8 Momen Paling Sedih di MCU, Masih Terasa sampai Sekarang

Selain adegan penuh aksi dan perkembangan karakter yang luar biasa, Marvel Cinematic Universe (MCU) juga menyuguhkan banyak kisah tragis. Mulai dari kematian tokoh penting hingga trauma mendalam yang sulit dilupakan, beberapa momen emosional di MCU terasa begitu menyayat hati, sampai-sampai penggemar enggan menontonnya kembali meski filmnya sendiri sangat bagus.
Dari semua film dan serial yang sudah dibuat, ada beberapa adegan yang terlalu berat secara emosional, dan bahkan dinobatkan sebagai momen paling sedih dalam MCU. Mau tahu apa saja? Simak daftarnya di bawah ini.
1. Kesedihan Wanda yang menelan seluruh kota

Episode ke-8 WandaVision (2021) mengungkap asal mula tragedi Westview. Usai jentikan Thanos, Wanda mencari jasad Vision di markas S.W.O.R.D., tetapi tak merasakan kehadirannya. Saat mengunjungi Westview, tempat Vision berencana membangun masa depan bersama, kesedihannya memuncak hingga tanpa sadar ia menciptakan kutukan yang menelan seluruh kota.
Adegan saat Wanda berlutut sambil memegang surat tanah, dengan ekspresi hancur di wajahnya, adalah salah satu akting terbaik Elizabeth Olsen. Ini menunjukkan betapa kesedihan bisa mengubah seseorang jadi ancaman besar.
2. Perpisahan Natasha dan Clint di Vormir

Sebelum memulai Time Heist, Natasha sempat tersenyum kepada Captain America dan berkata, “Sampai jumpa sebentar lagi.” Saat pertama kali menonton, momen ini terasa biasa saja. Namun, setelah tahu bahwa Natasha mengorbankan nyawanya di Vormir demi Soul Stone, kata-kata itu terasa jauh lebih menyakitkan.
Pengorbanannya adalah bentuk penebusan terakhir, meski tragisnya, kematiannya tak mendapat porsi sebesar pertempuran akhir yang menyusul. Momen perpisahan Natasha dan Clint yang saling berebut untuk mengorbankan diri ini terasa begitu menyakitkan. Apalagi ketika Natasha berkata pada Clint "Tidak apa-apa" dan melepaskan tangannya.
3. Pemakaman Yondu

Setelah membantu Peter Quill kabur dari kehancuran Ego, Yondu mengorbankan nyawanya. Adegan pemakamannya menjadi penghormatan penuh warna ala Ravager, lengkap dengan abu yang dilepaskan di angkasa, kembang api, dan lagu “Father and Son” yang mengiringi.
Dari awal diperkenalkan sebagai antagonis pendukung, Yondu perlahan berubah menjadi karakter yang dicintai. Pemakamannya adalah perpisahan yang indah sekaligus menyedihkan, dan kesedihan akibat kematiannya seakan masih terasa sampai sekarang.
4. Harapan palsu saat Bibi May tiba-tiba tumbang

Dalam pertarungan melawan Green Goblin, Bibi May mencoba membantu Peter, tetapi malah terkena serangan mematikan. Awalnya ia tampak baik-baik saja, memberi harapan bahwa ia akan selamat. Hal ini sempat menjadi titik cerah bagi penonton yang bisa menghela nafas lega.
Namun, tak lama kemudian, ia tumbang akibat luka-lukanya. Kehilangan ini menjadi titik balik besar bagi Peter Parker, yang terpaksa menghadapi kenyataan pahit kehilangan semua orang terdekatnya hanya dalam waktu singkat.
5. Pertemuan pertama Rocket dengan batch 89

Setelah menjadi korban eksperimen High Evolutionary saat masih bayi, Rocket kecil dibuang ke dalam kandang bersama Batch 89. Awalnya ia meringkuk ketakutan, hingga hewan-hewan lainnya, Lylla, Teefs, dan Floor, menyambutnya dengan ramah. Kata pertama yang bisa diucapkannya hanyalah “sakit,” merujuk pada luka akibat eksperimen. Lylla pun dengan lembut membersihkan luka di kepalanya.
Momen ini begitu memilukan, karena menggambarkan bagaimana empat hewan polos saling menguatkan di tengah penderitaan. Rocket masih ketakutan, tapi teman-temannya mencoba membuatnya merasa aman. Fakta bahwa kata pertamanya adalah “sakit” menunjukkan betapa kejamnya eksperimen High Evolutionary, yang memutilasi dan menambahkan bagian mekanis tak perlu ke tubuh mereka.
6. Peter Parker memohon pada Iron Man saat menghilang

Akhir Avengers: Infinity War (2018) memaksa penonton melihat separuh pahlawan menghilang. Salah satu yang paling menghancurkan hati adalah Spider-Man. Saat tubuhnya mulai memudar, Peter memeluk Tony dan memohon agar itu berhenti.
Momen ini terasa menyayat hati, karena mengingatkan bahwa Peter hanyalah seorang anak yang ketakutan. Tony, yang tak berdaya melihat murid sekaligus sosok yang ia lindungi menghilang, tak bisa melakukan apa pun. Tanpa musik pengiring, adegan ini terasa dingin, sunyi, dan menyakitkan.
7. Tragedi Lylla, Floor dan Teefs

Saat Rocket, Lylla, Teefs, dan Floor mencoba kabur dari High Evolutionary, segalanya berubah tragis. Sang penjahat menembak mati Lylla, lalu mengejek Rocket yang kalut. Dipenuhi amarah, Rocket menyerangnya, membuatnya lupa misi melarikan diri. Dalam kekacauan itu, Teefs dan Floor ikut tewas.
Adegan ini menjadi puncak tragedi Rocket. Jeritan Floor dan Teefs memohon Rocket pergi, tatapan High Evolutionary yang puas, dan Rocket yang akhirnya hanya bisa menatap tubuh teman-temannya. Di sini, ia menyadari bahwa ia benar-benar sendirian. Tragedi tersebut termasuk salah satu momen paling menyedihkan sepanjang Guardians of the Galaxy.
8. Kematian Tony Stark

Di tengah pertempuran terakhir, Tony menyadari satu-satunya cara mengalahkan Thanos adalah mengorbankan dirinya. Ia mencuri Infinity Stones, lalu menghancurkan Thanos beserta pasukannya. Namun, ia akhirnya tumbang karena tak sanggup menahan kekuatan batu-batu tersebut.
Pepper dan Peter berada di sisinya saat ia mengembuskan napas terakhir. Tidak ada musik heroik, hanya keheningan dan damai di wajahnya. Sebagai pahlawan yang memulai sekaligus menutup Infinity Saga, kematian Iron Man adalah akhir yang indah namun menyakitkan, dan bahkan bertahun-tahun kemudian, penggemar masih merindukannya.
Semua momen ini membuktikan bahwa MCU bukan hanya soal pertarungan epik dan efek visual memukau, tapi juga tentang kisah manusiawi yang penuh emosi. Kehilangan, pengorbanan, dan rasa sakit yang dialami para karakter membuat penonton ikut merasakan beratnya perjalanan mereka. Justru karena kejujuran emosinya, adegan-adegan ini begitu membekas hingga kini.