6 Prestasi Emma Stone, Terbaru Menang Golden Globe 2024

Setelah wara-wiri sebagai pemeran pendukung di beberapa film, seperti Superbad (2007), The House Bunny (2008), dan Paper Man (2009), Emma Stone mulai mendapat perhatian publik kala bermain dalam Zombieland (2009). Ia berperan sebagai Wichita, gadis yang bertahan hidup di tengah kiamat zombi bersama adik perempuannya. Di film arahan Ruben Fleischer tersebut, Stone beradu peran dengan sederet aktor papan atas, seperti Woody Harrelson, Jesse Eisenberg, dan Abigail Breslin.

Setelah Zombieland, Stone kembali mendapat tawaran main dalam film komedi bertajuk Easy A (2010). Film tersebut sukses besar dengan meraih 75 juta dolar AS di box office dengan anggaran 8 juta dolar AS. Penonton dan kritikus juga memuji akting Stone sebagai remaja penyebar rumor bernama Olive Penderghast dalam film tersebut.

Kerja kerasnya dalam Zombieland dan Easy A akhirnya berbuah manis. Pada 2011, ketika usianya masih belum genap 23 tahun, Stone meraih nominasi BAFTA Rising Star Award. Tak hanya itu, ia juga dinominasikan dalam Best Actress in a Motion Picture – Comedy or Musical di Golden Globe 2011 lewat perannya dalam Easy A.

Dua tahun setelah Easy A, Emma Stone dipercaya memerankan salah satu karakter ikonik Marvel, yakni Gwen Stacy, kekasih Peter Parker alias Spider-Man (Andrew Garfield), di waralaba The Amazing Spider-Man. Ia tampil di dua film, yakni The Amazing Spider-Man (2012) dan The Amazing Spider-Man 2 (2014). Keduanya berhasil meraup lebih dari 1,4 miliar dolar AS di box office global.

Dalam film tersebut, Emma Stone berhasil menampilkan karakter Gwen Stacy yang cerdas, berani, dan menyayangi Peter Parker. Bahkan, Gwen Stacy juga memiliki adegan kematian yang mengharukan dan berpengaruh besar bagi karakter Spider-Man ke depannya. Khususnya dalam salah satu film terlaris Marvel Cinematic Universe (MCU), yakni Spider-Man: No Way Home (2021).

Dua penghargaan bergengsi dan peran besar di film superhero tak serta merta membuat Emma Stone cepat berpuas diri. Ia mulai menantang dirinya untuk mengambil karakter yang lebih kompleks. Kesempatan tersebut datang lewat Alejandro G. Iñárritu, sineas asal Meksiko, yang menawarinya sebuah peran dalam filmnya yang berjudul Birdman or (The Unexpected Virtue of Ignorance) (2014).

Perannya sebagai Sam Thomson, mantan pecandu narkoba yang baru keluar dari rehabilitasi, disukai oleh juri Oscar yang memberinya nominasi Best Supporting Actress pada 2015. Meski tak menang, Stone berhasil bersanding dengan sederet nama mentereng di kategori tersebut, seperti Patricia Arquette (Boyhood), Laura Dern (Wild), Keira Knightley (The Imitation Game), dan Meryl Streep (Into the Woods).

Nominasi serupa kembali diraih Stone pada 2019, lewat film komedi hitam arahan Yorghos Lanthimos berjudul The Favourite (2018). Film tersebut bercerita tentang Lady Sarah Churchill (Rachel Weisz), bangsawan yang berambisi untuk menjadi orang favorit Ratu Anne (Olivia Colman). Namun, ambisinya terancam oleh kedatangan sepupunya yang miskin, Abigail Hill (Stone).

Tak bisa dimungkiri, puncak karier Emma Stone adalah ketika ia memenangkan Oscar untuk kategori Best Actress pada 2017 lewat film musikal La La Land (2016). Dalam film arahan Damien Chazelle ini, Stone berperan sebagai Mia, barista yang bermimpi menjadi aktris besar. Ia kemudian bertemu dan jatuh cinta dengan Sebastian, seorang pianis jazz, yang diperankan oleh Ryan Gosling.

Stone menyanyikan lagu-lagu sendiri dalam film ini, dan menunjukkan kemampuan aktingnya yang mengesankan dalam adegan-adegan dramatis maupun komedi. Karena itu, tak heran jika selain Oscar, aktingnya dalam La La Land juga membawa Stone meraih sejumlah penghargaan lain yang tak kalah bergengsi. Beberapa di antaranya yakni BAFTA, Golden Globe, SAG Awards, sampai Volpi Cup for Best Actress di Venice Film Festival 2016.

Emma Stone kembali mengambil tantangan besar ketika ia memerankan Cruella de Vil, salah satu villain paling ikonik dari Disney, dalam film live action Cruella (2021). Film ini menceritakan asal-usul Cruella, perancang busana eksentrik yang terobsesi dengan bulu anak anjing Dalmatian, dan bagaimana ia berubah menjadi sosok jahat yang dikenal.

Berbeda dari seniornya, yakni Glenn Glose dalam 101 Dalmatians (1996) dan 102 Dalmatians (2000), Emma Stone berhasil membawakan karakter ini dengan gaya, kecerdasan, dan "kegilaannya" sendiri. Aktingnya tersebut mendapat respons positif dari kritikus dan penonton, serta membuahkan nominasi Best Actress in a Motion Picture – Musical or Comedy di Golden Globe 2022.

Kejutan terbesar dalam Golden Globe 2024 datang dari kemenangan Emma Stone dalam Best Actress in a Motion Picture – Musical or Comedy lewat Poor Things (2023). Bagaimana tidak, Stone berhasil menyingkirkan salah satu kandidat terkuat, yakni Margot Robbie, yang dijagokan lewat Barbie (2023). Bahkan, Poor Things juga berhasil mengalahkan Barbie dan keluar sebagai Best Motion Picture – Musical or Comedy pada malam itu.

Salah satu alasan yang mungkin dapat menjelaskan kemenangan Stone adalah tantangan yang dijalaninya dalam Poor Things. Dalam film kedua kerja samanya dengan Yorgos Lanthimos tersebut, Stone harus menunjukkan perkembangan emosional dan intelektual dari karakter yang diperankannya, yakni Bella Baxter. Selain itu, para juri Golden Globe juga mungkin menganggap karakter Bella jauh lebih autentik dibandingkan Barbie yang cenderung komersial.

Dengan kemenangannya di Golden Globe 2024, serta nominasi Best Actress – Television Series Drama lewat The Curse (2023-sekarang) yang juga diraihnya malam itu, Stone tercatat telah mengantongi delapan nominasi dan dua penghargaan Golden Globe. Apakah selanjutnya ia akan memenangkan piala Oscar keduanya? Semoga!