Pengalaman Nonton Good Boy di ScreenX, Takut dan Sedih Sekaligus!

- Backdrop besar 'Good Boy' di CGV Grand Indonesia
- Studio ScreenX langsung dipadati penonton setelah dibuka
- Diwarnai suasana tegang dan aftertaste yang campur aduk
Jakarta, IDN Times – Setelah menjadi film kejutan di Jakarta World Cinema 2025, Good Boy akhirnya resmi tayang di jaringan bioskop CGV Indonesia pada 8 Oktober 2025. Disutradarai oleh Ben Leonberg, film ini mengisahkan kisah horor sekaligus menyayat hati dari sudut pandang seekor anjing bernama Indy.
Penulis berkesempatan menyaksikan pemutaran spesial film ini di layar terbesar CGV, ScreenX, pada Selasa malam (7/10/2025). Pengalaman menonton film kali ini benar-benar tak biasa: tegang, haru, dan menyesakkan di saat bersamaan.
1. Disambut backdrop besar 'Good Boy' di CGV Grand Indonesia

Begitu melangkah masuk ke area CGV Grand Indonesia, mata saya langsung tertuju pada backdrop besar bertuliskan Good Boy yang menampilkan wajah Indy si anjing retriever. Tepat di depan area kafe, backdrop ini menjadi spot favorit pengunjung untuk berfoto sebelum masuk studio.
Dengan pencahayaan redup dan karpet merah yang terbentang di depannya, suasana terasa seperti malam gala. Elegan, namun tetap meninggalkan kesan misterius. Para penonton tampak antusias mengabadikan momen di depan backdrop tersebut. Dari suasananya saja sudah terasa bahwa Good Boy bukan sekadar film horor biasa.
2. Studio ScreenX langsung dipadati penonton setelah dibuka

Sekitar pukul 18.55 WIB, pintu studio ScreenX mulai dibuka dan antrean penonton langsung mengular. Pemutaran perdana ini terlihat ramai. Tak hanya dihadiri oleh awak media dan komunitas film, tetapi juga KOL yang penasaran dengan konsep unik Good Boy. Wajar saja, film ini sebelumnya telah mencuri perhatian festival internasional dan kini mengantongi rating 91% di Rotten Tomatoes.
Banyak yang menyebutnya sebagai "film horor paling memilukan tahun ini," dan atmosfer antusias itu benar-benar terasa di dalam ruangan. Bahkan sebelum film dimulai, percakapan antarpenonton sudah dipenuhi ekspektasi dan spekulasi tentang seberapa berat pengalaman emosional yang akan disajikan.
3. Diwarnai suasana tegang dan aftertaste yang campur aduk

Sekitar pukul 19.15 WIB, lampu studio perlahan meredup. Layar lebar ScreenX yang membentang hingga ke sisi kanan dan kiri langsung menampilkan adegan pembuka yang membuat buluk kuduk merinding. Adegan beralih ke montase video rumahan Todd (Shane Jensen) bersama anjing kesayangannya, Indy. Sampai adegan hangat itu perlahan bergeser ke arah kelam.
Leonberg dengan cerdas mengeksekusi film low budget ini dengan imajinasi yang luar biasa. Minim jumpscare, tetapi ketegangan terasa menembus layar. Ada beberapa momen di mana penonton spontan menjerit karena suara samar atau bayangan yang bergerak di pinggir ruangan. Efek imersif dari layar raksasa ini benar-benar membuat pengalaman menonton jadi lebih intens.
Namun yang paling membekas bukanlah rasa takut, melainkan rasa iba. Ekspresi Indy yang "melas," terutama saat ia berusaha melindungi majikannya yang perlahan kehilangan kewarasannya membuat banyak penonton terenyuh. Saat film berakhir, suasana hening beberapa detik sebelum akhirnya pecah oleh tepuk tangan meriah.