"Mengapa Akhirnya Saya Menonton Drama Korea"

Pengalaman Pertama Nonton 'Doctor Romantic Teacher Kim'

Belakangan saya menonton drama seri Korea. Padahal saya sendiri sangat membenci drama seri Korea. Entah mengapa bisa demikian. Barangkali, bermula dari teman-teman lelaki saya yang akan membully orang yang senang menonton Korea.

Tapi kalau saya pikir lagi, saya membenci drama seri Korea karena mereka cuma jualan cowok dan cewek cantiknya saja. Saya sangat anti dengan jualan produksi macam itu. Ditambah cuma cerita-cerita cintanya yang menye-menye saja. Persis sinteron Indonesia (fans drama Korea jangan bully saya, saya newbie, kirim saja surat penggemar).

Tapi suatu waktu, saya dipaksa seorang teman untuk menonton satu judul. Persis agen MLM, teman saya ini sangat bergairah dan bersemangat sewaktu menjelaskan apa yang menarik dari drama ini. Seolah-olah itu wahyu dari langit yang harus segera saya tonton, agar saya bisa menyebarkannya kembali ke orang lain.

Judulnya Doctor Romantic Teacher Kim. Awalnya saya ogah-ogahan untuk mulai menonton. Saya pikir, ah paling cuma cinta-cintaan. Paling benci-bencian dulu trus jadi cinta (bumbu macam ini ada di drama ini).  Saya menonton dengan volume yang sangat kecil sekali. Agar tak terdengar tetangga kos. Maklum, sudah banyak laki-laki yang termarjinalkan hanya karena ketahuan menonton drama Korea.

Episode satu saya rasa lumayan. Kedua, ketiga, keempat, sampai episode ke sebelas saya masih rasa lumayan. Ini bukan lumayan, ini ketagihan. Walaupun bumbu drama cinta a la Koreanya sangat terasa, saya rasa tak masalah dengan itu. Saya selalu mempercepat bagian itu. Kecuali adegan ciuman.

Drama ini ceritanya soal kehidupan dokter dan pegawai rumah sakit kecil yang bertahan dari gempuran rumah sakit korporat (widih korporat). Ya korporat. Tokoh utamanya bernama Kim Sa bu . Eh atau siapa ya?  

Drama ini dibuka dengan cerita rumah sakit yang mendahulukan pasien VIP ketimbang pasien biasa. Sederhananya, pasien yang bayar lebih mahal bisa dirawat lebih dulu. Sedangkan pasien biasa menunggu sampai pasien VIP selesai. Atau sampai ada orang yang bisa merawatnya.

Kang Dong Joo waktu itu masih remaja. Ayahnya adalah korban dari sistem tadi. Sistem yang mendahulukan pasien VIP. Makanya, ayah Kang Dong Joo terlambat ditolong, padahal datang lebih dulu. Kemudian Kang Dong Joo muda mengamuk di rumah sakit tersebut. Sambil merusak beberapa barang milik rumah sakit.

Tak lama ada seorang dokter yang menenangkan Kang. Kemudian dia menasehati Kang agar balas dendam dengan cara yang beda. Bukan dengan kekerasan. Maka sejak saat itu Kang bertekad untuk menjadi dokter dan membuktikan kalau rumah sakit tersebut salah besar telah merendahkan orang. Paling tidak ini pikiran awal Kang. Cerita originnya rada mirip cerita silat ya. Bedanya Kang tidak malah jadi jago silat.

Beberapa tahun kemudian Kang tumbuh besar dan sudah menjadi dokter magang di rumah sakit itu. Dia bertemu dengan seorang dokter perempuan bernama Dokter Yoon (nah di sinilah bumbu benci jadi cinta itu). Karena suatu hal, dokter Yoon menghilang dari rumah sakit tersebut (saya tak mau merinci sebab bisa jadi spoiler nantinya).  

Lima tahun kemudian Kang dipindahkan karena suatu hal pula (lagi-lagi saya tak mau spoiler). Kemudian dia bertemu lagi dengan dokter yang menolongnya waktu itu.

Sebenarnya di atas adalah ringkasan dari episode-episode awal. Kalau mau tahu lebih lanjut ya nonton saja. Masa iya saya menuliskan semua isi naskahnya.

Apa yang membuat saya tertarik dari drama ini adalah adegan operasinya. Saya tak mengerti hal-hal yang berkaitan dengan kedokteran. Liat jarum suntik aja pingsan, apalagi bon berobat dari rumah sakit. Tapi di drama ini saya sangat terhibur dengan aksi operasi dan pengobatan yang dilakukan oleh tokoh-tokohnya. Mereka sangat cekatan. Apalagi sewaktu mereka membedah badan pasien.

Saya berpikir, jangan jangan ini berasal dari manga. Sebab rasanya sama seperti manga. Semuanya serba komikal namun tak berlebihan. Ketika saya cari di google saya tak menemukan referensi apapun yang mengatakan kalau drama ini berasal dari manga. Oke, mungkin cuma rasanya.

Hal lain yang saya suka adalah soal prinsip kedokterannya. Drama ini membangun prinsip kalau dokter yang baik itu adalah dokter yang menolong pasiennya. Tak peduli dia itu siapa, sewaktu mereka masuk rumah sakit atau unit gawat darurat mereka harus ditolong. Makanya ada saja cerita-cerita kegalauan tim rumah sakit ini. Macam ketika mereka sedang mengoperasi seorang pemerkosa. Atau sewaktu mereka sedang mengoperasi seorang tentara yang kabur dari unitnya. Kalau saya di posisi mereka saya akan mengabaikan pasien. Tapi tidak buat mereka.

Bagi mereka pasien nomor satu. Tak peduli interfensi dari luar, bahkan keluarga. Prinsip ini sangat konsisten ditunjukan oleh tokoh-tokoh di dalam drama ini. Walaupun ya itu tadi, ada saja kegalauan mereka ketika bertentangan dengan hati nurani mereka.

Tapi pada dasarnya apa yang mereka kerjakan adalah kerja-kerja yang menggunakan hati nurani. Namun seringkali mereka dihadapkan dengan kenyatan. Misalnya pada uang atau tagihan. Ada pasien yang tak mampu membayar perawatan. Padahal pasien tersebut harus dirawat segera. Kalau tidak pasien bisa meninggal.

Ternyata drama ini pun tak bisa lari dari kenyataan itu. Drama ini tak bisa menawarkan solusi untuk masalah soal uang. Barangkali ini kritik untuk pemerintah Korea atau dunia agar memperhatikan tunjangan kesehatan untuk rakyat. Sebab meskipun dokter sudah bekerja sepenuh hati, tapi kenyataannya ada saja perawatan-perawatan yang membutuhkan modal. Saya rasa menteri kesehatan harus menonton ini. Tidak, semua menteri termasuk menteri pendidikan harus menonton drama ini. Kalau perlu dijadikan kurikulum di setiap sekolah. Tentunya, disensor dulu soal cinta menye-menyenya.

Rambo Photo Writer Rambo

Penulis Ronin yang bergerilya dari blog ke blog

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya