Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

9 Musisi Papan Atas yang Blokir Distribusi Musiknya di Israel

potret band Paramore (instagram.com/paramore)
potret band Paramore (instagram.com/paramore)
Intinya sih...
  • Paramore/Hayley Williams berpartisipasi dalam kampanye No Music for Genocide sebagai bentuk protes terhadap agresi militer Israel di Palestina.
  • Bjork dan Japanese Breakfast juga ikut serta memblokir distribusi musik mereka di Israel, menunjukkan dukungan untuk Palestina.
  • Musisi lain seperti Massive Attack, Fontaines D.C., dan Enter Shikari juga turut serta dalam aksi boikot distribusi musik di Israel sebagai bentuk protes damai.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Lebih dari 400 musisi global berpartisipasi dalam kampanye No Music for Genocide yang dimulai pada 18 September 2025. Sesuai judulnya, kampanye ini adalah bentuk protes terhadap agresi militer Israel di Palestina yang tidak proporsional dan resmi ditetapkan PBB sebagai upaya genosida. Di situs resmi kampanye ini, penyelenggara dan peserta turut menggarisbawahi perbedaan sikap yang mencolok antara invasi Rusia atas Ukraina dengan okupasi Israel atas Palestina.

Kampanye ini dilakukan dengan cara menarik dan memblokir distribusi musik mereka di Israel atau disebut dengan istilah geoblocking. Meski cukup sederhana, tidak semua musisi bersedia dan bisa melakukannya. Sebagian yang tergabung dalam label tertentu tidak punya kuasa untuk melakukan geoblocking. Terlepas dari itu, ini dia sembilan musisi papan atas yang blokir distribusi musiknya di Israel. Aksi protes damai yang mereka lakukan patut diapresiasi, deh.

1. Paramore/Hayley Williams

Dikenal politis dan sering berpartisipasi dalam berbagai kampanye kemanusiaan, gak heran ketika Hayley Williams dan band yang ditukanginya, Paramore terkonfirmasi berpartisipasi dalam No Music for Genocide. Ini sebuah aksi yang patut diapresiasi mengingat Hayley Williams baru saja merilis album solo baru berjudul Ego Death at a Bachelorette Party pada akhir Agustus 2025.

2. Bjork

Musisi papan atas lain yang ikut dalam kampanye antigenosida di Palestina adalah Bjork. Musisi nyentrik asal Islandia ini juga punya basis fans yang tak main-main mengingat kariernya sudah membentang selama 5 dekade lebih. Keputusannya ikut serta memblokir peredaran musiknya di Israel jelas diharapkan bisa memberi efek kejut dan bukti kalau banyak pihak kini sadar siapa yang berhak dibela dalam kemelut tersebut.

3. Japanese Breakfast

Keputusan Japanese Breakfast alias Michelle Zauner juga wajib diapresiasi setinggi-tingginya. Musisi Korea-Amerika ini punya keturunan Yahudi, tetapi ini tidak serta membuatnya menyetujui ideologi Zionis. Selain seorang musisi, Zauner diketahui menulis buku berjudul Crying in H Mart yang laris manis di pasaran. Japanese Breakfast menambah daftar panjang musisi perempuan keturunan Asia dalam daftar musisi pro-Palestina. Tercatat Rina Sawayama, Yaeji, dan Yeule tergabung pula dalam kampanye ini.

4. Massive Attack

Vokal dan frontal menyuarakan dukungannya untuk Palestina, band legenda Inggris, Massive Attack pun ada dalam daftar peserta kampanye No Music for Genocide. Aktif sejak 1980-an, mereka mendulang popularitas pada 1990-an, tepatnya saat rave culture (tren musik elektropop psikedelik) berkembang pesat. Meski tak setenar dulu, Massive Attack masih sering menggelar konser dan punya penggemar cult yang gak bisa diabaikan.

5. Fontaines D.C.

Band post-punk yang sedang naik daun, Fontaines D.C. juga ada dalam daftar peserta No Music for Genocide. Tidak mengejutkan, sebab band asal Irlandia ini sejak awal cukup frontal menyuarakan pesan dukungan untuk Palestina. Ini sesuai sih dengan prinsip punk yang mereka usung, yakni selalu berada di pihak yang tertindas. Apalagi mereka juga berasal dari Irlandia yang pernah jadi korban penjajahan Inggris

6. Kneecap

Kneecap juga gak bisa diabaikan. Trio rapper yang naik daun setelah film biopik mereka dielu-elukan di berbagai ajang penghargaan ini juga konsisten soal prinsip antiimperialisme. Motif pendirian band mereka saja berasal dari semangat melestarikan bahasa Gaelic Irlandia yang ditinggalkan dan sengaja dihapus perlahan selama penjajahan Inggris. Tak mengagetkan kalau sekarang mereka berada di pihak Palestina.

7. MØ

Gak sedikit musisi Nordik yang menunjukkan dukungan kepada Palestina. AURORA sampai Zara Larsson adalah beberapa yang vokal. Namun, MØ yang justru lebih dulu menunjukkan komitmen kuatnya dengan melakukan geoblocking atas distribusi musiknya di Israel. Berasal dari Denmark, MØ dikenal audiens global lewat kolaborasinya dengan beberapa musisi mainstream seperti DJ Snake, Justin Bieber, dan Iggy Azalea.

8. Enter Shikari

Musisi prominen lain yang tercatat ikut serta dalam aksi boikot distribusi musik di Israel adalah band rock Inggris, Enter Shikari. Aktif sejak 1999, Enter Shikari mencapai puncak kariernya pada 2000—2010-an. Saat itu, rock dan emo sedang digandrungi anak muda dan banyak band dari genre serupa yang menembus status mainstream seperti Green Day, My Chemical Romance, Linkin Park, Avenged Sevenfold, Fall Out Boy, dan lain sebagainya.

9. Say Sue Me

Miris, tetapi memang tidak banyak musisi Korsel yang berani terang-terangan membela Palestina. Selain Jae Park, bolehlah kamu yang mengaku penggemar band indie Say Sue Me tersenyum lega. Mereka tercatat dalam peserta kampanye No Music for Genocide. Say Sue Me memang jadi angin segar dalam industri musik Korsel yang didominasi genre dance-pop, mereka menawarkan lagu-lagu indie-rock dengan elemen dreamy yang menyejukkan telinga.

Tentunya sembilan musisi papan atas yang blokir distribusi musiknya di Israel hanya perwakilan dari ratusan musisi lain yang memutuskan untuk tak bungkam dan netral melihat krisis kemanusiaan terjadi di depan mata. Namun, memang tak semua musisi punya privilese untuk melakukan ini, apalagi dengan sistem kontrak dengan label yang sedang mereka jalani. Itu pula yang menjelaskan mengapa kebanyakan musisi dalam kampanye No Music for Genocide pun datang dari skena musik independen.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Hype

See More

8 Meme Kocak Discord, Aplikasi Favorit Banyak Anak Muda

30 Sep 2025, 19:28 WIBHype