7 Komika yang Tembus Nominasi FFI, Terbaru Boris Bokir

- Arie Kriting berhasil menembus nominasi FFI sebagai aktor dan penulis skenario.
- Ernest Prakasa meraih penghargaan FFI untuk penulisan skenario dan menjadi produser film terbaik.
- Bene Dion Rajagukguk mendapat dua nominasi sekaligus untuk kategori Penulis Skenario Asli Terbaik dan Sutradara Terbaik di FFI 2022.
Selama lebih dari satu dekade terakhir, panggung pelawak tunggal atau yang biasa disebut komika telah melahirkan banyak talenta yang kini merambah ke dunia perfilman. Bukan hanya sukses menghibur lewat keresahan yang dilontarkan dengan cara-cara unik, sejumlah komika justru menunjukkan kemampuan akting, penulisan naskah, dan penyutradaraan yang dilakoni serius.
Beberapa nama bahkan berhasil menembus nominasi perhelatan bergengsi Festival Film Indonesia (FFI), lho. Dari Arie Kriting hingga Boris Bokir, berikut tujuh komika di Indonesia yang namanya tercantum sebagai nominasi FFI.
1. Arie Kriting

Arie Kriting menjadi komika pertama yang berhasil menembus nominasi aktor di ajang Festival Film Indonesia (FFI). Pemilik nama asli Satriaddin Maharinga Djongki ini memerankan tokoh Pedro dalam Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara, film berlatar Atambua, Nusa Tenggara Timur. Aktingnya yang natural dan membekas mengantarkannya pada nominasi Pemeran Pendukung Pria Terbaik FFI 2016.
Tak hanya lewat akting, Arie kembali masuk nominasi FFI 2018 melalui kategori Penulis Skenario Asli Terbaik untuk film Kulari ke Pantai bersama Mira Lesmana, Gina S. Noer, dan Riri Riza. Meski belum meraih kemenangan, dua pencapaiannya tersebut sudah membuktikan potensi besar Arie Kriting di dunia perfilman Indonesia.
2. Ernest Prakasa

Ernest Prakasa mencatatkan perjalanan impresif di pagelaran Festival Film Indonesia. Debutnya bermula pada 2016 lewat nominasi Penulis Skenario Adaptasi Terbaik untuk film Ngenest (2015). Setahun kemudian, ia meraih dua nominasi sekaligus untuk Cek Toko Sebelah, yakni Pemeran Utama Pria Terbaik dan Sutradara Terbaik.
Masih pada tahun 2017, Ernest memenangkan piala FFI pertamanya untuk kategori Penulis Skenario Asli Terbaik lewat Cek Toko Sebelah. Prestasi tersebut berlanjut di FFI 2020 ketika ia bersama sang istri, Meira Anastasia, meraih penghargaan Penulis Skenario Adaptasi Terbaik lewat Imperfect (2019).
Tak berhenti di dunia penyutradaraan dan penulisan, Ernest memperluas kiprahnya sebagai produser dengan mendirikan rumah produksi Imajinari bersama Dipa Andika. Karya kedua produksi Imajinari, Jatuh Cinta seperti di Film-Film (2023), sukses meraih penghargaan Film Cerita Panjang Terbaik di FFI 2024. Capaian ini sekaligus menegaskan posisinya sebagai salah satu sineas papan atas Indonesia.
3. Bene Dion Rajagukguk

Bene Dion Rajagukguk menunjukkan kiprahnya pada ajang FFI 2022 dengan dua nominasi sekaligus untuk film Ngeri-Ngeri Sedap. Alumnus Teknik Industri UGM ini berhasil menembus kategori Penulis Skenario Asli Terbaik dan Sutradara Terbaik. Film komedi keluarga yang mengangkat kekhasan budaya Batak menjadi bukti bahwa Bene mampu menghadirkan karya yang kuat baik dari sisi penulisan maupun penyutradaraan.
Walaupun belum membawa pulang Piala Citra, nominasi ganda ini menunjukkan pengakuan industri film terhadap talenta Bene. Kemampuannya menggarap cerita yang solid, menghibur, sekaligus bermakna membuat Ngeri-Ngeri Sedap layak disebut salah satu film terbaik 2022.
4. Raditya Dika

Sebelum makin dikenal luas sebagai komika dan Youtuber, Raditya Dika telah meniti karier sebagai penulis buku sekaligus aktor dalam adaptasi karya-karyanya sendiri. Debutnya sebagai aktor sekaligus penulis skenario layar lebar lewat Kambing Jantan (2009) membuka jalan bagi kiprahnya di industri film Indonesia.
Eksperimennya berlanjut lewat Hangout (2016), film komedi misteri yang terinspirasi dari karya Agatha Christie. Meski mengangkat tema kematian misterius di pulau terpencil, Radit tetap mempertahankan ciri khasnya dengan dialog jenaka dan situasi absurd yang mengundang tawa. Film ini tak hanya menjadi karya terlaris Raditya Dika sebagai sineas, tetapi juga membawanya menjadi nomine Penulis Skenario Asli Terbaik FFI 2017.
5. Ryan Adriandhy

Ryan Adriandhy mencatatkan nama di FFI lewat kecintaannya pada dunia animasi. Pada pagelaran FFI 2020, ia berhasil membawa pulang Piala Citra pada kategori Film Animasi Pendek Terbaik melalui Prognosis yang dibuatnya sebagai tugas akhir saat menekuni jenjang magister di Rochester Institute of Technology. Kamu bisa menonton film berdurasi 10 menit ini secara gratis di kanal YouTube Ryan Adriandhy, lho.
Prestasinya berlanjut di FFI 2025 dengan tiga nominasi sekaligus untuk Jumbo, film Indonesia terlaris sepanjang masa dengan perolehan 10,2 juta penonton. Namanya tercantum dalam nominasi Film Animasi Panjang Terbaik bersama Anggia Kharisma dan Novia Puspa Sari, Penulis Skenario Asli Terbaik bersama Widya Arifianti, serta Sutradara Terbaik. Tentu merupakan pencapaian yang luar biasa mengingat Jumbo merupakan debut penyutradaraan Ryan di layar lebar
6. Muhadkly Acho

Muhadkly Acho memulai kariernya sebagai pelawak tunggal di komunitas Stand Up Indo pada 2011 sebelum terjun ke dunia film. Ia pertama kali tampil di layar lebar pada tahun 2014 lewat Luntang Lantung dan Bajaj Bajuri the Movie. Tak hanya berakting, ia juga merambah ke bidang penulisan skenario, konsultan komedi, serta penyutradaraan.
Puncak kariernya selaku sineas datang lewat Agak Laen (2024) yang diproduksi Imajinari. Film yang memperoleh Piala Antemas berkat perolehan 9,1 juta penonton pada tahun lalu ini juga mengantarkan Acho menjadi nomine Penulis Skenario Asli Terbaik FFI 2024. Film Agak Laen: Menyala Pantiku! yang bakal rilis 27 November mendatang di bioskop pun ditulis dan disutradarai oleh Acho, lho.
7. Boris Bokir

Terakhir, ada Boris Bokir yang sebelumnya meraih penghargaan Aktor Pendukung Terbaik - Genre Film Komedi di Festival Film Wartawan lewat Ngeri-Ngeri Sedap (2022). Aktif berakting sejak 2014, Boris telah bekerja sama dengan banyak sineas besar di berbagai genre film.
Tahun 2025 menjadi momen penting karena untuk pertama kalinya ia masuk nominasi FFI. Lewat perannya sebagai Tatang di Panggil Aku Ayah, Boris bersaing di kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik, sementara rekannya, Ringgo Agus Rahman, juga masuk nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik.
Perjalanan mereka menjadi bukti bahwa komedi tak melulu soal laugh per minute (LPM), tetapi juga kedalaman dalam memahami karakter dan cerita. Semoga langkah para komika ini bisa menginspirasi lebih banyak sineas lokal untuk terus menghidupkan semangat di industri perfilman Indonesia.


















