Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
A Short Film About Killing (dok. Janus Films/A Short Film About Killing)

Intinya sih...

  • Eternity and a Day (1998): Film kontemplatif yang menawarkan sinematografi menawan dan alur tak tertebak.

  • A Short Film About Killing (1988): Film revolusional dengan fokus pada proses peradilan dan detik-detik eksekusi mati pelaku.

  • Close-Up (1990): Film revolusional yang membingungkan dengan batas antara kenyataan dan fiksi yang kabur.

Apakah kamu salah satu yang merasa kalau makin banyak film baru yang ceritanya tertebak dan kelewat sederhana? Bukan gayanya yang minimalis, melainkan kelewat mudah dicerna sampai-sampai kamu curiga mereka memang sengaja didesain untuk mudah dipahami.

Ada yang bilang ini salah satu dampak dari krisis berpikir kritis pada era modern. Semua serba harus serba jelas dan cepat, sebab manusia pada umumnya sudah kehilangan kemampuan konsentrasi. Entah argumen ini benar-benar tepat atau tidak, gak ada salahnya untuk terus mengasah kemampuan berpikir kritis. Enam rekomendasi film lawas untuk asah critical thinking berikut ini bisa jadi jawabannya. Dibuat dengan seksama, durasinya mungkin sedikit mengintimidasi, tetapi kalau kamu bisa menyelesaikannya, rasa puas bakal menyelubungi hati.

1. Eternity and a Day (1998)

Eternity and a Day (dok. Paradis Films/Eternity and a Day)

Eternity and a Day adalah film kontemplatif karya sutradara Yunani, Theo Angelopoulos yang terkonsentrasi pada Alexandros (Bruno Ganz), penulis yang mengalami kesepian akut sepeninggal istrinya. Satu hari, ia didiagnosa mengidap penyakit mematikan dan hidupnya diprediksi tak akan lama. Saat berusaha menyelesaikan tanggungan-tanggungan yang masih tersisa, ia tak sengaja bertemu dengan bocah imigran ilegal asal Albania di Tessaloniki.

Merasa tak tega, Alexandros pun menolong bocah itu bahkan menyembunyikannya dari polisi. Perlahan, persahabatan pun terbentuk di antara dua orang asing itu. Sinematografi yang menawan dan pelintiran alur yang tak tertebak bikin film ini jadi salah satu yang menggelitik otak.

2. A Short Film About Killing (1988)

A Short Film About Killing (dok. Janus Films/A Short Film About Killing)

Film lawas lain yang wajib kamu tonton untuk mengasah kemampuan berpikir kritis adalah A Short Film About Killing garapan Krzysztof Kieślowski. Lajunya cukup lambat, tetapi kalau kamu mau bersabar ini bakal jadi salah satu film paling revolusional yang pernah kamu tonton. Kieślowski akan memperkenalkanmu pada dua protagonis sekaligus, seorang sopir taksi dan pemuda yang penuh amarah.

Setelah mengikuti aktivitas mereka secara terpisah, keduanya dipertemukan saat sang pemuda jadi penumpang taksi. Namun, tak berapa lama, sang pemuda membunuh si sopir dan membuatnya terjerumus ke dalam penjara. Di sinilah, kamu dibikin heran dan bertanya-tanya. Sang sineas tak pernah menjawab motif pembunuhan dan justru fokus pada proses peradilan serta detik-detik eksekusi mati sang pelaku.

3. Close-Up (1990)

film Close-Up (dok. Janus Films/Close-Up)

Close-Up juga film yang cukup revolusional dan menggelitik otak. Dibikin Abbas Kiarostami pada 1990, film ini mengikuti proses peradilan seorang pria yang menipu satu keluarga. Ia memanipulasi keluarga itu dengan menyakinkan mereka kalau ia adalah seorang sutradara terkenal yang sudah pernah merilis film. Ia kemudian menawarkan mereka untuk jadi bintang di film yang sedang dalam proses pra-produksi.

Saat keluarga ini sadar mereka sudah ditipu mentah-mentah, mereka melaporkan sang pemuda ke polisi. Dibikin dengan format dokumenter, kamu pun dibikin kebingungan sendiri. Batas antara kenyataan dan fiksi kabur di film ini.

4. Stranger Than Paradise (1984)

Stranger Than Paradise (dok. Criterion/Stranger Than Paradise)

Stranger Than Paradise adalah tipe film yang susah ditebak ke mana arahnya. Agak absurd, tapi terasa lekat dengan realitas banyak orang, terutama anak muda yang masih mencari arah hidup. Film ini berkutat pada dua sobat, Willie (John Lurie) dan Eddie (Richard Edson) serta sepupu Willie, Eva (Eszter Balint).

Pertemuan pertama mereka terjadi saat Eva baru saja pindah dari Hungaria ke Amerika Serikat untuk tinggal bersama salah satu kerabatnya di Cleveland. Sembari menunggu penerbangan, ia mampir ke apartemen Willie di New York untuk numpang istirahat. Tak banyak yang terjadi saat itu selain obrolan-obrolan tak jelas. Setahun kemudian, mereka kembali dipertemukan saat Willie dan Eddie terlibat masalah dan akhirnya meminta bantuan Eva yang kini sudah bekerja di sebuah resto cepat saji. Meski terlihat sepele dan minimalis, elemen ketidakpastian dan beberapa kritik soal “American Dream” bikin film ini cukup kontemplatif dan unik.

5. Come and See (1985)

Come and See (dok. Criterion/Come and See)

Bersiaplah ditampar oleh film lawas Come and See. Bukan untuk yang berhati lemah, film garapan Elem Klimov ini mengikuti perspektif Flyora (Aleksei Kravchenko), bocah naif yang dengan girangnya memilih jadi bagian dari pasukan gerilya Soviet pada Perang Dunia II. Berharap bakal jadi pahlawan, yang terjadi justru sebaliknya. Ia harus menyaksikan berbagai kengerian tak berujung.

Termasuk fakta bahwa desanya dibakar habis oleh Nazi karena sebagian dari penduduknya terbukti tergabung dalam upaya pemberontakan. Jangan harap kamu bakal menemukan adegan heroik ala film-film perang. Sebaliknya, ini adalah tamparan keras yang mungkin akan mengubah opinimu selamanya soal perang dan penggunaan kekerasan dalam penyelesaian konflik.

6. The Sacrifice (1986)

The Sacrifice (dok. MUBI/The Sacrifice)

The Sacrifice adalah film terakhir Andrey Tarkovsky yang ia buat sebelum tutup usia. Ia akan mengajakmu menyelami semesta surealis bersama seorang pria kelas atas Swedia yang tinggal bersama istri dan putra tirinya di sebuah rumah mewah. Satu hari hidupnya yang tenang terusik isu Perang Dunia III.

Ancaman perang nuklir pun makin dekat dan nyata, hingga membuatnya mulai kehilangan kewarasan. Ia tak lagi percaya dengan kata-kata bijak yang keluar dari sesama manusia, kehilangan konsentrasi dan fokus, dan pada akhirnya melakukan hal di luar nalar tanpa bisa mengontrolnya. Film ini sarat adegan surealis dan simbolik yang bakal menantang kemampuan analisa mandirimu.

Tertantang buat nonton semua rekomendasi film lawas untuk asah critical thinking? Pastikan punya waktu luang, dan jangan lupa buat simpan dulu ponsel pintarmu yang penuh distraksi itu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team