Oslo Grace: Model Non-Biner yang Berani Dobrak Standar Keelokan

Dari hari ke hari, talenta model di dunia fashion semakin banyak bermunculan. Kini, dunia fashion lebih terbuka soal diversity dan memasukkan lebih banyak model dari ras yang berbeda-beda. Tidak hanya didominasi model dari ras Kaukasia, tetapi banyak pula model berdarah Afrika-Amerika, Asia, Latin dan lain sebagainya.
Menariknya lagi, ada model yang mendeklarasikan diri sebagai non-biner transgender. Ia adalah Oslo Grace, model berusia 22 tahun asal California. Apa fakta-fakta menarik tentang Oslo Grace?
1. Memasuki dunia model karena gagal di bidang atletik

Oslo Grace tidak pernah berpikiran untuk menjadi model. Setelah mengalami kecelakaan rugby di sekolah dan menggagalkan ambisinya di bidang atletik, ia memutuskan banting setir menjadi model. Awalnya, Grace melakukannya karena hobi.
Berdasarkan interview-nya dengan laman Models.com pada 12 September 2017, Oslo Grace mengaku bahwa ia telah menjadi model sejak 7 bulan yang lalu. Artinya, ia menjadi model sejak bulan Februari 2017. Ia mengaku bahwa ia dipilih dan dibina secara online.
2. Mengaku bahwa dirinya adalah kombinasi antara laki-laki dan perempuan

Oslo Grace menyebut dirinya sebagai model transgender non-biner. Menurutnya, ia adalah kombinasi dari laki-laki dan perempuan. Ia merasa bahwa identitas gendernya tidak sesuai dengan jenis kelamin biologisnya saat dilahirkan, tuturnya di laman Refinery29.
Ia biasa membawakan pakaian laki-laki dan perempuan di runway sekaligus. Menjadi non-biner sepertinya bisa dianggap sebagai keuntungan, karena tidak membatasi dirinya dalam label tertentu dan membuatnya bebas membawakan pakaian apa pun yang disukai.
3. Melakukan casting model sebagai laki-laki dan perempuan sekaligus

Karena menganggap dirinya sebagai model transgender non-biner, Oslo Grace bisa mengambil casting model sebagai laki-laki dan perempuan sekaligus. Biasanya, saat agensi model mengadakan casting, mereka akan memisahkan jam casting antara model laki-laki dan perempuan.
Grace memberikan contoh, misalnya casting model perempuan dilakukan pada pukul 12 siang, maka ia akan tampil, berdandan dan memakai pakaian perempuan. Begitu pula sebaliknya saat casting model laki-laki dilakukan, Grace akan menyesuaikan diri. Konsep gender yang cair ini membuatnya bisa tampil sebagai laki-laki dan perempuan sekaligus.
4. Seringkali, ia mendapat penyebutan yang salah terkait gendernya

Oslo Grace mengakui secara terbuka bahwa dirinya adalah seorang non-biner dan memiliki gender yang netral. Tetapi, orang-orang sering salah menyebut gendernya. Ia masih mengalami kesalahan penilaian di tempat kerja, khususnya dari rekan-rekan pekerja yang berusia jauh lebih tua darinya.
Pekerja yang dimaksud adalah penata rias dan penata rambut yang rata-rata telah berumur. Mereka seringkali menanyakan tentang jenis kelaminnya, hal yang ia kategorikan sebagai kurang sopan. Namun, Grace selalu berusaha menjelaskan tentang dirinya dengan cara yang lembut, bukan dengan cara yang kasar.
5. Berharap di masa mendatang supaya industri fashion mengutamakan keberagaman

Saat ini, representasi model fashion dari ras yang berbeda-beda mulai banyak ditampilkan. Akan tetapi, masih sedikit model yang merepresentasikan gender dan jenis kelamin yang berbeda dari orang kebanyakan. Industri fashion akan lebih baik jika menampilkan dan merekrut orang-orang yang memiliki keragaman gender sepertinya.
Selain itu, ia berharap supaya di masa mendatang, para model diberi tag nama dan kata pengganti mereka, agar tidak salah penyebutan dan misgendered. Ia sendiri memilih dipanggil dengan kata ganti they/them, bukan she/her atau he/him. Hal-hal ini mungkin terdengar sepele, tetapi berarti sangat besar bagi Oslo Grace dan model lain yang mendeklarasikan dirinya sebagai non-biner.
Nah, itulah 5 fakta menarik seputar Oslo Grace, model transgender non-biner yang berani mendobrak batasan di industri fashion. Semoga kisah Oslo Grace bisa menginspirasi, ya!