[REVIEW] Ant-Man and the Wasp: Quantumania, Terburuk setelah Eternals?

Film apa yang paling berpengaruh dalam Marvel Cinematic Universe (MCU)? Kebanyakan fans pasti langsung menjawab Avengers: Endgame (2019). Yap, beberapa tahun berlalu, namun sejumlah pertanyaan terkait peristiwa dalam film ini selalu saja menggelitik. Salah satunya adalah, apa yang akan terjadi jika Scott Lang alias Ant-Man (Paul Rudd) tak terbebas dari Quantum Realm?
Namun, tentu saja hal itu tak terjadi. Berkat Scott, para Avengers dapat kembali ke masa lalu untuk mengumpulkan Infinity Stones dan mengalahkan Thanos (Josh Brolin). Melihat jasanya yang besar tersebut, tak mengherankan jika Marvel Studios kembali membuat film ketiga Ant-Man yang bertajuk Ant-Man and the Wasp: Quantumania (2023).
Tayang sejak 15 Februari kemarin di bioskop Indonesia, film pembuka MCU Phase 5 ini mendapat tanggapan yang beragam dari para kritikus. Sebagian memuji penampilan Jonathan Majors sebagai villain, sementara sebagian lagi mengutuk jalan ceritanya yang dangkal. Bahkan, film ini dicap sebagai film MCU terburuk setelah Eternals (2021).
Daripada bimbang sebelum menontonnya, review film Ant-Man and the Wasp: Quantumania di bawah ini dapat kamu simak sebagai referensi. Menurut penulis, ada beberapa alasan mengapa film arahan Peyton Reed ini masih layak kamu tonton, lho!
1. Apa yang terjadi pada Scott Lang setelah peristiwa Avengers: Endgame?

Disadari atau tidak, penggemar harus menunggu empat tahun untuk melihat Paul Rudd kembali beraksi sebagai Scott Lang alias Ant-Man di layar lebar. Mengesampingkan peristiwa yang terjadi di Phase 4, muncul pertanyaan menarik, apa yang dilakukan sang protagonis selama selang waktu tersebut?
Jawabannya adalah mencicipi ketenaran. Yap, Scott tetaplah Scott. Kini, setelah dunia aman dari ancaman Thanos (Josh Brolin), Scott beralih profesi menjadi penulis memoar berjudul Look Out for the Little Guy!. Di sisi lain, Cassie Lang (Kathryn Newton), sang anak, sibuk menjadi vigilante sambil sesekali menyindir Scott tentang tugas sebenarnya dari Avengers.
Namun, masalah datang ketika alat canggih buatan Cassie—yang seharusnya memetakan Quantum Realm—menerima sinyal misterius dari tempat tersebut. Tak ayal, hanya dalam hitungan detik, alat itu menyedot Scott, Cassie, Hope (Evangeline Lilly), Janet (Michelle Pfeiffer), dan Hank (Michael Douglas) dan melemparkan mereka ke Quantum Realm.
2. Lupakan Quantum Realm yang lama, sambutlah Quantum Realm yang baru!

Sebagai fokus utama, menghadirkan penampakan Quantum Realm seperti film-film sebelumnya (baca: dimensi kosong dengan "langit" jingga yang berkilauan) tentu bukan ide bagus. Karenanya, Marvel Studios mengajak penonton untuk menjelajahi sisi lain Quantum Realm yang memiliki peradaban—seperti perpaduan unik antara Strange World dan Star Wars.
Namun, seperti kehidupan lain di multiverse, Quantum Realm juga memiliki problemnya sendiri. Saat kelima superhero terdampar di sana, mereka bertemu dengan dua kubu politik, yang mendukung dan yang tidak mendukung rezim sewenang-wenang Kang the Conqueror (Jonathan Majors).
Keberadaan Scott dkk. di Quantum Realm dengan cepat diendus oleh Kang dan antek-anteknya. Alih-alih dianggap sebagai ancaman, Scott, di bawah ancaman Kang akan membunuh Cassie, dipaksa melakukan misi berbahaya yang menentukan nasib multiverse.
3. Rahasia Janet van Dyne dan peran Quantum Realm dalam multiverse terungkap

Seperti yang kamu ketahui, Janet Van Dyne menghabiskan tiga dekade di Quantum Realm. Lantas, bagaimana dia bisa bertahan (baca: sehat jasmani dan rohani) di dimensi itu? Pertanyaan ini secara tidak langsung terjawab dalam Ant-Man and the Wasp: Quantumania.
Selain itu, berbagai misteri seputar Quantum Realm juga perlahan terungkap dalam film ini. Tentang bagaimana ruang dan waktu bekerja di Quantum Realm dan posisinya di multiverse. Semua itu berkat penjabaran yang dilakukan oleh sang penulis naskah, Jeff Loveness (Rick and Morty), yang mudah dipahami oleh penonton awam meski mengandung istilah-istilah ilmiah.
Sayangnya, ada sejumlah pertanyaan yang belum terjawab. Salah satunya mengenai asal muasal makhluk di Quantum Realm, terutama yang berwujud manusia seperti Quaz (William Jackson Harper) dan Lord Krylar (Bill Murray).
Apakah mereka juga manusia yang tersesat seperti Kang? Semoga pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa terjawab di film-film MCU berikutnya, ya.
4. Hadirkan drama keluarga dengan skala yang lebih besar, apakah efektif?

Tak bisa dimungkiri, selama ini, seri film Ant-Man dikenal sebagai film keluarga. Jauh dari kesan serius seperti seri film Captain America dan Doctor Strange, misalnya.
Sebagai film yang memperkenalkan villain yang digadang-gadang akan menjadi ancaman terbesar di The Multiverse Saga, yakni Kang, peningkatan skala dan anggaran (diprediksi menghabiskan biaya produksi sekitar 200 juta dolar AS) tentu tidak mengejutkan.
Hal yang menjadi pertanyaan adalah, apakah skala besar (baca: aksi, setting, desain produksi, dll.) memengaruhi nuansa drama keluarga yang menjadi ciri khas seri film Ant-Man? Jawabannya adalah iya, tapi masih bisa dimaafkan.
Penulis secara pribadi menerima apa yang ditawarkan Ant-Man and the Wasp: Quantumania daripada Thor: Love and Thunder (2022), yang secara tone terkesan tidak konsisten. Setidaknya, film arahan Peyton Reed ini tetap menghibur lewat visual, lawakan, dan dua atau tiga momen epik, meski bobot emosional harus dikorbankan.
5. Jonathan Majors curi perhatian, Kathryn Newton jadi "visual" dalam Ant-Man and the Wasp: Quantumania

Sementara Paul Rudd, Evangeline Lilly, dan Michael Douglas tampak bersenang-senang, Michelle Pfeiffer memamerkan penampilan berkelas. Aktris peraih tiga nominasi Oscar tersebut mampu menghidupkan sisi badass dan misterius dari Janet. Interaksinya dengan dua "karakter krusial" pun terlihat menarik dan menimbulkan rasa tegang.
Tampil sebagai Nathaniel Richards alias He Who Remains di Loki (2021-sekarang), Jonathan Majors sangat cocok memerankan Kang the Conqueror. Di tangannya, Kang menjadi penjahat yang mengintimidasi dan bermasalah secara psikis.
Mungkin, setelah menonton Ant-Man and the Wasp: Quantumania, muncul pertanyaan, kenapa Kang bisa dikalahkan dengan begitu mudah? Jangan khawatir, kegusaranmu akan terjawab oleh post-credit scene pertama.
Masalah justru datang dari Kathryn Newton. Secara visual, penulis yakin kalau Newton bisa meluluhkan hati para fanboy MCU di luar sana. Namun, bintang Pokémon Detective Pikachu (2019) itu tampak canggung berakting dengan nama besar lainnya.
Namun, menurut penulis itu hanya masalah jam terbang. Semakin sering Newton berperan sebagai Cassie Lang di film atau serial MCU berikutnya (ada rumor yang mengatakan kalau ia dipersiapkan sebagai Young Avengers), chemistry-nya dengan pemain lain pun akan semakin solid. Setuju?
Secara keseluruhan, Ant-Man and the Wasp Quantumania merupakan film MCU yang menghibur lewat gelaran aksi, visual, komedi, serta penampilan Pfeiffer dan Majors yang berkelas.
Meski terdapat beberapa kekurangan, seperti bobot emosional dan akting canggung dari Kathryn Newton, film ini masih layak masuk watchlist-mu di bulan Februari ini, lho.