Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
budak milik Tenryuubito (dok. Toei Animation/One Piece)

Intinya sih...

  • Perbudakan di dunia One Piece masih marak karena Tenryuubito, bangsawan yang kebal hukum, diizinkan memiliki budak dan tidak mendapat sanksi.
  • Pemerintah Dunia tidak memiliki kekuasaan penuh, wilayah tak terafiliasi punya hukum sendiri, seperti Wano yang dikuasai Shogun.
  • Tenryuubito dan Shichibukai menunjukkan bahwa Pemerintah Dunia tidak tegas terhadap hukum sehingga banyak karakter anime One Piece harus menderita sebagai korban perbudakan.

Perbudakan merupakan tindakan seseorang untuk memiliki orang lain melalui paksaan. Di dunia nyata, perbudakan hanya terjadi di masa lalu. Kini perbudakan sudah dihapuskan dan dianggap sebagai Pelanggaran HAM berat bila ada pihak yang melakukannya.

One Piece menyoroti fenomena ini dengan mengadaptasinya ke dalam cerita. Dikisahkan, perbudakan juga terjadi di masa lalu dan kini Pemerintah Dunia sudah melarang tindakan tersebut. Akan tetapi, kenyataannya perbudakan masih dilakukan terang-terangan di dunia One Piece. Anehnya, para pelaku tidak mendapatkan sanksi atau hukuman seolah-olah Pemerintah Dunia menutup mata atas tindakan yang dilarang oleh mereka sendiri.

Lantas, mengapa perbudakan masih marak di dunia One Piece? Apakah ada pihak yang kebal hukum? Apakah Pemerintah Dunia memang tidak memedulikan perbudakan? Untuk menjawab rasa penasaranmu, berikut adalah penjelasan lengkapnya.

1. Kekuasaan absolut ada di tangan Tenryuubito

Tenryuubito membawa budak (dok. Toei Animation/One Piece)

Walaupun sudah dilarang oleh Pemerintah Dunia sejak lebih dari 200 tahun yang lalu, perbudakan tetap marak karena adanya Tenryuubito, sekelompok bangsawan yang kebal hukum. Tenryuubito diizinkan mempunyai budak tanpa diganggu atau dihukum oleh Pemerintah Dunia. Mereka bahkan boleh mengambil siapa pun yang mereka temui di jalan sebagai budak. Orang tersebut wajib menuruti Tenryuubito. Jika tidak, mereka justru diburu oleh Pemerintah Dunia.

Para budak akan digunakan untuk piala, pelayan, atau peliharaan. Budak-budak milik Tenryuubito memiliki tanda khusus di tubuh mereka, yaitu Cakar Naga Langit. Tanda ini diberikan melalui penempelan besi panas di tubuh budak. Dengan demikian, para budak akan selamanya berstatus budak mengingat tanda itu permanen.

Selain itu, fakta bahwa tiada orang yang berani melawan Tenryuubito, termasuk Pemerintah Dunia, mengartikan bahwa para budak tidak akan menerima bantuan dari mana pun. Mereka hanya bisa hidup sebagai budak selamanya, kecuali bila ada orang-orang pemberani seperti Sabo, Monkey D. Luffy, atau Fisher Tiger. Andaikan para budak ini kabur, Marinir siap menangkap mereka kembali selama ada perintah dari Tenryuubito.

2. Adanya wilayah-wilayah tanpa hukum

acara pelelangan manusia (dok. Toei Animation/One Piece)

Pemerintah Dunia rupanya tidak punya kekuasaan sebesar namanya. Federasi yang berdiri sejak 8 abad lalu ini belum menguasai dunia sepenuhnya. Ada wilayah-wilayah yang tidak terafiliasi dengan mereka.

Ini mengakibatkan perbedaan sistem hukum yang berbeda di tiap wilayah. Semua wilayah yang tidak terafiliasi dengan Pemerintah Dunia punya ketentuan hukumnya sendiri, bahkan bertentangan dengan hukum milik Pemerintah Dunia. Wilayah-wilayah ini juga bebas melakukan aktivitas-aktivitas mereka tanpa diganggu atau diintervensi Pemerintah Dunia.

Negara Wano adalah contoh dari wilayah yang tidak berafiliasi dengan Pemerintah Dunia. Wano sepenuhnya dikuasai oleh Shogun yang bebas menentukan aturannya sendiri. Dampaknya, para penduduk Wano harus merasakan perbudakan yang dilakukan oleh Kaidou, bajak laut kejam yang bekerja sama dengan ShoOrochi untuk menguasai Wano.

Perbudakan di Wano terjadi di Udon, tepatnya di Penjara Tambang. Penjara ini berisi para pemberontak yang pernah melawan Orochi, Shogun Wano saat itu. Para tahanan dipaksa mengukir balok batu raksasa, lalu mengangkatnya ke kapal. Mereka hanya diberi satu kibi dang untuk setiap lima balok. Para tahanan mustahil bebas karena mereka dikalungi borgol yang siap meledak jika mereka kabur.

Di tempat lain, ada wilayah yang bebas hukum di Sabaody Archipelago, tepatnya di Grove 1. Wilayah ini memiliki bangunan yang merupakan pusat pelelangan budak. Para manusia yang berhasil diculik akan dilelang di tempat ini. Tiap calon budak punya harga awal yang berbeda-beda, tergantung dari ras, fisik, atau kekuatannya. Boa Hancock beserta saudaranya adalah korban dari rumah pelelangan ini. Aktivitas ini ditoleransi Pemerintah Dunia karena berada di wilayah yang bebas hukum, dan Marinir menyebutnya sebagai Kantor Keamanan Ketenagakerjaan Publik.

3. Penegakan hukum yang tidak adil

perbudakan yang dialami suku Tontatta (dok. Toei Animation/One Piece)

Larangan soal perbudakan tampaknya hanya menjadi isapan jempol belaka, mengingat Pemerintah Dunia masih belum adil dalam menegakkan hukum. Selain memberi Tenryuubito kekebalan hukum, pihak-pihak lain yang menguntungkan Pemerintah Dunia memiliki hak istimewa di sisi hukum. Contoh paling populer dari kasus ini adalah keberadaan para bajak laut yang menjadi anjing pemerintah, atau dikenal sebagai Shichibukai.

Seorang Shichibukai tidak lagi diawasi oleh Pemerintah Dunia. Mereka dianggap bukan pelanggar hukum meskipun mereka melakukan tindakan kriminal. Mereka boleh menghasilkan uang dengan cara tertentu dan punya otonomi atas operasi yang mereka lakukan. Mereka pun diberi akses ke sumber daya yang mustahil didapat oleh orang biasa. Akibatnya, Shichibukai menyalahgunakan hak istimewa mereka untuk kepentingan pribadi.

Doflamingo adalah Shichibukai yang memanfaatkan otonomi itu untuk memperbudak suku kurcaci atau Tontatta. Setelah merebut paksa takhta kerajaan Dressrosa dari keluarga Riku, Doflamingo mulai membangun bisnis senjata dan Buah Iblis SMILE. Doflamingo menculik 500 kurcaci dan memaksa mereka bekerja sebagai budak di Pabrik SMILE.

Kisah One Piece yang satu ini menunjukkan bahwa hukum adalah aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Bila hukum diabaikan atau tumpul di satu sisinya, artinya makna keadilan hanya menjadi omong kosong belaka. Dengan adanya Pemerintah Dunia yang tidak tegas terhadap hukum, banyak karakter anime One Piece yang harus menderita sebagai korban perbudakan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team