8 Rekomendasi Film Berlatar Negara Balkan, Kaya Sejarah!

Circles dimulai dengan keputusan Marco, seorang tentara Serbia menyelamatkan tetangga muslimnya dari tiga tentara Serbia lain yang menyiksanya. Kematian Marco di tangan tiga rekan tentaranya meninggalkan luka di keluarga dan orang terdekatnya hingga beberapa generasi berikutnya. 

Di sisi lain, sang tetangga muslim yang diselamatkan Marco berusaha menebus pengorbanan si pemuda. Sinema Balkan ini digarap oleh sutradara Serbia, Srdan Golubovic yang pernah sukses lewat The Trap. 

Adegan film Enclave dibuka dengan adegan pembacaan esai oleh seorang bocah bernama Nenad tentang kematian kakek kesayangannya. Di sinilah, penonton diajak mengikuti berbagai tantangan yang harus dilalui Nenad sebagai bagian dari minoritas Kristen Serbia di Kosovo yang mayoritas beretnis Albania dan memeluk agama muslim. 

Bersama beberapa rekan muslimnya, Nenad berusaha mencari cara agar sang kakek bisa dikuburkan dengan layak. Selain mengangkat isu ketegangan antar etnik, film ini juga menyadarkan kita betapa perang dan kekerasan sangat mudah memengaruhi mental anak-anak. 

Shok adalah film pendek yang berhasil menyabet nominasi Oscar di tahun 2015. Ia ditulis oleh sutradara Jamie Donoughue dari kisah nyata seorang pria penyintas perang Kosovo. Nama sang pria disamarkan menjadi Petrit yang di tahun 1990-an masih berusia anak-anak. Petrit dan sahabatnya, Oki tinggal tentram di sebuah pemukiman etnis Albania di Kosovo.

Namun, hidup mereka berubah ketika perang pecah dan keluarga mereka dipaksa pindah dari wilayah pemukiman tersebut. Durasinya hanya 20 menit, tetapi siap membuatmu menangis memikirkan bagian terakhirnya.

Beda dengan kebanyakan film perang Balkan yang diambil dari sudut pandang korban dari Kosovo dan Bosnia, The Load mengambil sudut pandang seorang supir truk asal Serbia yang harus tetap bekerja di tengah pemboman kota Belgrade oleh NATO saat terjadi Perang Kosovo-Serbia di tahun 1999.

Film atmosferik berdurasi 93 menit ini mencoba memotret kejahatan perang Serbia dari sudut pandang rakyat sipil yang tak tahu apa-apa. Meski bersih dari adegan kekerasan, penonton akan tetap bisa merasakan horor dan kengerian perang di beberapa adegan. 

Men Don't Cry mengangkat isu trauma pasca perang yang menghinggapi para penyintasnya, tetapi dianggap tabu karena tuntutan bersikap maskulin. Seperti kita tahu, tak hanya luka fisik, banyak penyintas perang yang mengalami berbagai masalah kesehatan mental tanpa pertolongan selama bertahun-tahun. 

Semuanya dikemas lewat sebuah seminar konseling yang diselenggarakan seorang psikolog asal Slovenia di sebuah hotel di pegunungan Bosnia. Dengan dialog yang mengena, film ini sukses menampar pihak-pihak yang masih mengglorifikasi peperangan. 

Exile berlatarkan Jerman dengan lakon seorang imigran Kosovo bernama Xhafer yang merasa mendapat perlakuan diskriminatif dari orang-orang lokal di sekitarnya. Mulai dari tetangga, petugas administrasi, sampai kolega-koleganya di kantor. 

Film ini bergenre psychological-thriller dengan konteks sejarah dan social commentary yang menawan. Plotnya beda dengan laju yang pas dan akhir yang tak tertebak. Tak heran kalau ia jadi salah satu favorit di Sundance 2020. 

Quo Vadis Aida? adalah salah satu nominee Oscar di tahun 2021. Ia mengikuti sudut pandang, Aida, seorang guru yang kemudian membantu PBB menjadi interpreter untuk misi perdamaian di Bosnia.

Latarnya tahun 1995 ketika terjadi pembunuhan massal di Srebrenica yang dilakukan tentara Serbia pada ribuan anak laki-laki dan pria dewasa beretnis Bosnia. Meski tak menang Oscar, film ini menyabet gelar film terbaik di European Film Awards ke-34 yang berlangsung pada Desember 2021. 

Hive menjadi film pertama dalam sejarah yang berhasil menyabet tiga penghargaan sekaligus di Cannes yaitu Audience Award, Grand Jury Prize, dan Directing Award. Ia juga sempat diajukan Kosovo sebagai perwakilan negara di ajang Academy Awards 2022, tetapi tak berhasil masuk nominasi. 

Hive berkisah tentang Fahrije, seorang perempuan yang harus mendobrak tradisi di Kosovo yang tidak mengizinkan perempuan bekerja di luar rumah. Ini terpaksa ia lakukan setelah suaminya menghilang dalam perang di tahun 1999. Bersama para penduduk perempuan lain yang kebanyakan juga berstatus janda, ia membangun usaha makanan lokal. 

Rekomendasi film berlatar negara Balkan di atas kaya sejarah dan social commentary. Tak hanya menghibur, tetapi membuka mata dan mengasah empati. Menyadarkan kita kalau tak ada sama sekali yang indah dari peperangan.