Penjelasan Ending Film Weapons, Siapa yang Menculik Anak-anak?

- Penculikan anak-anak di film Weapons dilakukan oleh Gladys, seorang penyihir yang menggunakan magis gelap untuk mengendalikan mereka dan memperpanjang umurnya.
- Gladys mengklaim sebagai keluarga Alex, namun petunjuk dalam film meragukan klaim tersebut, dengan dua kemungkinan asal-usulnya yang diberikan sutradara Zach Cregger.
- Judul Weapons bersifat metaforis dan multifaset, menyoroti trauma, kemampuan melawan, penggunaan kekuatan sebagai senjata, serta menyentil realitas modern dan trauma sistemik.
Weapons (2025) menutup cerita dengan konflik yang menyelimuti hilangnya 17 anak sekolah dalam satu malam. Di bagian akhir, kisah yang diceritakan lewat berbagai sudut pandang menyampaikan pesan yang kompleks tentang trauma, kontrol, dan balas dendam.
Tidak hanya menjawab misteri penculikan, film ini juga menghadirkan akhir yang ambigu, mengguncang, dan penuh interpretasi. Siapa yang menculik anak-anak tersebut? Apa makna senjata pada judul film? Mari simak!
Artikel ini mengandung spoiler!
1. Siapa yang menculik anak-anak, dan apa alasanya?

Pengungkapan terbesar Weapons adalah bahwa penculik anak-anak di Maybrook, Pennsylvania, bukanlah Justine Gandy (Julia Garner). Alih-alih guru SD tersebut, kita justru diperkenalkan dengan sosok mengerikan di pertengahan film, Gladys (Amy Madigan).
Sosok yang mengaku keluarga Alex Lily (Cary Christopher) ini rupanya adalah penyihir yang menggunakan magis gelap lewat voodoo tree untuk mengendalikan anak-anak, dan bahkan orang dewasa di sekitarnya. Ia mengumpulkan barang pribadi masing-masing anak agar ritualnya berhasil, dan kemudian menyembunyikan mereka dalam kondisi katatonik di ruang bawah tanah Alex.
Tujuannya? Menyedot energi kehidupan anak-anak untuk memperpanjang umurnya yang tampaknya menurun akibat penyakit atau kondisi tertentu, meski interpretasi ini dibiarkan tetap ambigu oleh sutradara, Zach Cregger. Namun, apakah Gladys benar-benar keluarga Alex?
2. Apakah Gladys benar-benar keluarga Alex?

Sepanjang film, Gladys mengklaim memiliki hubungan darah dengan Alex, bahkan memperkenalkan dirinya sebagai bibi ibunya (adik dari neneknya). Orang tuanya ingat pernah bertemu dengannya di masa lalu, tetapi yakin dia tidak menghadiri pernikahan mereka. Namun, ibu Alex yakin dia adalah keluarganya. Seiring cerita berjalan, berbagai petunjuk mulai meragukan klaim Gladys.
Hal tersebut terungkap saat Gladys memberi tahu Kepala Sekolah Marcus (Benedict Wong), bahwa ayah Alex menderita "a touch of consumption," sebuah istilah yang sudah ada sejak zaman kuno tetapi akhirnya menjadi sinonim dengan, dan kemudian digantikan oleh, tuberkulosis (TBC). Sontak, Marcus kaget oleh istilah tersebut. Ia tidak menyadari—begitu pun penonton Weapons, tentang humor gelap itu.
Namun, jika dipadukan dengan pengakuannya kepada Alex bahwa ia sudah sakit sejak lama, besar kemungkinan kalau Gladys berasal dari satu atau dua generasi lebih tua daripada yang diyakini orang tuanya. Cregger pun menghadirkan dua interpretasi. Pertama, Gladys adalah manusia biasa yang melakukan ritual karena sekarat. Kedua, ia adalah entitas non-manusia yang meniru sosok manusia.
"Saya memberi Amy dua pilihan kisah asal-usulnya. Saya bilang, 'Kamu bisa pilih salah satu dari dua ini.' Pilihannya sangat berbeda. Dan saya bilang, 'Kamu tidak perlu memberi tahu saya, tapi pilihannya ini atau itu.' Saya tidak tahu yang mana yang dia pilih," kata Cregger pada Vanity Fair.
3. Apa maksud dari "Weapons" di film ini?

Judul Weapons bersifat metaforis dan multifaset. Seperti yang terlihat dalam mimpi Archer (Josh Brolin), anak-anak hilang mirip dengan senjata yang diarahkan. Secara harfiah, anak-anak yang diculik Gladys dapat dijadikan "senjata" layaknya rudal. Namun secara simbolik, film ini menjadikan trauma, kemampuan melawan, dan penggunaan kekuatan—baik supernatural maupun psikologis—sebagai senjata.
Film ini juga menyentil realitas modern, trauma sistemik, dan bagaimana cara komunitas merespons tragedi. Bahkan, ada tafsiran kalau film ini adalah satire terhadap pemikiran magis atas tragedi yang sering terjadi di Amerika Serikat, yakni penembakan massal.
4. Penjelasan ending Weapons sebenarnya

Weapons adalah film yang kompleks. Meskipun kita mendapatkan penjelasan tentang akhirnya, film ini kemungkinan akan menjadi lahan subur untuk berbagai interpretasi tematik di masa mendatang. Membiarkan asal-usul Gladys dan makna kekuatannya terbuka membuat kita sebagai penonton tetap berpegang pada rasa takut dan kebingungan. Intinya, dia hidup seperti parasit.
Gladys adalah versi lanjutan dari penggambaran orang dewasa dalam film ini, sosok yang sangat egois dan acuh tak acuh. Ia, seperti yang berulang kali disoroti dalam adegan Justine di kelas, adalah parasit yang merampas otonomi orang-orang demi keuntungannya sendiri. Ia adalah versi horor dari sesuatu yang kita anggap cukup "normal" di tengah masyarakat.
Misteri terbesar dari film ini adalah apa yang terjadi setelah layar menjadi gelap. Akankah komunitas ini pulih setelah semua misinformasi, kecurigaan, dan tuduhan? Siapa yang akan disalahkan ketika 17 anak yang hilang tiba-tiba muncul kembali dan membunuh seorang wanita tua di depan umum? Apa yang terjadi pada pohon ajaib yang tampaknya menjadi pusat kekuatan Gladys?
Dengan akhir yang tak terlupakan, Weapons menjadi pengingat akan apa yang bisa dilakukan oleh trauma. Jika film ini harus diringkas menjadi satu gagasan, gagasan itu adalah bahwa trauma yang kita tekan dapat menyakiti orang-orang di sekitar kita. Pada akhirnya, rasa sakit yang kita lepaskan ke dunia dapat kembali kepada kita. Siapa pun bisa menjadi "senjata" jika mereka tidak berhati-hati.