Penjelasan Ending Alien: Romulus dan Nasib Akhir Karakternya

Film ini langsung menyajikan ketegangan setelah Rain (Cailee Spaeny) dan kelompoknya masuk ke dalam Renaissance. Kesalahan yang mereka lakukan membuat facehugger menetas. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk dihabisi satu per satu.

Navarro (Aileen Wu) adalah karakter pertama yang mati lewat adegan chest-bursting yang mengerikan. Bjorn (Spike Fearn) dan Tyler (Archie Renaux) juga mengalami nasib tragis, masing-masing melalui luka bakar asam dan ditusuk oleh Xenomorph.

Sementara itu, Kay (Isabella Merced) yang sedang hamil, ditangkap oleh Xenomorph dan "dipelihara" di sarangnya hingga akhirnya diselamatkan oleh Rain. Namun sebelum masuk cryopod, Kay malah menyuntikkan "Prometheus Fire" atau black goo untuk bertahan hidup. Ia pun melahirkan hybrid manusia-Xenomorph yang kemudian membunuhnya.

Sepanjang film, Rain dihadapkan pada dilema moral yang hebat. Ia harus memilih antara menyelamatkan dirinya dan Andy atau teman-temannya yang tersisa. Di sisi lain, Andy sempat kehilangan sisi manusianya dan lebih fokus pada misi Weyland-Yutani.

Namun di akhir film, mereka bekerja sama mengalahkan The Offspring yang dilahirkan Kay, serta menonaktifkan Rook, android jahat yang berusaha mengirimkan black goo ke peradaban manusia. Bersama-sama, mereka masuk cryopod dan menuju planet Yvaga.

Setelah gagal mengendalikan stasiun luar angkasa Renaissance dan rencana jahatnya terbongkar, Rook akhirnya hancur bersama dengan kapal itu sendiri. Di akhir film, Renaissance menabrak cincin planet Jackson's Star dan hancur berkeping-keping.

Meskipun Rook telah dihancurkan, ancaman dari android jahat dan Xenomorph masih tetap ada. Bahkan, masih ada kemungkinan kalau sosok The Offspring yang dilempar Rain ke luar angkasa masih hidup dan menjadi ancaman baru di film berikutnya.

Seperti film-film sebelumnya, Alien: Romulus meninggalkan kita dengan open ending dan pesan berharga. Meskipun peluang Rain untuk mencapai Yvaga cukup kecil, film ini menjelaskan bahwa meskipun manusia memiliki keterbatasan fisik dan mental, mereka masih memiliki daya juang yang luar biasa untuk bertahan hidup.

Alien: Romulus juga menekankan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan seperti persahabatan, pengorbanan, dan keberanian. Selain itu, film ini mengkritik eksploitasi manusia oleh korporasi. Hal ini digambarkan lewat Weyland-Yutani, melalui Rook, yang mencoba menggunakan Andy untuk kepentingan mereka sendiri.

Rain, sebagai protagonis, akhirnya menyadari bahwa nilai-nilai kemanusiaan lebih penting daripada mengikuti perintah tanpa hati. Ia memilih untuk tetap bersama Andy, meskipun harus mengorbankan mimpinya untuk memulai hidup baru di planet Yvaga.

Dalam wawancara terbaru dengan The Hollywood Reporter, sutradara Federico Álvarez menjelaskan kemungkinan sekuel Alien: Romulus. Ia dan timnya memikirkan satu ide besar. Setelah berhasil kabur dari teror yang mengerikan, Rain dan Andy akan melanjutkan petualangannya menuju planet Yvaga. Tapi, jangan bayangkan kalau Yvaga itu surga!

"Kami pun mulai memikirkan, 'Apa yang terjadi saat mereka sampai di Yvaga? Apakah tempat itu indah? Atau justru mengerikan?'," ucap Álvarez.

Álvarez sendiri tidak ingin buru-buru dalam menggarap sekuel. Ia menunggu pendapat fans dan penonton, apakah mereka benar-benar menginginkannya atau tidak. Baginya, membuat sekuel butuh waktu yang lama, tak cukup dua tahun saja.

"Coba lihat Alien (1979) dan Aliens (1986), ada jarak tujuh tahun di antara keduanya. Untuk saat ini, kami sudah memiliki ide tentang ke mana arahnya," tegasnya.

Alien: Romulus sudah tayang sejak 14 Agustus 2024 di bioskop seluruh Indonesia. Bagi yang sudah menonton, tulis pendapatmu di kolom komentar ya!