Studio: ROCK’N ROLL MOUNTAIN (100 Meters)
Sutradara: Kenji Iwaisawa (100 Meters dan Hina is Beautiful)
Penulis naskah: Kenji Iwaisawa
- Komposer: GRANDFUNK, Tomohiko Banse, Wataru Sawabe
4 Rekomendasi Anime dengan Visual Rotoscope seperti 100 Meters

- Film anime 100 Meters menampilkan teknik rotoscope yang unik dan jarang digunakan dalam anime Jepang. Namun, ia mirip dengan beberapa karya lain yang juga memakai gaya visual eksperimental dan realistis.
- Anime seperti On-Gaku: Our Sound, The Case of Hana and Alice, Flowers of Evil, dan Ghost Cat Anzu menjadi contoh menonjol yang berhasil memadukan rotoscope dengan narasi kuat, emosional, serta karakter.
- Keempatnya menunjukkan bahwa rotoscope bisa menghadirkan pengalaman visual berbeda, artistik, dan memikat penonton meski gayanya tidak konvensional dalam dunia animasi Jepang.
Film anime 100 Meters dari Kenji Iwaisawa hadir di bioskop dan memanjakan mata audiens Indonesia sejak 7 November 2025. Ia mengusung visual dan animasi rotoscope. Rotoscope sendiri berarti teknik animasi yang menjiplak (tracing) gerakan dari video live action. Teknik ini sebenarnya memang tidak terlalu populer dalam medium animasi Jepang, tetapi tetap menarik untuk disimak. Kalau kamu menyukai anime rotoscope layaknya 100 Meters, berikut rekomendasi anime yang bisa kamu tonton juga!
1. On-Gaku: Our Sound (2019)

On-Gaku: Our Sound merupakan film debut Kenji Iwaisawa. Ia dikenal dengan animasi-animasi pendeknya, seperti Fukurai-cho, Tunnel Roji no Otoko, dan Big Boss. Film nomine Best Independent Animated Feature pada ajang Annie Awards 2021 dan Best Animation Film pada ajang Mainichi Film Awards 2020 ini diadaptasi dari manga Ongaku to Manga karya Hiroyuki Ohashi. On-Gaku: Our Sound diproduksi dari proyek urun dana (crowdfunding) yang terkumpul lebih dari 4 juta yen (Rp434 juta) dan memakan waktu 7 tahun pengerjaan serta lebih dari 40 ribu gambar.
On-Gaku: Our Sound berfokus pada Kenji, Asakura, dan Ota, tiga preman sekolah. Menghabiskan waktu sehari-hari dengan nongkrong dan berantem, kehidupan mereka bertiga tiba-tiba berubah setelah mencuri instrumen musik. Mereka memutuskan untuk membentuk sebuah band meski tak punya kemampuan dan latar belakang dalam bermusik.
2. The Case of Hana and Alice (2015)

Sutradara kondang Shunji Iwai melebarkan sayapnya ke dunia animasi dengan menggarap The Case of Hana and Alice sebagai proyek animasi debutnya. The Case of Hana and Alice sendiri merupakan prekuel dari film live action Hana and Alice yang dirilis pada 2004. Film ini dinilai oleh banyak orang sebagai salah satu judul yang memopulerkan rotoscope dalam medium anime.
The Case of Hana and Alice bercerita tentang Tetsuko Arisugawa atau Alice, remaja yang baru pindah ke SMP Ishinomori. Di sana, ada rumor aneh dan mengerikan tentang seorang siswa bernama Judas yang dibunuh oleh keempat istrinya. Alice juga bertemu dengan tetangganya yang kebetulan juga teman sekelasnya yang hikikomori, Hana Arai. Mereka lantas memutuskan untuk menginvestigasi rumor tersebut bersama-sama sehingga bibit-bibit persahabatan mulai tumbuh di antara mereka.
Studio: Steve N’ Steven
Sutradara: Shunji Iwai (film live action Love Letter dan All About Lily Chou-Chou)
Penulis naskah: Shunji Iwai
- Komposer: Shunji Iwai
3. Flowers of Evil (2013)

Anime pertama dalam sejarah yang memakai rotoscope sepenuhnya adalah Flowers of Evil. Namun, oleh karena itu juga, anime ini sayangnya kurang disambut dengan hangat oleh para penonton. Penyebabnya karena para penonton belum familier dengan gaya visual dan animasi seperti itu. Terinspirasi dari buku Les Fleurs du mal milik Charles Baudelaire, serial manga Flowers of Evil diciptakan oleh Shuzo Oshimi (Blood on the Tracks dan Inside Mari) dan dipublikasikan bulanan dalam majalah Bessatsu Shōnen Magazine milik Kodansha pada September 2009—Mei 2014.
Flowers of Evil berkisah tentang Takao Kasuga, remaja pencinta Les Fleurs du mal. Suatu hari, ia menemukan dan mencuri baju olahraga Nanako Saeki, teman sekelas sekaligus gadis yang disukainya. Akan tetapi, teman sekelasnya yang lain, Sawa Nakamura, memutuskan untuk memerasnya. Takao lantas harus mematuhi semua perintah Nanako atau rahasia joroknya dibocorkan.
Studio: ZEXCS (Backflip!! dan The Great Passage)
Sutradara: Hiroshi Nagahama (Mushishi dan Detroit Metal City)
Penulis naskah: Aki Itami (Forest of Piano dan Nijiro Days)
- Komposer: Hideyuki Fukasawa (GNOSIA dan donghua To Be Hero X)
4. Ghost Cat Anzu (2024)

Baru-baru ini, kita juga disuguhi dengan satu film anime dengan rotoscope berjudul Ghost Cat Anzu. Film ini diangkat dari serial manga berjudul sama milik Takashi Imashiro yang diterbitkan oleh Kodansha dalam majalah Comic BomBom pada 2006/2007. Ghost Cat Anzu pertama kali diumumkan sebagai proyek Work in Progress pada ajang Annecy International Animation Film Festival 2023.
Ghost Cat Anzu berkisah seputar Karin, gadis berusia 11 tahun yang ditinggalkan oleh ayahnya untuk diurus oleh kakeknya di pedesaan. Kakeknya meminta roh kucing antropomorfik bernama Anzu untuk berteman dengannya. Meski awalnya tak akur, Karin dan Anzu perlahan mendekat satu sama lain dengan kekocakan dan keseruan dalam keseharian mereka.
Studio: Miyu Productions (Daisy’s Life) dan Shin-Ei Animation (The Dangers in My Heart dan Teasing Master Takagi-san)
Sutradara: Nobuhiro Yamashita (film live action Linda Linda Linda dan Let’s Go Karaoke!) dan Yoko Kuno (sutradara episode 11 Land of the Lustrous dan episode 7 BEASTARS)
Penulis naskah: Shinji Imaoka
- Komposer: Keiichi Suzuki (Land of the Lustrous dan Tokyo Godfathers)
Keempat anime di atas menawarkan gaya visual dan animasi yang mirip dengan 100 Meters. Kalau kamu suka dengan 100 Meters, jangan lupa untuk nonton keempat judul ini. Jadi, mana anime yang mau kamu tonton terlebih dulu? Tulis pilihan kamu di kolom komentar, ya!


















