7 Lagu yang Sindir Seksisme di Industri Hiburan

- "Purple Lace Bra” - Tate McRae- Lagu ini mengkritik bagaimana media lebih suka menyoroti penampilan daripada musiknya.
- “Motion Sickness” - Phoebe Bridgers- Phoebe Bridgers mengungkapkan rasa muaknya terhadap perlakuan senior pria di industri musik.
- “Fetch The Bolt Cutters” - Fiona Apple- Lagu ini curhat tentang pengalaman tak menyenangkan Fiona Apple sebagai musisi perempuan.
Seksisme masih jadi momok pegiat industri hiburan bergender perempuan. Kalau kamu perhatikan, mereka masih sering dapat pertanyaan-pertanyaan di luar konteks profesi mereka, terutama yang berhubungan dengan urusan pribadi. Ini berbeda dengan pegiat hiburan pria yang cenderung bebas dari sikap seksis (diskriminasi dan prasangka berbasis gender).
Keresahan yang dirasakan pada pegiat hiburan akhirnya jadi inspirasi banyak lagu, terutama yang ditulis dan dipopulerkan musisi perempuan. Penasaran lagu-lagu apa yang ternyata sedang menyindir maraknya seksisme di industri hiburan? Gulir sampai bawah untuk tahu rekomendasi lagu-lagunya, ya!
1. "Purple Lace Bra” - Tate McRae
Did my purple lace bra
Catch your attention? Uh
Yeah, the look in your eye
Made me question
Jadi bagian dari album terbaru Tate McRae, So Close to What (2025), lagu ini mungkin terdengar seperti keluh kesah seseorang terhadap pasangannya. Namun, kalau kamu dengar lebih seksama, “Purple Lace Bra” ternyata bisa diartikan secara universal sebagai unek-unek Tate McRae terhadap cara media memotretnya. Menurutnya, media lebih suka menyoroti pakaian dan bentuk tubuhnya yang dipakainya ketimbang musiknya.
2. “Motion Sickness” - Phoebe Bridgers
You said when you met me you were bored
You said when you met me you were bored
And you, you were in a band when I was born
Dalam “Motion Sickness," Phoebe Bridgers sedang mengekspresikan rasa muaknya terhadap cara sejumlah seniornya di ranah musik memperlakukannya. Kebanyakan dari mereka pria yang usianya jauh lebih tua darinya dan suka menggurui. Keresahan ini sepertinya tidak eksklusif dirasakan Bridgers, beberapa musisi perempuan muda juga kerap mengeluhkan kecenderungan ini.
3. “Fetch The Bolt Cutters” - Fiona Apple
While I'd not yet found my bearings
Those it girls hit the ground
Comparing the way I was to the way she was
Sayin' I'm not stylish enough and I cry too much
And I listened because I hadn't found my own voice yet
Dirilis pada 2020, Fiona Apple ternyata sedang curhat perkara pengalaman tak menyenangkan yang ia alami sebagai musisi perempuan. Terutama pada awal kariernya, ia sering dibikin minder dengan kritik dan ocehan pedas beberapa orang yang harusnya jadi mentornya. Meski personal, liriknya tetap menyesakkan saat dibaca, relevan pula dengan pengalaman banyak orang.
4. “You Turn Me On I’m A Radio” - Joni Mitchell
I know you don't like weak women
You get bored so quick
And you don't like strong women
'Cause they're hip to your tricks
Dianggap sebagai objek belaka sudah jadi makanan sehari-hari para pegiat hiburan perempuan. Ini yang menginspirasi Joni Mitchell menulis “You Turn Me On I’m A Radio” dengan mengibaratkan diri sebagai radio yang bisa dinyalakan dan matikan sesuka hati.
Ia juga harus berjibaku dengan beragam kritik yang membuatnya rasanya tak pernah cukup. Terlalu mandiri salah, terlalu lemah juga dihujat. Jadi apa, sih, maunya?
5. “Your Power” - Billie Eilish
She said you were a hero, you played the part
But you ruined her in a year, don't act like it was hard
And you swear you didn't know (didn't know)
No wonder why you didn't ask
Bisa dilihat dari ruang lingkup sempit seperti hubungan asmara, tetapi lagu ini juga masuk saat diterjemahkan ke ruang yang lebih luas, seperti industri hiburan. Gak sekali dua kali kita melihat bagaimana para petinggi industri hiburan menyalahgunakan kekuasaan dan pamornya yang untuk memanipulasi para pendatang baru. Ini jadi semacam rahasia umum.
6. “The Opener” - Camp Cope
You worked so hard, but we were just lucky
To ride those coat tails into infinity
And all my success has got nothing to do with me
Yeah, tell me again how there just aren't
That many girls in the music scene
“The Opener” adalah lagu brilian dari band Camp Cope yang terinspirasi dari persepsi publik terhadap karya musik mereka. Mulai dari dihujat habis karena penampilan, sampai dibilang beruntung semata karena faktor-faktor di luar kemampuan mereka bermusik.
Hujatan pedas ini tentu tidak hanya dirasakan Camp Cope, tapi banyak perempuan di luar sana yang kariernya sukses. Ada saja memang yang suka meremehkan pencapaian perempuan.
7. “Man from the Magazine” - HAIM
Man from the magazine, what did you say?
Do you make the same faces in bed?
Hey, man, what kind of question is that?
What did you really want me to say back?
Dapat pertanyaan membagongkan dari media sudah jadi makanan sehari-hari HAIM. Ini yang kemudian mereka tulis dalam lagu “Man from the Magazine”, merujuk pada jurnalis laki-laki yang kerap menanyakan hal-hal di luar konteks kepada mereka. Padahal, musisi dan tokoh pria sepertinya gak pernah dapat pertanyaan sugestif dan aneh sesering perempuan.
Membudaya, mengakar kuat, dan masih dinormalisasi di berbagai tempat dan situasi, memang susah buat menghapuskan seksisme. Tidak hanya di sektor hiburan, isu ini universal alias bisa ditemukan di mana saja. Kebetulan saja para musisi perempuan punya platform untuk menyalurkannya yakni lewat lagu. Meski banyak yang berdasar pengalaman personal, liriknya rasanya mengena juga buat para perempuan tak peduli profesi dan perannya.