Penyelidikan Berlanjut, 7 Fakta Baru di Balik Kepergian Sulli eks f(x)

Dilansir dari XSportnews, perwakilan Kepolisian Seongnam Sujeong menginformasikan bahwa hasil awal dari autopsi jenazah Sulli menyimpulkan tidak ada tanda pembunuhan, kekerasan atau paksaan dari pihak luar. Proses autopsi selanjutnya akan menyelidiki tentang kemungkinan adanya pengaruh obat-obatan yang dikonsumsi Sulli sebelum meninggal dunia.

Kepolisian Seongnam menginformasikan bahwa memo tersebut bukan berisi pesan kematian, melainkan curahan hati Sulli sehari-hari. Mereka juga menegaskan isi memo tersebut tidak dapat diunngkapkan pada publik.

Program JTBC Reply Night atau The Night of Hate Comments tayang sejak 21 Juni lalu dan dipandu oleh Sulli bersama Shin Dong Yeop, Kim Sook, dan Kim Jong Min. Kabarnya, selama dua bulan terakhir Sulli sudah berencana untuk mengundurkan dari program ini karena kondisi psikologis yang dialaminya.

"Sulli menderita perubahan mood yang ekstrem. Gangguan kecemasannya juga semakin memburuk sehingga kami merasa khawatir," ujar sumber tersebut kepada media lokal.

Sulli sudah cukup lama menjadi sasaran berbagai komentar jahat dari netizen di media sosial miliknya. Sejak tahun 2018 lalu, SM Entertainment mengungkap rencana mereka untuk menindak tegas para pelaku cyberbullying di media sosial seluruh artisnya.

Menurut media Busan Report, Sulli merupakan salah satu artis SM yang paling gencar meminta agensinya tersebut untuk menindak tegas netizen. Namun kabarnya, usaha SM untuk menindaklanjuti masalah ini menemui halangan karena banyaknya netizen yang mendaftar akun dengan menggunakan alamat IP dari luar negeri.

Beberapa pernyataan lama dari Sulli sebelum meninggal dunia juga kembali menyita perhatian. Seperti saat memandu Reply Night bulan Juni lalu, Sulli bercerita bahwa ia pernah batal melaporkan seorang netizen yang menulis komentar jahat di media sosial miliknya setelah mengetahui usia dari pelaku tersebut.

"Dia (pelaku) adalah murid dari sebuah Universitas terkenal. Usianya juga sama seperti saya. Jika saya melaporkannya, netizen akan menganggapnya sebagai kriminal. Meskipun orang tersebut memang menuliskan komentar jahat kepada saya, saya tetap akan merasa bersalah jika membuat orang seumuran saya dihukum," ujarnya.

Bulan September lalu, Sulli hadir sebagai pembicara dalam acara diskusi tentang film baru berjudul Maggie. Sulli bercerita tentang masa sulit yang dialaminya selama beberapa bulan terakhir yang membuatnya sulit mempercayai orang lain.

"Saya adalah tipe orang yang mudah mempercayai orang lain. Tetapi dunia sudah berubah menjadi tempat di mana sulit bagi kita untuk percaya pada orang lain. Setelah menonton film ini (Maggie), saya jadi memahami bahwa tidak mudah percaya pada orang adalah keputusan yang benar," ujarnya.

Sementara itu, dalam kesempatan wawancara lain bersama stasiun TV SBS, Sulli bercerita tentang kondisi mental yang dialaminya.

"Saya menderita panic disorder sejak remaja, tetapi saya tidak mengonsumsi obat apa pun dan mencoba melawannya sendiri. Meskipun saya memberitahu orang lain bahwa saya sedang kesulitan, tidak ada yang mendengarkan," ungkapnya saat itu.

Selamat jalan, Sulli. Semoga tenang dan berbahagia di sana.