Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[REVIEW] Bleach: Thousand-Year Blood War Part 3–Adaptasi Sempurna!

Bleach: Thousand-Year Blood War (dok. Pierrot/Bleach: Bleach: Thousand-Year Blood War)
Intinya sih...
  • Bagian ketiga Bleach: Thousand-Year Blood War (2024) menyelesaikan penayangan pada Desember lalu.
  • Adaptasi anime ini memperbaiki cerita diburu-buru dari versi manga dengan adegan orisinal yang membuatnya lebih baik.
  • Visual dan animasi memukau, tetapi terdapat beberapa adegan CGI yang kurang maksimal.

Bagian ketiga Bleach: Thousand-Year Blood War (2024) baru menyelesaikan masa penayangan pada akhir Desember lalu (28/12/2024). Meski sudah lebih dari 1 pekan berlalu, hype dari anime ini masih sangat terasa. Cerita dari bagian ketiga ini jelas disiapkan untuk mengawali bagian berikutnya yang jadi ending dari anime adaptasi manga Tite Kubo ini.

Seperti bagian sebelumnya, bagian ketiga ini juga mencoba memperbaiki cerita yang diburu-buru dari versi manga. Lantas, bagaimana eksekusinya? Yuk, simak ulasan Bleach: Thousand-Year Blood War Part 3 dari penulis di bawah ini!

1. Bagian ketiga menceritakan tentang serangan balik para Shinigami untuk menghentikan rencana jahat Yhwach

cuplikan Ichigo vs. Yhwach (dok. Pierrot/Bleach: Bleach: Thousand-Year Blood War)

Meneruskan dari bagian keduanya, Yhwach dan pasukan Schutzstaffel berhasil mengalahkan Royal Guard dan menyerap kekuatan Soul King. Para Shinigami yang tersisa mempersiapkan rencana untuk menyerang para Quincy dan menghentikan Yhwach yang mencoba menyatukan semua semesta menjadi satu. Ichigo Kurosaki juga harus berhadapan dengan Uryu Ishida yang mendadak membelot ke pihak Yhwach.

Dari segi alur cerita, Bleach: Thousand-Year Blood War Part 3 ini sudah tidak diburu-buru seperti bagian sebelumnya. Cerita sedikit diubah dari versi manga dengan penambahan adegan orisinal yang membuatnya jauh lebih baik. Sebagai contoh, ada adegan orisinal pertarungan Renji Abarai dan Uryu Ishida pada episode ketujuh. Karakter sampingan, seperti para Visored, Momo Hinamori, dan Sui Feng, juga dapat peran yang lebih banyak. 

2. Cerita gak hanya berfokus pada Ichigo. Banyak karakter sampingan dapat pengembangan karakter seru untuk diikuti

Kisah masa lalu Bazz-B dan Jugram mencuri perhatian. (dok. Pierrot/Bleach: Bleach: Thousand-Year Blood War)

Meski cerita utamanya masih seputar medan peperangan yang kian memanas dan menuju puncak, penokohan para karakternya juga gak ditelantarkan. Karena menampilkan adegan pertarungan dari banyak karakter, kita malah disuguhkan cerita mendalam tentang para karakter sampingan melalui cerita kilas balik. Perlahan, semua misteri mereka selama ini mulai terkuak.

Beberapa perkembangan karakter yang menarik pada bagian ini ada Bankai Shunsui Kyoraku, penyakit Jushiro Ukitake, sampai hubungan Nemu dan Mayuri Kurotsuchi. Pada pihak musuh, kita akhirnya tahu masa lalu Yhwach dan apa yang memotivasinya sampai sejauh ini. Ada pula kisah tragis Jugram Haschwalth dan Bazz-B. Namun, karakter utamanya, Ichigo, malah berasa kurang menonjol. 

3. Kualitas animasi dan visual dari bagian ketiga masih tetap epik dan memanjakan mata, tapi ada beberapa adegan dengan CGI buruk

Bankai Ichibe yang punya efek visual memukau. (dok. Pierrot/Bleach: Bleach: Thousand-Year Blood War)

Sejak bagian pertamanya, Bleach: Thousand-Year Blood War memang sudah menghadirkan visual dan animasi yang memukau. Animasi pertarungan yang luwes punya berbagai efek keren. Kualitas visualnya pun gak hanya mirip gaya gambar Kubo dalam manga, tapi juga dibalut dengan pewarnaan yang pas. Bagian ketiga ini menjadi puncak pertarungan para Shinigami dan Quincy. Tentunya banyak adegan pertarungan terbaik dari manga yang diantisipasi. Bankai Kyoraku Shunsui, Bankai Ichibē Hyōsube, sampai Shunkō: Raijin Senkei dari Yoruichi Shihōin terasa yahud banget.

Selain animasi tradisional, ia juga memadukan CGI untuk membuat efeknya lebih baik. Sayangnya, ada beberapa adegan CGI yang kurang maksimal, bahkan terlihat buruk. Wujud tangan raksasa dari Pernida Parnkgjas, misalnya, terlihat terlalu artifisial dengan gerakan CGI yang kaku. Namun, ia dibayar pada beberapa episode terakhir yang kualitas visualnya terasa seperti sebuah film anime dengan biaya produksi tinggi.

4. Selain lagu pembuka dan penutup yang enak didengar, musik soundtrack yang megah membuat adegan semakin epik

cuplikan lagu pembuka bagian ketiga (dok. Pierrot/Bleach: Bleach: Thousand-Year Blood War)

Sejak dulu, Bleach memang gak pernah mengecewakan kalau soal soundtrack. Untuk lagu opening dan ending, ia masih menghadirkan komposisi yang sama. Lagu pembuka terasa bersemangat dan lagu penutupnya santai, tapi penuh makna. Lagu pembuka "Without Any Words" dari SIX LOUNGE sangat catchy dan enak didengar, khas lagu pembuka Bleach. Sementara, untuk lagu penutup bertajuk "Monochrome" dari suisoh lebih easy listening, tapi juga punya makna yang mendalam. Sang pencipta lagu adalah penggemar Bleach yang membuat lagu ini berdasarkan para karakter Bleach.

Pemberian soundtrack dalam adegan pertarungan juga patut diacungi jempol. Kamu bisa mendengar iringan musik orkestra epik yang menggelegar sampai efek unik dari tiap kekuatan karakter. Saat Kyoraku melepaskan Bankainya, misalnya, muncul efek suara kakegoe yang sangat pas dengan tema Bankai tersebut.

5. Ganti sutradara baru, ia kembali ke format lama Bleach yang membuat pertarungan jadi lebih terasa menegangkan

cuplikan pertarungan Ichigo dan Ishida (dok. Pierrot/Bleach: Bleach: Thousand-Year Blood War)

Pada bagian ketiga ini, Pierrot menunjuk sutradara baru, Hikaru Murata, untuk proyek adaptasi Bleach: Thousand-Year Blood War Part 3. Lewat tangan dinginnya, ia berhasil meneruskan adaptasi yang sebelumnya dipegang Tomohisa Taguchi ini dengan sempurna. Beda dengan sebelumnya, Murata membagi tiap pertarungan menjadi beberapa episode dengan menggabungkan 2 atau 3 pertarungan sekaligus, seperti pada seri anime orisinalnya. Ini membuat pacing menjadi lebih baik dan tidak terasa singkat seperti pada bagian kedua kemarin.

Selain itu, ia mengubah urutan alur dari manga agar dapat terbangun momen hype pada episode-episode akhir. Ini lebih baik dari bagian kedua yang berfokus pada satu pertarungan tiap episodenya yang membuat pertarungan terasa terlalu singkat. Bagian ketiga ini diakhiri dengan cukup memuaskan. Sayangnya, monolog karakter Askin Nakk Le Vaar pada episode terakhir terlalu lama, bahkan hampir setengah episode. Monolog Askin jadi penutup yang unik, sih. Namun, sepertinya lebih baik kalau ini diperpendek untuk adegan yang memantik minat penonton untuk bagian keempat.

Demikian review penulis untuk Bleach: Thousand-Year Blood War Part 3. Kembalinya gaya penyampaian cerita seperti Bleach klasik membuatnya jauh lebih baik. Apalagi, kualitas visual dan musiknya kelas wahid. Sayangnya, beberapa animasi CGI terasa kurang dipoles. Pada akhirnya, penulis memberikan skor solid 4,5/5. Ini adalah salah satu anime terbaik yang wajib banget kamu tonton.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us