon pun sering bekerja sama dengan George Harrison untuk membuat beberapa lagu. Mereka berkolaborasi dalam karya solo masing-masing sepanjang era 70-an.

11. The Beatles resmi bubar, tapi ada aroma comeback sebelum John Lennon meninggal

Paul McCartney, George Harrison dan John Lennon dalam pertunjukan The Beatles untuk televisi Belanda
Paul McCartney, George Harrison dan John Lennon dalam pertunjukan The Beatles untuk televisi Belanda (commons.wikimedia.org/Omroepvereniging VARA)

The Beatles gak pernah kembali manggung bersama. Kendati begitu, ada rumor di media, harapan jutaan penggemar, dan tawaran 50 juta dolar AS atau setara dengan Rp837 miliar agar The Beatles kembali ke atas panggung, seperti yang dikutip Ultimate Classic Rock. Namun, keempat anggota The Beatles akhirnya bekerja sama dalam satu atau lain cara setelah perpisahan itu.

John Lennon dan Paul McCartney bahkan bekerja sama membuat album musik berjudul A Toot and a Snore pada 1974. Keduanya juga menjalin hubungan baik. Mereka berniat tampil di acara Saturday Night Live, karena undangan Lorne Michaels.

Namun sayang seribu sayang, John Lennon dibunuh secara tragis di New York pada Desember 1980, mengakhiri harapan reuni The Beatles. Namun, dalam salah satu wawancara terakhir John Lennon di penghujung hidupnya, ia mengatakan bahwa Paul McCartney sudah ia anggap seperti saudara sendiri.

Anggapan satu alasan kenapa The Beatles bubar memang agak gak adil, ya. Rupanya, The Beatles mengalami banyak masalah di tahun-tahun terakhirnya. Jadi, beberapa alasan di atas sangat masuk akal kenapa The Beatles bubar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Diana Hasna
EditorDiana Hasna
Follow Us

Latest in Hype

See More

9 Lagu Indonesia Bahas Rasa Suka pada Orang Lain saat Punya Pasangan

14 Nov 2025, 15:21 WIBHype